Hotel Olympic Surabaya

Sebenarnya postingan ini sangat terlambat karena kejadiannya sudah lewat lebih dari seminggu, maklumlah karena kesibukan (alasan klasik) sehingga postingan ini baru bisa dibuat sekarang.

Tanggal 11-14 April kemarin saya akhirnya dapat kesempatan lagi untuk menginjak kota Surabaya, bahkan kali ini lebih lama dari yang sebelum-sebelumnya. Sebelum berangkat saya sudah survey berbagai hotel-hotel yang murah dan terjangkau yang ada di kota Surabaya, utamanya yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi pelatihan yang saya ikuti yaitu di Jalan Raya Darmo.

Setelah memanfaatkan jasa Oom Google serta saudaranya Google Earth akhirnya saya memantapkan diri untuk mencoba survey lebih lanjut ke hotel Olympic. Pertimbangan pertama tentu saja adalah lokasinya yang tak seberapa jauh dari tempat pelatihan, dan yang kedua yang tidak kalah penting adalah soal harganya yang terjangkau.

Saya sendiri sudah pernah menginap di hotel ini sekitar tahun 1993, waktu itu bertiga dengan 2 orang kenalan bapak dalam perjalanan ke Jakarta, tapi memori tentang itu sudah samar-samar meski masih ada beberapa hal yang membuat saya yakin untuk menjatuhkan pilihan kepada hotel Olympic.

Sebenarnya budget dari kantor mencukupi untuk memilih hotel yang lebih nyaman, tapi saya masih punya rute lain ke Jogja dan rasanya lebih baik selisihnya saya simpan untuk dipakai bersenang-senang di Jogja. Lagipula rasanya sayang harus bayar mahal untuk sekedar menyimpan tas mengingat waktu yang sebagian besar dihabiskan di lokasi pelatihan.

Dari Jogja saya menelepon ke hotel Olympic, memastikan masih ada kamar yang kosong karena sebelumnya kata mereka semua kamar penuh. Setelah saya telepon ternyata memang masih ada kamar yang kosong meski yang ada hanya kamar berkipas angin dengan tarif Rp. 120.000 per malam. Tak apalah pikir saya, saya sudah pernah menginap di hotel yang jauh lebih sederhana.

Dari Jogja saya berangkat menggunakan kereta api Sancaka,berangkat jam 7 pagi dan tiba di Gubeng sekitar jam 12.an siang. Saya sudah mengecek sebelumnya tentang tarif ojek dan becak dari Gubeng ke Olympic dan pilihan saya jatuh ke ojek meski sempat tawar menawar dulu sebelum deal di harga Rp. 10.000,-

Tiba di Olympic saya langsung check in meski sebelumnya bertanya dulu apa kamar AC-nya yang bertarif Rp. 150.000 masih ada. Kata mbak si resepsionis : masih ada pak, Cuma kayaknya kalau malam keganggu sama suara dari bar. Wah, masak iyya sih ? akhirnya karena pertimbangan ketenangan di malam hari saya kembali memantapkan pilihan ke kamar ber-fan. Benar saja, ketika malam hari tiba saya bisa mendengar suara music yang sangat keras dari lantai 2, untung saja saya tidak memilih kamar AC di lantai 2, kalau tidak tentu butuh usaha keras agar bisa tidur. Oh ya, harga Rp. 120.000 itu sudah termasuk breakfast di coffee shop, yang sayangnya masakannya kurang lezat sehingga saya lebih memilih untuk sarapan di tempat pelatihan.

Sedikit tentang hotel Olympic. Hotel ini terletak di jalan Urip Sumohardjo no. 65-67 tepat di perempatan jl. Pandegiling atau tepatnya di daerah Keputran. Tukang ojek yang mengantar saya dari Gubengpun lebih mengenal daerah Keputran daripada jalan Urip Sumohardjo. Kebetulan saya masuk dari arah Timur jl. Pandegiling sehingga eksterior pertama hotel ini yang saya lihat adalah bagian melengkungnya. Dari luar, bagian melengkung ini terlihat seram, kusam dan kumuh. Saya sampai berpikir, jangan-jangan saya salah pilih.

Tampak luar hotel ini akan sedikit berbeda kalau kita lihat dari arah Jl. Urip Sumohardjo, sedikit sentuhan modern lewat pemasangan pintu kaca sedikit banyaknya menenggelamkan kesan seram hotel ini. Sayapun agak lega, apalagi ketika melihat front office-nya yang lumayan modern dan bersih. Di belakang meja resepsionis terpasang foto besar hotel ini di masa jayanya, sekitar tahun 1957 (menurut mas petugas hotel). Kondisinya memang tidak jauh berbeda dengan kondisi yang sekarang, hanya lingkungan sekitarnya saja yang jauh berubah.

