Jujurnya si Tukang Parkir

Mall Ratu Indah, malam minggu jam 20.30 WITA. Pameran masih berlangsung, tapi saya tak bisa berlama-lama lagi. Saya harus menjemput Nadaa di rumah sepupunya sebelum malam kian larut. Setelah berpamit-pamitan pada rekan sejawat saya menuju ke parkiran, tepatnya di sebelah parkiran mall. Ya, saya memarkir motor di luar mall, bukan di parkiran resmi dalam mall. Tujuannya hanya supaya lebih hemat. Parkir dalam mall pasti akan kena charge maksimum karena waktunya yang di atas 3 jam, sementara kalau parkir di luaran (baca: parkir liar) Cuma bayar Rp. 1000,- tanpa batas waktu.

Dengan santainya saya berjalan ke arah parkiran sambil merogoh kantong celana mencari kunci motor yang biasanya ada di sana. Lama saya merogoh kantong kanan, pindah ke kantong kiri terus ke kantong belakang tapi si kunci tidak juga ketemu. Saya pindah merogoh kantong jaket, biasanya saya simpan di sana juga, tapi sama saja..nihil.

” Apa terjatuh di lemari ya..?” pikir saya, tadi jaket memang saya taruh di lemari di counter pameran kami, saya berharap kunci motor memang tercecer dalam lemari counter itu jadi berbaliklah saya kembali ke counter. Lemari counter saya obok-obok tapi kunci tidak ketemu, berarti memang jatuhnya bukan di sana. Saya berpikir keras, berusaha mengingat-ingat rute yang saya lewati sejak siang tadi. Ada kemungkinan kuncinya ikut jatuh waktu saya mengeluarkan uang dari kantong. Tapi rasanya koq tidak mungkin, kunci motorku ada gantungannya jadi kalaupun dia ikut keluar dan terjatuh waktu menarik uang pasti saya akan sadar.

Tiba-tiba sebuah pikiran melintas dikepala. Jangan-jangan kuncinya kelupaan di motor. Saya ingat selepas memarkir motor saya sempat membuka bagasi dan memasukkan sesuatu ke sana dan mungkin saja kuncinya memang kelupaan di bagian samping motor tempat membuka bagasi.

Dengan tergesa-gesa saya ke parkiran, pikiran pertama yang melintas adalah : kalau motornya sudah tidak di tempat berarti benar, kuncinya ketinggalan dan ada orang yang membawa lari motor. Wuihh..rasanya sudah benar-benar deg-degan sebelum sampai ke parkiran. Dari jauh saya lihat motornya masih di sana, pfiuhhh?syukurlah, berarti motornya masih aman. Hanya saja masalah belum selesai karena kuncinya belum ketemu.

Saya mendekati seorang lelaki tua yang jaga parkiran. Saya tanya, ada ndak orang yang sempat nitip kunci motor karena siapa tau saja ada orang yang berbaik hati mengambil kunci saya dan menitipkannya ke tukang parkir. Si bapak menjawab, ” saya tidak tahu, tadi yang jaga anak saya dan dia gak bilang apa-apa” . Yaaahh..berarti kuncinya benar-benar hilang.

Bagaimana nih ? saya mulai bingung. Untuk kembali ke rumah dan mengambil kunci serep kayaknya tidak mungkin, kunci yang satunya sudah duluan hilang. Berbagai kemungkinan mulai berseliweran dalam kepala, salah satunya adalah meminjam kunci motor teman, siapa tau aja bisa soalnya motor Honda biasanya punya kelemahan di kunci yang gampang dijebol.

Akhirnya dengan kunci motor punya Irdin di tangan saya kembali ke parkiran, mencoba mengutak-atik stop kontak motor, tapi hasilnya juga nihil. Saya mulai kehabisan option.

Si bapak tua tukang parkir kembali mendekati saya, dia nanya ” kuncinya sudah ketemu ?”, saya jawab belum. Dengan lemas tentu saja. Seorang wanita tua dengan rompi oranye khas tukang parkir juga ikut mendekat, dia bertanya ” kenapa pak ? kuncinya hilang ya ?”, saya jawab iya sambil berharap dia punya solusi.

Si ibu menjawab, ” tunggu pak, tadi anak saya nitip kunci. Siapa tau itu kuncinya bapak “, tiba-tiba harapan saya kembali membuncah. Si ibu bergegas ke rumahnya yang tak jauh dari parkiran meninggalkan saya yang menunggu dengan deg-degan, berharap kunci yang dia maksud memang benar kunci saya. Tak berapa lama si Ibu datang kembali berjalan kea rah saya, di tangannya saya lihat ada sebuah kunci. Dari jauh saya sudah mengenali gantungannya, ya itu gantungan kunci saya. Dan benar saja, ketika dia menyerahkan si kunci ke saya dengan segera saya tahu itu kunci yang sempat membuat saya kuatir tadi.

Akhirnya dengan penuh rasa lega dan bersyukur saya menjabat tangan si Ibu sambil menyelipkan selembar uang. Si Ibu kelihatan senang, tapi sebenarnya saya yang jauh lebih senang. Segala macam kebingungan yang tadi sempat hinggap dengan segera lenyap. Rasanya lega luar biasa?!!

Malam itu saya belajar tentang sebuah kejujuran dari sepasang (atau tepatnya satu keluarga) tukang parkir. Bayangkan kalau mereka bukan orang-orang yang jujur. Mereka bisa saja membawa lari motor saya, toh kuncinya ada di motor dan statusnya juga adalah parkiran liar. Saya sebagai konsumen sama sekali tidak punya hak untuk menuntut mereka, saya yang teledor dan saya juga yang memilih memarkir motor di parkiran liar. Kondisinya mungkin berbeda kalau motor saya hilang di parkiran mall yang resmi. Saya bisa menuntut pihak parkir kalau saya kehilangan motor, karena untuk mengeluarkan motor dari mall harus memakai karcis atau kalau karcisnya hilang harus menunjukkan STNK.

Malam itu saya bersyukur dipertemukan dengan keluarga tukang parkir itu. Mereka adalah orang-orang yang meninggikan kualitas mereka sendiri karena kejujurannya. Mereka dengan tampilan yang sangat sederhana bahkan terkesan kumal itu telah mengajarkan sesuatu pada saya, mereka mungkin tidak punya banyak harta tapi mereka punya sesuatu yang sangat berharga. KEJUJURAN.