Ketika Kucing Kecil Menjadi Seekor Singa
Kucing kecil yang lucu dan menggemaskan, tahu-tahu berubah menjadi seekor singa yang gigitannya meninggalkan bekas yang dalam.
Selasa siang, saya bertemu seorang bapak teman sekantor. Si bapak berpakaian santai, kaos oblong dan celana jeans. Saya menyapanya,” Dari mana pak ?, santai sekali kelihatannya ”
Si bapak menjawab, ” Saya habis cuti, ini barusan tiba dari bandara. Saya habis dari Jakarta ”
Kemudian terjadi dialog singkat. Rupanya si bapak baru saja mengantarkan anaknya yang pindah sekolah ke sebuah sekolah di Tangerang. Si bapak menitipkan anaknya pada kakak kandungnya yang memang tinggal di Tangerang dan sehari-harinya bekerja sebagai anggota ABRI.
Percakapan kemudian berlanjut, si bapak tanpa sadar kemudian curhat kepada saya. Dia bercerita tentang bagaimana pusingnya dia mengurusi sang anak lelaki yang tahun ini baru beranjak naik kelas 2 SMA.
Kira-kira setahun lalu saya sudah pernah mendengar keluhan si bapak tentang anaknya yang jarang pulang dan lebih senang menghabiskan waktu di rumah temannya atau malah di tempat yang sama sekali tidak diketahuinya. Belakangan si bapak makin risau ketika anak pertamanya itu mulai jarang masuk sekolah, senang berantem dan ikut-ikutan balap liar. Sudah bukan berita baru lagi ketika sang anak pulang pagi dengan motor yang rusak akibat balap liar atau malah tawuran.
Ternyata, semakin hari keadaannya bukannya makin membaik tapi malah sebaliknya. Belakangan si anak malah mulai terjerak narkoba. Keadaan makin memburuk ketika akhirnya si anak berurusan dengan polisi. Dia bersama seorang temannya ditangkap ketika menjadi kurir narkoba. Mimpi buruk keluarga itu makin menjadi kenyataan.
Si bapak teman saya kemudian harus berurusan dengan polisi. Pak polisinya menawarkan jalan damai, anak si bapak bisa dibebaskan asal dia berani menyetor sejumlah uang. Jutaan rupiah yang dikumpulkan dengan susah payah akhirnya dikeluarkan demi kebebasan sang anak. Seakan tak ada pilihan lain, si bapak memilih menyerahkan rupiahnya demi kebebasan anaknya dan tentu saja nama baik keluarga besar mereka.
Belakangan sang anak bercerita kalau semua berawal dari pergaulan. Dari acara nongkrong bareng, begadang bareng mereka ditawari sepaket kecil narkoba oleh seseorang yang tidak mereka kenal. Rasa ingin tahu sebagai seorang remaja tanggung membuat mereka menutup mata pada bahaya yang mengintai. Narkoba pancingan itu adalah alat untuk membuka jalan hitam yang lebih kelam. Ketika sang korban mulai terbuai dan kecanduan narkoba dia tidak akan bisa lagi menerima semuanya dengan gratis. Ada harga yang harus dibayar, dan ketika harga itu tidak bisa dipenuhinya maka salah satu opsi adalah dengan menjadi perantara atau kurir. Di ujung itulah sang anak teman saya itu berada.
Di puncak kebingungannya, sang bapak dan keluarga besarnya kemudian sepakat untuk menjauhkan sang anak dari lingkungan yang selama ini dianggap sebagai penyebab utama kerusakan. Mereka mengantar sang anak menyeberang pulau, ke kota Tangerang tempat keluarganya berada.
” Sekarang dia sudah aman..” Begitu kata si bapak teman saya itu. Mudah-mudahan saja, semoga memang itu jalan terbaik meski saya meragukannya.
Jaman memang terus berubah, tantangan sebagai orang tua pasti semakin berat. Obrolan singkat kemarin siang meninggalkan pertanyaan dan renungan buat saya. Bisakah saya menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak saya ? Bisakah saya mendampingi anak-anak saya menjalani hidupnya sebagai pribadi yang baik ? Seberapa kuat saya menjaga mereka tetap di jalan yang benar ?
Suatu hari nanti anak-anak saya pasti akan tumbuh dewasa. Mereka bukan lagi kucing-kucing kecil yang lucu, imut dan menggemaskan. Tapi saya juga tidak ingin anak-anak saya tumbuh menjadi seekor singa yang cakaran atau gigitannya akan sangat terasa menyakitkan. Saya, seperti juga semua orang tua di dunia ini tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Kemarin siang kami tidak cukup lama berbincang-bincang, tapi saya bisa menangkap kerisauan dari wajah si bapak teman saya, saya membayangkan istrinya pasti lebih terpukul lagi. Apalagi menurut si bapak, istrinya sampai berkali-kali pingsan ketika kabar penangkapan anaknya sampai ke telinganya. Bagi si bapak dan istrinya, anak mereka yang dulunya kucing lucu menggemaskan telah berubah menjadi singa yang kejam, yang meninggalkan bekas luka yg perih.
Ah, semoga keluarga itu diberi jalan terbaik oleh-Nya. Aminn..
sebagai orang tua tantangan semakin besar, kita berperang melawan lingkungan yang bukan merupakan guru yang baik untuk anak-anak kita
kalau boleh saya sarankan, dimana pun tidak akan berasa aman walaupun dikirim ke ujung dunia, yang penting adalah ketahanan dari dalam diri anak-anak kita, yaitu agama.
Doa yang sama untuk seluruh anak-anak di Indonesia, semoga terpelihara iman dan akhlak, insya Allah apapun serangan dari luar itu bisa diatasi sendiri atas kekuatan keimanan yang dimiliki.
“btw, ada typo na, kita cari mi sendiri nah” ^^
makasih mam..
terutama terima kasih untuk perhatiannya pada yg typo..hihihi
Mau #kepo dengan bertanya ‘siapa?’ #eh
*runrunsmall*
hihihihi..
pasti kau kenal ji..
Jadi ingat ponakanku 🙁
kenapai ponakanmu ?
membesarkan anak semakin berat, daeng 🙁
jadi prihatin dengan perkembangan bangsa saat ini, sudah banyak yang menjdai singa hanya karena emosi