Makassar Town Square : Mall Baru, Masalah Baru..

tampak depan Makassar Town Square
foto:Syaifullah

catatan: tulisan ini juga dimuat di Panyingkul!
Matahari bersinar dengan garangnya di atas kota Makassar siang itu. Jam menunjukkan pukul 1.15 siang. Biasanya di siang hari yang panas terik seperti ini, apalagi di bulan Ramadhan, orang-orang lebih memilih berdiam diri di dalam ruangan daripada keluar menantang matahari, tapi siang itu ratusan orang nampak penuh semangat meluangkan waktu untuk berdesak-desakan mengunjungi sebuah mall yang baru buka untuk pertama kalinya di hari rabu tanggal 26 september.

Makassar Town Square yang berlokasi di daerah Tamalanrea, tidak jauh dari jembatan sungai Tello seketika menjadi magnet yang sangat kuat yang mampu menarik minat ratusan warga Makassar dan sekitarnya untuk mendatanginya. Aroma keramaian mulai tercium beberapa meter setelah melewati jembatan Tello. Kendaraan tertahan di depan Makassar Town Square (M’Tos) sehingga membentuk barisan yang panjang, baik yang ke arah pusat kota maupun ke arah Tamalanrea. Dalam situasi yang semrawut itu, hanya ada seorang polisi yang tampak sibuk mengatur lalu lintas, agak kepayahan memang mengingat para penggunan jalan yang sebagian besar tampak tidak sabar menunggu giliran antri untuk masuk ataupun keluar dari M’Tos.

Pembangunan M’Tos ini memang sempat mengundang perbedaan pendapat dari berbagai pihak. Beberapa pihak mengkritik kebijakan pemerintah kota Makassar yang memberi ijin pembangunan Mall skala besar di kawasan Tamalanrea yang dalam tata kota Makassar sebenarnya dijadikan sebagai kawasan pendidikan. Apalagi kawasan tempat berdirinya M’Tos ini berada cukup dekat dengan daerah aliran sungai Tello serta otomatis jadi kawasan hijau dan daerah resapan air. Warga sekitar utamanya yang berada di BTN Antara, BTN Asal Mula dan pondokan mahasiswa nampaknya harus waspada pada ancaman banjir di musim hujan nanti.

Selain itu timbul juga kekhawatiran akan bertambahnya titik kemacetan di kawasan Tamalanrea. Pihak DPRD Makassar jauh-jauh hari sudah mengungkapkan kekhawatiran ini. Sementara itu dari pihak dinas Perhubungan kota Makassar, terdengar kabar kalau pihak M’Tos belum pernah mengajukan permohonan untuk dibuatkan rekayasa lalu lintas dalam upaya mencegah kemacetan (Fajar, 24 sept.07). Kendati demikian, Kadishub Kota Makassar mengaku, kemungkinan besar di depan Matos akan dibuat median jalan, sebagai salah satu upaya mengantisipasi macet. Hanya saja, lanjut dia, median jalan itu baru dibangun setelah pelebaran jalan rampung dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Prasarana Wilayah.

Sebenarnya apa sih Town Square itu ?, dan apa bedanya dengan Mall biasa ?. Konsep Town Square sendiri pertama kali digunakan dalam studi perkotaan. Town Square (atau bisa juga disebut town center) merupakan lokasi (a place), bagian dari kota (wilayah urban) tempat berkumpulnya berbagai aktivitas masyarakat mulai dari bersosialisasi, bisnis, perdagangan hingga hiburan, sampai skala tertentu. Konsep town square ini kemudian diadopsi menjadi pusat-pusat perbelanjaan yang berfungsi ganda sebagai tempat pertemuan (melting point) yang mengakomodasi berbagai kebutuhan para pengunjungnya. Menurut para ahli, perbedaan secara fisik antara Mall, Trade Center dan Town Square adalah bahwa Mall dan Trade Centre lebih merupakan bangunan tertutup (enclosed) sedangkan Town Square memiliki ruang-ruang publik yang terbuka atau semi open space. Pada kasus M’Tos, ruang publiknya yang terbuka dapat dilihat di lantai 2 yang menghadap ke depan.

Makassar Town Square yang dibangun oleh PT.Jakarta Intiland ini menempati lahan seluas 2,4 hektar dengan luas bangunan mencapai 30 ribu meter persegi yang terdiri atas tiga lantai dengan total investasi sekitar Rp. 300 miliar. Penyewa terbesar (anchor tenant) di M’Tos ini adalah Ramayana, perusahaan ritel yang terkenal sebagai salah satu penyedia produk fashion terbesar di Indonesia dengan sasaran utama masyarakat kelas menengah. Ramayana menyewa 2 lantai dengan total luas sekitar 8.6 meter persegi, di lantai satu Ramayana menghadirkan konsep hipermarket yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok rumah tangga, sedangkan di lantai dua Grand Ramayana menghadirkan produk-produk fashion. Selain Ramayana berbagai tenant lain juga ikut ambil bagian meramaikan M’Tos, termasuk beberapa cafe dan penyedia produk kuliner yang meramaikan food court di lantai 2.

