Makassar Cyber City;Sebuah Ambisi ?
Makassar Cyber City, konsep ini pertama kali saya dengar sekitar pertengahan tahun 2007 lalu. Penanda awal dari gebrakan pemerintah kota Makassar ini adalah dengan disediakannya area titik panas (hotspot) secara gratis di kawasan pantai Losari-landmark kota Makassar.
Sebenarnya apa sih konsep Cyber City itu?. Sejatinya konsep cyber city adalah sebuah konsep kota masa depan yang berbasis teknologi informasi tingkat lanjut. Sebuah kota dengan konsep Cyber City yang telah mapan akan menjadi sebuah kota yang terkoneksi di seluruh bidang. Berbagai kebutuhan masyarakat kota dalam dalam berbagai bidang, baik ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan lain-lain tersaji dalam satu konsep yang saling berhubungan. Contoh sederhana misalnya dalam pembuatan KTP yang bisa dilakukan secara online sehingga kemudian dapat memangkas berbagai birokrasi yang berbelit-belit dan membuang-buang waktu dan biaya yang tidak perlu.
Ujung-ujungnya konsep Cyber City diharapkan dapat meningkatkan kualitas warga sebuah kota.
Oke, ini adalah sebuah planning yang sangat bagus. Pertanyaannya sekarang, apakah warga kota Makassar memang benar-benar telah siap untuk ikut serta dalam konsep Cyber City yang telah digagas oleh Pemkot ?.
Harus kita akui kalau kebutuhan akan internet dalam kehidupan warga kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia masih merupakan kebutuhan yang menduduki urutan kesekian. Kebutuhan pangan, sandang dan papan jelas masih membutuhkan perhatian dan prioritas yang lebih dalam keseharian warga, begitu juga dengan warga kota Makassar.
Awareness warga terhadap internet masih sangat rendah. Jangankan warga yang tidak berasal dari kelas pegawai, warga yang jelas-jelas adalah pegawai ataupun mahasiswa/pelajar pun masih banyak yang tidak mengenal internet dan beragam kegunaannya. Jika ingin melakukan survey, saya yakin jumlah masyarakat yang mengerti dan “melek internet” mungkin masih akan berada dalam kisaran angka 10% dari total warga kota Makassar. Hal yang saya kira masih sangat umum dalam tatanan kehidupan masyarakat kota yang masih berkembang dan mencari bentuk seperti Makassar.
Mungkin tidak terlalu berlebihan bila saya menganggap program pemerintah kota Makassar yang bertajuk “Makassar Cyber City” sebagai program penuh ambisi dan penuh dengan muatan politis yang ujung-ujungnya adalah mencari nama dan popularitas.
Terlalu berlebihan saya kira, di saat masih banyak warga yang mengeluhkan tentang minimnya fasilitas umum yang ramah lingkungan dan humanis, atau tentang isu-isu makin berkembangnya kantong-kantong kemiskinan di tengah kota yang terakhir ditandai dengan meninggalnya warga kota karena kelaparan dan gizi buruk, maka konsep Cyber City masih terasa sangat mengawang-awang. Masih terlalu tinggi untuk dijangkau dan masih belum bisa masuk dalam skala prioritas.
Sehari sebelum pagelaran acara Voice of Freedom bulan November 2007 silam, saya sempat bercakap-cakap dengan Budi Putra, professional blogger pertama di Indonesia. Salah satunya adalah mengenai konsep Cyber City. Beliau memberi contoh salah satu kota di Korea Selatan (saya lupa nama kotanya, kalau tidak salah Busan) yang sudah lebih dulu mengagendakan program Cyber City. Pemerintah kota tersebut menjalankan konsep Cyber City secara perlahan-lahan dan sangat terstruktur.
Masa dua tahun pertama diawali dengan sosialisasi. Memperkenalkan internet kepada semua lapisan masyarakat, berikut contoh-contoh kegunaannya. Setelah itu barulah mereka mulai membenahi dan menyediakan infrastruktur pendukung konsep Cyber City tersebut sehingga ketika infrastuktur telah tersedia, dengan sendirinya konsep Cyber City sudah dapat berjalan sesuai harapan.
Bandingkan dengan pemerintah kota kita. Infrastruktur awal berupa penyediaan hotspot dikerjakan lebih dulu tanpa sasaran yang jelas tentang siapa penggunanya. Akibatnya, banyak hotspot yang kemudian terkesan mubazir, hanya dipergunakan oleh orang yang itu-itu saja. Kalaupun dipergunakan, masih kurang jelas manfaat yang bisa diberikan untuk kalangan banyak.
