Mencatat Perjalanan
Sebuah perjalanan yang baik adalah perjalanan yang dicatat dan dibagikan.
Saya senang mencatat, sudah sejak dulu sejak masih belum mengenal internet saya selalu mencatat di sebuah buku kecil. Ketika mengenal internet dan kemudian mengenal blog, semua catatan itu berpindah ke media yang lebih publik. Termasuk tentunya catatan perjalanan.
Saya mengenal beberapa orang yang begitu intens mencatat hal-hal kecil dalam sebuah perjalanan. Salah satunya adalah Febri. Seorang wanita muda dari Jakarta yang karena tugas kemudian terdampar di Makassar. Dia rupanya punya darah explorer, seperti seorang Dora. Nasiblah yang kemudian mempertemukan dia dengan kami di Anging Mammiri, dan perlahan-lahan diapun sering ikut dalam perjalanan kami ke beberapa tempat di Sulawesi Selatan.
Dari sejak pertama kali dia ikut dalam rombongan ketika kami menuju pulau Barrang Lompo saya sudah melihat ketekunannya mencatat. Dengan sebuah buku kecil dia mencatat banyak hal, mulai dari waktu perjalanan, harga tiket hingga mungkin hasil wawancaranya dengan beberapa orang selama perjalanan. Catatan-catatan kecilnya itu kemudian dituangkannya dalam beberapa tulisan di blog, meski memang harus diakui kalau tulisannya masih jauh dari sempurna. Tapi setidaknya dia punya kemauan luar biasa untuk mencatat perjalanannya.
Ketika berkunjung ke Taka Bonerate beberapa minggu lalu saya kembali menemukan dua orang teman seperjalanan yang begitu rajin mencatat. Mereka adalah Toar dan Anchu ( lelaki bugis ), sepanjang perjalanan mereka sering mengeluarkan catatan kecil untuk mencatat banyak hal, termasuk hal-hal kecil yang ditemui dalam perjalanan. Latar belakang mereka memang mengharuskan mereka banyak mencatat. Toar bersama Fauzan Mukrim telah menerbitkan sebuah buku berjudul “Travelicious Makassar” yang berisi informasi wisata seputar Makassar, sementara Anchu aslinya memang peneliti dan sudah aktif menulis secara online maupun offline. Jadi tidak heran jika mereka berdua rajin mencatat sepanjang perjalanan.
Satu lagi yang saya kira punya catatan yang sangat bagus tentang perjalanan adalah Lomar Dasika. Saya lupa kapan persisnya mengenal lelaki pengelana ini, mungkin sekitar 1 tahun lalu. Saya terdampar di blognya gara-gara mencari informasi tentang hotel murah di Surabaya. Kami sempat bertemu di perhelatan Pesta Blogger 2010 dan semenjak itu makin akrab.
Dalam sebuah postingannya, ada komentar yang menanggapi kejeliannya mencatat hal-hal kecil sepanjang perjalanannya ke beberapa tempat di Indonesia. Saya menduga kalau Lomar memang sangat rajin mencatat, atau kalau tidak dia pasti punya ingatan yang kuat.
Kadang-kadang dalam sebuah perjalanan saya sendiri agak malas mencatat, apalagi kalau sebuah perjalanan saya lakukan ke sebuah tempat yang sudah sering saya datangi. Biasanya saya lebih banyak mengandalkan ingatan karena biasanya catatan perjalanan itu secepatnya saya tuangkan ke dalam postingan di blog begitu menemukan internet.
Mencatat hal-hal penting dalam perjalanan memang membutuhkan sense khusus, hal-hal yang biasanya dianggap remeh oleh orang lain dan tidak perlu dicatat biasanya malah menjadi hal yang sangat menarik bila kita catat dan gali lebih dalam. Sense ini hanya bisa ditumbuhkan dengan pengalaman tentu saja, banyak membaca catatan perjalanan orang lain dan banyak melakukan perjalanan. Saya sendiri belum sampai pada tahap ini.
Dalam perjalanan terakhir ke Taka Bonerate saya juga banyak belajar dari Toar dan Anchu, belajar bagaimana mereka mencatat hal-hal kecil semisal rute kapal feri, harga tiket dan lama perjalanan. Selain itu saya juga belajar bagaimana mewawancarai narasumber untuk mendapatkan angle cerita yang lebih menarik serta tentu saja informasi yang lebih lengkap.
Begitulah, bagi saya sebuah perjalanan yang baik adalah perjalanan yang dicatat. Orang-orang Eropa dan Amerika terkenal sebagai orang-orang yang rajin mencatat sehingga tidak heran dokumentasi perjalanan mereka begitu rapih dan bahkan tersebar dan mempengaruhi banyak negara di dunia. Sebuah perjalanan yang tidak dicatat apalagi dibagikan hanya akan menjadi sebuah perjalanan yang sepi, hanya dikenang oleh kita sendiri.