Pembangunan M’Tos memang agak dikebut menjelang bulan Ramadhan tahun ini, tentu saja untuk menangkap momentum Ramadhan dan Idul Fitri yang bagi sebagian besar warga dijadikan ajang belanja besar-besaran. Siasat seperti ini bukan hal baru lagi, tahun 1999 Mall Ratu Indah juga melakukan hal yang sama, memaksakan diri membuka Mall di bulan Ramadhan walaupun belum selesai 100%. GTC di kawasan Tanjung Bunga, Mall Panakkukang dan Panakkukang Square juga sama saja, mereka tidak mau menyia-nyiakan sedikitpun momentum Ramadhan.

Sebagai mana umumnya Mall yang baru buka, M’Tos dalam hal ini Ramayana tentu saja memberikan berbagai promosi besar-besaran untuk menarik minat pengunjung, salah satunya adalah program diskon 50%+20% untuk beberapa produk fashion. Entah karena promosi itu atau bukan, ratusan warga memadati M’Tos sejak pagi hari. Matahari siang yang panas pun tampaknya tak menyurutkan niat warga, malah sepertinya jumlah yang datang makin banyak karena sebagian besar pegawai negeri maupun karyawan swasta sudah pulang kantor.
Dari pengamatan kasar, saya mendapati bahwa sebagian besar warga yang datang adalah warga yang bermukim di sekitar Tamalanrea, Daya,Sudiang, Tello, Panaikang, dan Antang, bahkan beberapa ada yang sengaja datang jauh-jauh dari Maros. Seorang warga yang tinggal di daerah Daya mengungkapkan kegembiraannya dengan kehadiran M’Tos di Tamalanrea. Hal itu berarti apabila ingin berbelanja ke Mall, dia dan keluarga tidak perlu susah payah jauh-jauh ke daerah Panakkukang apalagi ke Jl. Ratulangi. Si bapak yang kebetulan datang sendirian karena langsung mampir sepulang dari kantor, tampak antusias meneliti harga-harga berbagai produk fashion dan kemudian sampai pada kesimpulan kalau harganya memang agak murah dibanding harga di mall yang lain.

Tampaknya banyak orang yang sependapat dengan bapak ini, buktinya sebagian besar pengunjung dengan penuh semangat rela berdesak-desakan memilih-milih produk busana yang ditempatkan di wadah khusus dan diberi label diskon hingga 70% tersebut. Para pelayan toko dan satpam tampak sangat kerepotan mengantisipasi keramaian yang timbul, khususnya di depan kasir saat sebagian besar pembeli berebut untuk dilayani. Selain pengunjung yang datang dengan maksud berbelanja itu, banyak juga pengunjung yang tampaknya hanya ingin cuci mata, sebagian besar adalah ABG dan remaja. Mereka lebih banyak berdiri bergerombol di railing tangga sambil bercengkerama. Suasana ramai ini bukan hanya terlihat di area perbelanjaan, di area food court pun terlihat banyak pengunjung yang duduk menikmati makanan dan minuman secara terbuka, tak peduli ini bulan Ramadhan.

Karakteristik pengunjung yang sebagian besar golongan menengah memberikan pemandangan yang cukup unik. Di beberapa sudut tampak beberapa ibu dan bapak yang dengan cueknya duduk selonjoran sambil bersandar di tembok setelah lelah berbelanja, ada juga yang tampak menyusui anaknya yang masih kecil. Sebagian malah tidur-tiduran di lantai seakan-akan di rumah sendiri. pemandangan seperti ini mungkin tidak akan kita temukan di Mall Panakkukang atau Panakkukang Square.

Sementara itu secara tidak sengaja saya mendapati suasana yang sangat berbeda di toko Harapan Baru yang terletak tidak jauh dari M’Tos. Menurut informasi teman, hari-hari sebelumnya Harapan Baru cukup ramai dipadati pengunjung, maklum toko tersebut masih tergolong baru juga. Siang itu, nampak suasana sepi terlihat dari pelataran Harapan Baru yang biasanya juga dipadati kendaraan yang parkir, satu bukti bahwa magnet M’Tos ternyata memang sangat kuat menyedot pengunjung.

Makin siang, M’Tos terlihat makin ramai. Jalan di depan M’Tos pun terlihat makin semrawut, kendaraan merayap sangat pelan untuk bisa keluar dari kemacetan. Dalam perjalanan pulang ke daerah Antang saya bisa melihat kemacetan panjang hingga ke jalan DR. Leimena dekat pertigaan ke arah Jl. Abdullah Dg. Sirua, kalau tidak segera dibenahi saya yakin kemacetan ini akan makin parah di kemudian hari. Teringat oleh saya komentar seorang teman yang setiap hari melewati jalan Tamalanrea saat melihat kemacetan di depan M’Tos, “ aiihhh..tambah siksama’ ini pulang nanti…”, dan kenyataannya malam hari sampai jam 10 malam jalan Urip Sumohardjo dan DR.Leimena masih macet parah…

Tampaknya setiap kali kota ini menggeliat, setiap kali itu pula ada warga yang harus menderita.

foto-foto lainnya dapat dilihat di sini