Ketika “Manusia Langka” bertemu..
para “manusia langka” di Makassar yang mengadakan mini gathering hari Minggu lalu
dari kiri ke kanan : Kemal, Ipul dan Iwan.
Menjadi penggemar sebuah band yang “nanggung” dalam artian sudah tidak terlalu populer namun juga belum bisa dikategorikan klasik adalah sebuah tantangan tersendiri. Sangat sulit mencari “teman senasib” yang punya interest yang sama, apalagi bila berada di sebuah kota yang jauh di luar pulau Jawa yang notabene adalah pusat gravitasi di Indonesia.
Hal inilah yang sempat saya rasakan sebagai salah seorang penggila band Pearl Jam. Hampir sepuluh tahun berlalu semenjak puncak masa keemasan band asal Seattle ini berlalu, rasanya makin sulit mencari manusia-manusia yang punya kecintaan yang sama pada sosok Eddie Vedder cs. Bahkan saat berkumpul dengan teman-teman senasib di milis Pearl Jam Indonesiapun saya belum juga menemukan sesama Jammers di kota tempat saya berdiam, Makassar.
Beruntung beberapa bulan yang lalu saya sempat menemukan seorang teman anggota milis yang juga kebetulan berdomisili di Makassar. Namanya Kemal. Anak ini ternyata sudah lebih dahulu menghuni milis Pearl Jam Indonesia daripada saya, namun keanggotaannya relatif lebih pasif sehingga saya sendiri tidak mengetahui keberadaannya saat pertama kali bergabung. Sayangnya, walaupun sekota, beragam kesibukan membuat kami tak pernah berhasil menggelar pertemuan di darat.
Belakangan, ternyata ada seorang lagi manusia langka-begitu saya menyebut para penggemar Pearl Jam-yang berdomisili di Makassar. Namanya Iwan. Setelah sempat beberapa kali bertukar email, akhirnya kami sempat bersua di foodcourt salah satu mall di Makassar akhir bulan November. Waktu itu Kemal tidak sempat datang karena hujan. Pertemuan ini secara sepihak saya canangkan sebagai pengesahan berdirinya Pearl Jam Indonesia cabang Makassar.
Dari pertemuan pertama itu, dan terinspirasi oleh ajang nonton bareng yang digelar anggota Pearl Jam Indonesia di Jakarta yang menyambut DVD terbaru Pearl Jam “Immagine in Cornice”, kamipun akhirnya sepakat untuk mengatur acara serupa. Namun kesibukan Iwan yang sering mobile dan bertugas ke luar kota, akhirnya rencana nonton bareng baru bisa digelar beberapa waktu kemudian.
Minggu, 16 Desember 2007, kami bertiga sepakat untuk berkumpul dan menggelar acara nonton bareng DVD “Immagine in Cornice”. Iwan mengusulkan rumah salah seorang temannya di kawasan Bukit Baruga sebagai tempat menggelar acara. Waktunya disepakati mulai pukul 10.00 pagi.
Tanpa halangan yang berarti, pukul 10 pagi saya sudah siap di Bukit Baruga yang juga adalah kantor saya sambil menantikan Kemal. Sementara itu Iwan ternyata sudah menunggu di lokasi. Secara pribadi, saya cukup antusias menyambut acara ini. Ini adalah momen pertama saya bisa berkumpul dan menikmati video Pearl Jam bersama teman-teman yang sama-sama punya kecintaan pada band ini.
Akhirnya sekitar pukul 10.15, Kemal dan seorang temannya datang. Tanpa menunggu lama kami segera meluncur ke lokasi yang dimaksud. Iwan sudah siap dengan peralatan dan tentu saja cemilan dan minuman sebagai teman nonton.
Agenda utama adalah screening “Immagine in Cornice”. Setelah basa-basi sejenak, Immagine in Cornice karya Danny Clinch pun segera kami nikmati. Tak butuh waktu lama sebelum kami bisa menikmati suguhan-suguhan apik besutan sang sutradara yang berlatar belakang fotografer tersebut. Danny memang sangat piawai mempergunakan angle-angle ataupun teknik-teknik khusus untuk membangun dramatisasi dan jalinan cerita dari potongan-potongan konser Pearl Jam di Italy. Sangat layak bila DVD ini diberikan anugerah sebagai video terbaik dari Pearl Jam sejauh ini. Suasana konser yang dipadu dengan gambaran realistik dan humanis para personil Pearl Jam, kru dan fans-nya tak urung membuat kami para penonton menjadi terbuai.
Sepanjang tayangan DVD, nyaris tak banyak dialog yang terjadi antara kami selain satu-dua komentar ringan. Sesekali Iwan juga menceritakan pengalamannya saat menonton langsung konser Pearl Jam di Polandia tahun ini. Sebuah pengalaman yang tentunya mampu membuat iri saya dan teman-teman Jammers lainnya yang belum seberuntung Iwan, mas Reza, mas Dani dan teman-teman yang lain yang sudah merasakan atmosfir magis berada di tengah-tengah konser Pearl Jam. “saat sing along, rasanya bulu-bulu pada berdiri…”, demikian Iwan menggambarkan suasana konser Pearl Jam.