Dari kenyataan ini saya bisa mengambil kesimpulan kalau konsep Cyber City lebih merupakan sebuah konsep yang bombastis, ambisius, dan hanya untuk mencari nama. Belum lagi bila kita menyandingkan nama mentereng program ini dengan kenyataan sehari-hari di mana masih banyak masyarakat kita yang untuk makan saja susahnya setengah mati.
Cyber City bukan sebuah konsep yang mustahil tentu saja, dan bagaimanapun Makassar pada suatu waktu nanti harus menuju ke sana. Namun pertanyaan sekarang, benarkah program tersebut sudah harus masuk ke dalam skala prioritas ?.
Jika memang mau, pemerintah kota bisa memulainya secara perlahan. Sambil membehani program-program lain yang lebih cocok untuk masuk dalam skala prioritas, pemerintah kota bisa memulai dengan sosialisasi yang tepat tentang internet dan segala pernak-pernik kegunaannya.
Pemkot harus memulai dengan menginventarisasi satu-persatu komunitas yang berbasis dunia maya. Menggandeng komunitas semisal Blogger atau chatter tentu adalah salah satu upaya yang bisa diambil dalam rangka sosialisasi ini. Yang terjadi sekarang adalah masing-masing komunitas berjalan sendiri-sendiri atau tetap berkoordinasi tapi tanpa konsistensi yang jelas apalagi bantuan atau arahan dari pemerintah kota, sehingga sosialisasi bisa dibilang berjalan lambat.
Ingin bukti bagaimana lambatnya sosialisasi tentang konsep Cyber City itu berjalan ?. Silakan sekali-sekali anda bertanya pada orang-orang sekitar anda, utamanya orang-orang yang tidak berhubungan langsungng dengan dunia internet. Mungkin hanya sepersekian persen dari mereka yang paham akan konsep Cyber City, sebagian mungklan malah akan bertanya, “makanan apa itu ?”.
Intinya, jika memang ingin mewujudkan Makassar Cyber City, pemkot mesti sabar dan melakukannya dengan perlahan sesuai skala prioritas pembangunan. Namun, mungkinkah Walikota kita mau menunggu ?, bukan apa-apa, bulan Desember 2008 ini belum tentu beliau masih akan menjabat sebagai walikota, jadi..sekecil apapun kesempatan yang ada, musti dipergunakan sebaik-baiknya untuk menciptakan image dan mencari nama.
Selamat Subuh, Ipul. Jurinya lagi “patroli” 😀
Weisss beneran itu foto kota makassar yah…? keren juga tuh kotanya, kebetulan mau ada visit ke Makassar juga bulan depan.
Salam kenal
suatu saat, konsep cyber city menjadi konsep wajib bagi semua kota yg sadar informasi dan pendidikan itu penting..
mimpi saya masih berkembang terus, semoga sengkang, palopo, pare-pare dan semua kota di pelosok nusantara juga nantinya akan diperlengkapi dgn fasilitas gratis akses internet…amin
@ mas Robby :
hahaha…nggak Mas, itu mah kota di luar sono..
Makassar belum sampe segitu2nya..
tapi..buat di-visit-i sih lumayanlah…ditunggu ya kedatangannya..
salam kenal juga..:)
Selamat! Kamu memenangkan Paket Buku Entry Tematik AM Maret 2008!! Terus berkarya yaa! 😉
saya sempat kebingungan mencari warnet di mkz yang koneksinya cepat dan murah.Dan sampai detik ini saya belum menemukannya.Yang ada sudah koneksinya lambat..harganya mahal..payah!
dan saya begitu gembira saat menemukan beberapa titik hotspot..koneksinya lumayan cepat pluz gratis hehe..
tapi memang…
saat mengedarkan pandangan ke sepanjang area hotspot itu bisa di hitung beberapa orang yang benar2 memanfaatkannya
saya juga pernah mencoba berjalan2 ke sebuah universitas negeri yang katanya disana terdapat area hotspot…dan ternyata hospot di wilayah kampus dan di pusat2 perbelanjaan hampir sama….sama2 sepi 🙂
sebuah pemandangan yang sangat berbeda yang pernah saya lihat saat berada di jogja..contoh kecilnya saja di kampus saya…kita akan disuguhi sebuah pemandangan di sepanjang koridor area hospot, mahasiswa2 sedang asyik dengan dunia maya..gimana antrinya mereka di lab komp untuk internetan gratis..
dan dengan harga mulai 3000 kita dah bisa browsing selama 1 jam di warnet dengan koneksi yang cukup cepat..
uhmm…kapan mkz jadi ‘CYBER CITY’???
*eh saya koment pa nulis blog yak ini?* 😀
i like this city, makasar suatu gebrakan kota besar untuk indonesia. bahwa perkembangan tidak harus didalam P.Jawa, butuh perkembangan dan pemerataan agar negara berkembangan menjadi negara maju. kota cantik