Jadi, ketika melakukan sebuah perjalanan marilah mulai mencatat semua hal tentang perjalanan itu. Setelah dicatat, bagikanlah biar orang lain juga merasakan aura positif dari perjalanan anda. Bukankah berbagi itu indah dan menyenangkan ? Yuk, mari mencatat perjalanan.
seorang sahabat dari Korea dulu, setiap plesir ke Indonesia juga selalu siap dengan buku catatan, apa2 dicatat, apa2 difoto. nanti klo sudah pulang liburan, semua ditulis. foto2 dipajang .. rajin sekali deh pokoknya, padahal dia itu emak2 dengan 2 buntut + 1 suami. masih sempat aja gitu ya hehehe
saya? sama sekali jarang mencatat, ya seperti daeng itu, mengandalkan ingatan, yg ada setiap balik ke tempat yang sama suka keder sendiri.
so, klo mau plesir mungkin ada baiknya tanya2 Lomar Dasika gitu ya? Biar dapet info hotel murah misalnya? Hehehe … mantab juga yah, ga usah revot googlingn yang keabsahannya masih diragukan hehehe … ijin kenalan sama temannya, boleh ya Daeng? *lebay*
haha, silakan kalau mau kenalan ama Lomar.
terakhir dia abis dari Toba lho, dan catatannya tentang Toba lumayan detil kalau menurut saya
mungkin orang Toba yg tinggal di Kelapa Gading sendiri kalah..
#eh
lho kok bisa orang itu kalah? pertandingannya kapan emang daeng? 😛
klo saya sih seumur2 baru 1x ke danau toba, itu pun cuma 2hari, jadi mana bisa cerita banyak. dah gitu, perjalanan itu tidak mencatat apapun. hebat ‘kan? tinggal sekarang penyesalannya huehuehue *lebay banget sih malam ini hihihi*
ok deh nanti saya berkunjung blog nya, semoga dapat info penginapan di Bali buat taon depan *pengumuman mo honeymoon ke-2 hahahaha*
kyaaaaaa ^^ hihihihi *malu malu* #loch-minta ditampol :))
wah.. benar itu, daeng..
perjalanan yg baik adalah perjalanan yg dicatat..
tulisanta’ sangat memotivasi..
menyesalka’ nda posting catatan perjalananku yg lalu2..
msh bisaji itu? hehe
ndak apa2ji Feb..
posting saja, tidak ada kata terlambat..:-)
iya., die’?
ehh.. cantik fotonya.. 🙂
saya juga termasuk jarang mencatat, trip ke Papua kemaren saya memacu diri utk mencatat dengan BB (yah daripada nganggur gak ada sinyal dia kan?!). lumayan membantu meski saya belum bisa jeli menangkap ritme kehidupan masyarakat lokal sih 😀
ya ya ya…..
“Dalam sebuah postingannya, ada komentar yang menanggapi kejeliannya mencatat hal-hal kecil sepanjang perjalanannya ke beberapa tempat di Indonesia. Saya menduga kalau Lomar memang sangat rajin mencatat, atau kalau tidak dia pasti punya ingatan yang kuat.” –> harus saya klarifikasi nich. hahaha. biasanya, berhubung barang bawaan saya sudah ribet, saya emang paling malas yang namanya mencatat kalau sudah sampai di dalam kendaraan umum (apalagi kalau saya sudah mabok, nggak fokus ngapa-ngapain dech…hufff…). kebayang donk barang bawaan berjubel namun musti mengeluarkan kertas dan pensil. sama sekali nggak praktis. Namun, ada yang nggak pernah terlepas dari tangan saya : kamera. saya selalu foto apapun yang sekiranya bisa menjadi pengingat saya akan suatu kejadian, benda, hal, atau apapun itu (makanya hasil foto saya kebanyakan kayak benda-benda ga penting, mirip sampah…hihihi). Di penghujung hari (biasanya pas sudah di tempat tidur), usahakan inget inget lagi apa yang sudah terjadi hari ini. hihihi. masih sehari, masih inget lha yaaa :p
Saya jadi inget kisah waktu saya masih SD. Tiap tahun, selalu ada yang namanya karyawisata khan. Nah, setiap pelajar yang ikut Karyawisata selalu diwajibkan untuk menulis karangan tentang perjalanan tersebut. Entah saya dapat ide dari mana, saya mencatat : nama bus, plat bus, jam keberangkatan (sampai menitnya), teman yang duduk di bangku sebelah, apa isi tas saya, lewat tol apa, saya muntah apa ngga (saya jagoan muntah waktu kecil lhooo *bangga* hahaha), apa yang saya makan, dan apa yang saya bicarakan serta apa yang saya lihat di objek wisata nanti. kalau misalnya ke Taman Safari, saya sebutkanlah semua nama binatangnya satu persatu. kocak ya jaman anak-anak dulu. hahaha
Eh iya, saya terharu loch disebutkan dalam postingannya Daeng. *hiks* peluk boleh ya Daeng *berpelukkan* awwwwrrrrr cooo cweettt :p
klarifikasinya mantabh..hahaha
iyya, foto juga bisa jd stimulasi paling keren untuk mengingatkan kita akan sebuah kejadian atau tempat
dan hey, itu bakat mencatatnya ternyata sudah ada dari SD ya ? nggak heran sampe sekarang bisa buat catatan perjalanan yg ditel