Makassar, 404 Tahun dan Terus Bersolek
9 November 2011, Makassar katanya resmi berusia 404 tahun. Rentang waktu yang tidak sedikit, sebanding dengan polesan makeup dari kota terbesar di Timur Indonesia ini.
Sepuluh tahun lalu kawasan Tanjung Bunga yang berada di barat kota Makassar belum seramai sekarang. Kawasan perumahan sudah ada, pun dengan kawasan wisata pantainya. Tapi Tanjung Bunga masih dominan berisi rawa-rawa dan pohon bakau yang membuatnya terasa seram di malam hari.? Waktu kemudian bergulir. Sebuah mall besar di bawah korporasi Lippo berdiri tegak di kawasan yang berada sepelemparan batu dari garis pantai kota Makassar itu.
Bertahun-tahun kemudian kawasan Tanjung Bunga kemudian jadi semakin ramai ketika sebuah mall lain tumbuh. Bukan sekadar mall tapi juga tempat permainan besar nan ramai yang katanya sekaliber dengan permainan serupa di negeri Paman Sam sana. Itulah Mall Trans dengan Trans Studio-nya.
Bermeter-meter dari sana, di sepanjang pantai yang jadi ikon kota Makassar yaitu pantai Losari, perubahan juga terasa. Lupakan jejeran pedagang makanan yang dulu sampai disebut sebagai restoran terpanjang di dunia. Losari sudah berubah, sebuah anjungan besar berbentuk setengah lingkaran berlantai beton menjadi pusat keramaian baru di kota ini. Dulu ditentang meski kemudian banyak yang menikmatinya ketika dia sudah tegak.
Di nol kilometer kota ini polesan make up juga terasa. Lapangan yang dulu lebih rendah dari jalan, jadi penampung air di musim hujan dan nyaris gelap gulita di malam hari kini dirombak total. Sebagian lahannya menjadi milik pengusaha yang kemudian menyulapnya menjadi pusat perbelanjaan di bawah tanah, lengkap dengan terowongan menuju sebuah pusat perbelanjaan besar miliknya di seberang. Protes juga mewarnai polesan make up ini, tapi mereka jalan terus. Sekarang pusat perbelanjaan itu jadi salah satu pusat transaksi elektronik di kota Makassar.
Makassar terus bersolek. Dalam kurun 10 tahun belakangan ini kota di pesisir pantai ini mulai berdandan biar tampak keren. Satu persatu bangunan berbahan beton berdiri tegak, satu persatu pusat keramaian dan pusat perbelanjaan dihadirkan. Sayangnya karena satu persatu jejak rekam kearifan lokal dan kearifan sejaran dihilangkan. Deretan bangunan tua yang dulunya terlihat indah di pusat kota berganti dengan bangunan baru beraksitektur modern. Makassar memang terlihat begitu mengidolakan Jakartra sehingga semua aspek seperti meniru Jakarta.
Meniru Jakarta ? Salah satunya adalah soal transportasi. Makassar makin padat, jalan-jalannya makin tak ramah. Satu persatu ruas jalan berubah jadi titik macet. Satu per satu jalanan jadi tempat menumpuknya kendaraan. Persis seperti Jakarta, kota yang mungkin sangat diidolakannya.
Makassar sudah tua, 404 tahun bukan waktu yang singkat. Kota yang dulunya hanya jadi bagian dari kerajaan Gowa ini kini menjadi gerbang Indonesia Timur, kota terbesar di sebelah timur pulau Jawa. Tak heran kalau Makassar juga makin bersolek, makin rajin menumpuk bangunan berbahan beton, makin rajin menumpuk kendaraan di jalanan. Mungkin seperti Jakarta, role model-nya.
Tapi saya bersyukur bahwa di Makassar ini saya masih gampang menikmati deburan ombak dan belaian angin laut. Saya bersyukur di Makassar ini saya masih bisa merasakan halusnya pasir putih di pulau tak berpenghuni yang tak begitu jauh dari kota Makassar. Saya bersyukur saya masih bisa mencicipi ragam kuliner khas kota ini yang belum sepenuhnya terpinggirkan oleh serangan makanan modern dari seberang benua. Makassar masih punya banyak orang yang mencintai makanan daerahnya. Makassar masih punya banyak orang yang mencintai ikan dan produk lautnya.