Saya menginap di kamar 106 di lantai 1, kondisi kamarnya lumayan bersih. Kamarnya besar, mungkin seukuran 5 x 8 m di luar area kamar mandi yang terletak di belakang kamar. Area kamar mandi sendiri berukuran sekitar 5 x 4 m, terdiri dari satu kamar mandi ukuran 2 x 4, sebuah wastafel dan tempat cuci serta sebuah tempat jemur in door di bagian samping. Antara kamar mandi yang satu dan kamar mandi sebelahnya disekat oleh sebuah dinding setinggi kurang lebih 2,5 M sehingga apa yang terjadi di sebelah terdengar jelas. Antara area kamar mandi dan kamar tidur dipisahkan sebuah pintu. Kamarnya sendiri terdiri dari sebuah ranjang besar, sebuah lemari besar, sebuah meja besar bersama 2 kursi dan sebuah meja nakas. Yang asyik adalah karena semuanya adalah furniture tua dari tahun 50-an..!!, hanya TV-nya saja yang datang dari tahun 90-an. ?Sejenak saya merasa bergidik, entahlah..semua bangunan tua rasanya punya aura yang menyeramkan bagi saya.

Ini ada sedikit cerita tentang hotel Olympic yang saya ambil dari : http://djawatempodoeloe.multiply.com

Hotel Olympic dibangun pada tahun 1954, letaknya strategis yaitu di Jalan Urip Sumoharjo no. 65-67. Hotel Olympic didirikan oleh pemilik Hotel Niagara dari Lawang yaitu seorang konglomerat bernama Ong Kie Tjay. Tidak diketahui siapa arsiteknya, gedung hotel dibangun dengan gaya arsitektur Streamline Moderne. Di lantai dasar terdapat toko-toko, sedangkan di lantai dua didirikan Restoran Olympic. Gedung diberi menara lampu yang berfungsi sebagai lentera besar. Pada menara terdapat tulisan iklan bir Heineken. Pada dinding depan terdapat huruf tionghoa juga. Di sebelah kiri terlihat rel trem listrik yang beroperasi di kota Surabaya sampai tahun 1970an.

Pada tahun 1954, Hotel Olympic mengalahkan Hotel Oranje sebagai hotel paling bagus di Kota Surabaya hingga pertengahan tahun 1990an. Setelah itu kondisi Hotel Olympic turun drastis. Beberapa kamar tertentu tidak disewakan lagi karena disinyalir kamar tersebut berhantu.

Sekarang Pemkot Surabaya sedang mengembangkan wisata heritage, yang mana akan mengandalkan bangunan-bangunan tua yang memiliki nilai sejarah tinggi, tentunya setelah dipugar dan diperbaiki. Hasil koordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah bahwa Hotel Olympic sudah termasuk dalam inventarisasi Pemerintah Kota Surabaya sebagai Cagar Budaya.

Ada cerita lucu sedikit tentang kamar yang saya tempati. Karena pemisah yang tidak massif antara kamar saya dan kamar di sebelah pada bagian kamar mandi sehingga apa yang terjadi di sebelah terdengar jelas ke kamar saya. Kebetulan karena saya hanya sendiri jadi suasana kamar saya memang sepi apalagi saya tidak langsung menyetel TV. Mungkin karena mengira kamar di sebelahnya kosong maka penghuni kamar di sebelah saya yang kebetulan pasangan cowok-cewek cuek aja bercanda dan melakukan sesuatu di kamar mandi. Saya bisa mendengar jelas apa yang mereka lakukan di sana, tapi tidak lama karena saya buru-buru ?melarikan diri? , hahaha..beruntung bahwa kejadian itu hanya terjadi sekali karena tampaknya mereka sudah check out sehabis itu.

Kembali ke hotel Olympic. Karena letaknya yang strategis saya bisa ke mana-mana dengan gampang. Di malam pertama saya ke Tunjungan Plaza dengan berjalan kaki, malam berikutnya saya coba berjalan kaki ke arah Selatan menuju Taman Bungkul dan terus kea rah pasar Wonokromo dan bahkan sampai ke Royal Plaza. Semua dengan berjalan kaki karena prinsip saya memang ingin merasakan kota Surabaya dengan berjalan kaki. Hanya saat pulangnya saja saya memilih untuk naik angkot. Seandainya saja saya punya banyak waktu di siang hari saya mungkin memilih untuk masuk ke kebun binatang Surabaya atau ke museum kapal selam yang jaraknya juga tidak jauh dari hotel Olympic.

Malam terakhir saya habiskan dengan nongkrong di Jl. Pandegiling sebelah barat. Menikmati jajanan tradisional di warung-warung tenda (termasuk es Kacang Ijo yang seger), ngobrol dengan orang-orang lokal termasuk beberapa tukang becak dan tentu saja memotret beberapa keadaan di sana. Dari pasar pandegiling saya berjalan ke arah utara dan mentok di sebuah pasar kaget yang justru makin malam makin ramai. Sayangnya saya tidak membekali diri dengan kamera SLR karena sebenarnya banyak sekali momen di sana yang bisa jadi objek menarik untuk difoto.

Singkatnya, hotel Olympic bolehlah masuk sebagai hotel yang direkomendasikan untuk para light traveler yang ingin menikmati kota Surabaya. Posisinya yang strategis dan harganya yang terjangkau tentu saja jadi alasan untuk memilih hotel ini. Jadi, bagi anda yang ingin berwisata murah ke Surabaya, satu lagi hotel yang saya rekomendasikan ke anda ya hotel Olympic ini.

Olympic Hotel
Jl Urip Sumoharjo 65-67 Phone: 5343216