Hampir 2 jam kemudian, Immagine in Cornice pun kelar kami gelar. Berikutnya adalah memutar sedikit potongan rekaman Pearl Jam Nite-1 tahun 2005 di Kemang. Video ini adalah kiriman dari Wyndo yang saya terima beberapa bulan yang lalu bersama kaos Pearl Jam Nite 2 dan beberapa video footage.
Sambil menonton rekaman ini, diskusi kecilpun terus bergulir. Tentang eksistensi Ipank “BIP”, tentang ajang-ajang Pearl Jam Nite dan Pearl Jam akustik yang digelar tepat semalam sebelum acara nobar di Makassar ini. Iwan mengisahkan betapa beberapa temannyapun masih sempat mempertanyakan tentang keberadaan fan base Pearl Jam di Indonesia. “ emang ada ya fan base Pearl Jam di Indonesia ?”, demikian komentar mereka saat Iwan mem-forward undangan ajang kumpul-kumpul penggemar Pearl Jam di Indonesia ke milis lain yang dia ikuti.
Hal yang sama sebenarnya beberapa kali juga saya alami. Jangankan pertanyaan tentang eksistensi fan base Pearl Jam di Indonesia, pertanyaan tentang eksistensi Pearl Jam sendiri bukan hal yang baru buat saya. Dan saat saya menjelaskan tentang eksistensi mereka beikut deretan album yang mereka telurkan pasca masa keemasan, rasa penasaran masih juga menghinggapi mereka yang tak pernah lagi mendengar berita tentang Pearl Jam. “ ooo..Peal Jam masih ada toh ?, kirain udah bubar..”, demikian kata mereka.
Selepas potongan video dari ajang Pearl Jam Nite-1, kami memutar beberapa bonus video dari DVD Live at The Garden. Lewat pukul 12 siang, Kemal dan temannya pamit karena masih ada acara yang lain. Tinggallah saya dan Iwan berdua. Kami masih sempat memutar beberapa rekaman bootleg resmi tahun 2006 yang kebetulan saya terima beberapa hari sebelumnya dari Dani Satria di Jakarta. Obrolan tentang Pearl Jam pun masih terus berlanjut, sambil sesekali diselingi obrolan tentang pekerjaan dan isu-isu hangat di kota Makassar.
Sejam kemudian, saat gerimis mulai membasahi tanah Makassar, sayapun pamit. Secara resmi mini gathering pertama Pearl Jam Indonesia cabang Makassarpun dianggap selesai. Mini gaterhing pertama yang sangat mengasyikkan. Ada rasa senang bertemu dengan sesama Jammers di sebuah kota yang jauh dari pusat informasi seperti Makassar. Dan harapan kami, pertemuan-pertemuan berikutnya bisa rutin digelar untuk makin mengakrabkan tali silaturrahmi antar fans Pearl Jam yang saya sebut sebagai “manusia-manusia langka yang nyaris punah”.
Special thanks untuk :
Iwan yang sudah menyediakan tempat, makanan dan minuman selama acara,Kemal dan temannya yang sudah menyempatkan waktu untuk datang, para Jammers di “kantor pusat” di Jakarta dan Surabaya atas dukungannya. Special untuk Dani Satria dan Wyndo di Jakarta dan Hilman di Surabaya, thanks untuk kiriman materialnya (sayang kirimannya belum nyampe, Man..but it’s okey lah..bisa buat gatherin kedua nantinya). Thank you guys…that was a great time. Hope we can see you all next time..
bener2 manusia langka..
saya saja yang tergolong manusia biasa-biasa saja malah tidak tahu jenis apa itu pearl jam…
mungkin ketidaktahuanku akan bertahan lama, unless someone will happily sent me such discography of this kind of jam
🙂
hahaha…begitulah daeng..
apa yang sy suka dr Pearl Jam..?
1. mereka anti perang and of course anti bush..
2. mereka cinta bumi..
3. mereka cinta fans..
4. mereka ndak sombong dan tetap hidup sederhana.
5. lagu2nya nassami bagus iyya..
nantilah kapan2 sy kasih sebagian lagunya yg oke banget. tp Pearl Jam memang bukan tipe band yg langsung lengket di telinga…susah..ndak komersil ki belah..
saya tau pearl jam dulu waktu kace ku lagi suka-sukanya musik grunge, macam mi itu nirvana, soundgarden, silverchair.
satu yang sa suka dari lagunya pearljam itu long road, yang eddie duat sama fateh ali khan, soundtarck nya dead man walking. tidak populer ki ini lagu kayaknya dulu waktu di makassar :p
tapi paling sa suka itu live dengan album throwing copper nya ^_* mantapki bos hehe…
Oh where oh were could my baby be
The lord took her away from me
She’s gone to heaven so I’ve got to be good
So I can see my baby when I’ll leave this world
hmmm…Long Road..
lagunya memang bagus tawwa…jarang2 lho ada orang “biasa” (non fans) yang suka sama lagu itu…:)
lam kenal bro… ilove pearl jam too….
@fachmy :
salam kenal juga…udah gabung di milis Pearl Jam Indonesia belum..?