Tahun ini Makassar berusia 404 tahun. Meski bukan warga Makassar tapi saya yang nyaris setiap hari menginjakkan kaki di kotanya, mencari rejeki di kotanya dan membuang kotoran di kotanya selalu berharap kota ini tidak sampai menjadi kota yang sekejam ibukota. Selalu berharap Makassar bisa menjadi kota yang nyaman, selalu menghargai kearifan lokalnya dan tak pernah lupa untuk terus mempromosikan keindahan baharinya.
Makassar berulangtahun, Makassar bersolek dan sayangnya, Makassar makin kotor oleh baliho. Semoga pemerintah kota, siapapun itu ? terbuka mata hatinya untuk membuat Makassar menjadi jauh lebih manusiawi. Apa gunanya menjadi kota modern tapi kemudian menjadi sombong pada warganya ? Semoga Makassar tidak sampai seperti itu.
Selamat ulang tahun Makassar..!!
“banggamako kah majumaki”
upss itu taglinenya ultah sulsel pale’ di? 😀
walaupun ber-KTP maros, lebih suka tinggal di wilayah makassar. ya iyalah, kerjaan sama tempat nongkrong semuanya di makassar 😀
klo pulang ke rumah di maros, kesannya cuma pergi liburan 😀
Selamat ulang tahun, Kotanya Para Daeng..
Oya katanya di Pantai Losari sudah bisa internet gratis.. *baca koran*
jadi ? kapan ke Makassar ? masak kalah sama Nunik ?
hihihi
deh.. rindu ku sama makassar 🙂
Iya, kabaranya sekarang macetnya makin menjadi ya..
padahal dulu kalau macet ya paling cuma karena demo mahasiswa 😀
Aamiin.. semoga Makassar tetap menajdi kota yang manusiawi 🙂
memangnya sekarang posisi di mana ?
iyya nih..Makassar makin sering macet 🙁
Hmm…Makassar sich masih menyenangkan koq Daeng. Masih ada pohon-pohon besar dan jalan-jalan kompleks yang nyaman. Wakau demikian, antara 2007 dan 2009 memang terjadi perubahan sangat drastis di Makassar sich. Yang paling saya inget ya soal Jalan Tol Biringkanaya dan Mall di bawah Karebosi. Waktu saya kesana tahun 2007, semua itu nggak ada. Sapi melintas di tengah-tengah jalan tol *mobil saya berpacu dengan angkot angkot* menjadi suatu pemandangan yang unik. Lapangan Karebosi waktu itu masih ditumbuhi rumput liar, dan ditutup oleh bedeng-bedeng.
Masih banyak lokasi wisata di tengah kota yang bisa dijamah dalam jangkauan. Salah satunya mungkin Clara Bundt dan Benteng Rotterdam. Sayang, Museum Balla Lompoa dan Museum Somba Opu agak jauh dari pusat kota. Hehehe. Asyiknya, becak masih berkeliaran di kota yang ramah ini. Menyenangkan! 🙂
Saya baru tahu Daeng Ipul bukan warga Makassar. Dari mana, Daeng?
syukurlah kalau Lomar masih menganggap Makassar nyaman..:D
oh ya, saya aslinya tinggal di Sungguminasa..berbatasan langsung sih sama Makassar..
Daeng..
Saya mau ke Makassar hari Senin nanti. mau ketemu Daeng dalam rangka riset tentang dunia blog dan sosial media..
Bisa ketemu jam berapa?
Hehehe… nggak pake basa-basi 🙂
Makasih ya Daeng..
huaaaa jadi semakin pengen ke Makassar
walo saya bukan orang maksassar (hanya peantau), tapi saya sudah merasa makassar adalah kotaku. banggaku kaue … senang sekali ka tinggal di sini, bos!!!