Hormatilah orang yang [tidak] berpuasa

Udara pagi serasa sangat sesak, matahari juga bersinar tak kalah garangnya, lebih garang dari tampang para begundal di sinetron produksi Punjabi cs. Dalam perjalanan ke kantor saya sempat melirik sebuah warung Coto Makassar yang ada di pinggir jalan.

Tampang warungnya ngejreng banget, dengan kain warna kuning besar bertuliskan nama warung dan jenis makanan yang ditawarkan. Selain itu, sang pemilik masih menambah semaraknya suasana warung dengan sebuah plat besi seukuran kira-kira 60×40 cm yang berdiri tegak di depan warung dengan tulisan besar-besar “ADA”. Artinya, Coto Makassar yang dijajakan memang ada.

Jam baru menujukkan pukul 9.00 pagi, berarti waktu buka puasa masih kira-kira 9 jam lagi, masih sangat lama. Tapi di depan warung sudah berjejer beberapa motor, penanda bahwa sang pemilik sedang berada di dalam warung. Saat melongok sepintas ke dalam warung, kayaknya ndak ada seorangpun wanita di sana, yang ada hanya laki-laki.

Bulan Ramadhan, pagi-pagi, di warung coto. Hmmm…jelas itu berarti sang pengunjung nggak puasa. Non muslim kah..?, sepertinya koq bukan ya..?. memang saya nggak sampai seiseng itu untuk turun dan nanya agama mereka, bisa-bisa digebukin orang..tapi saya koq yakin kalau mereka itu muslim. Pedagangnya apalagi, jarang-jarang ada pedagang coto makassar yang non muslim, saya malah belum pernah nemu.

Trus kalau mereka cowok dan muslim, kenapa mereka nggak puasa ya ?. kerja keraskah mereka ?. kayaknya koq nggak, itu kalau melihat tongkrongan mereka plus kendaraan yang mereka pakai. Beda kalau teman-teman tukang saya yang nongkrong di situ pagi-pagi. Tongkrongannya beda lah..

Tapi memang sepertinya sudah jamak koq, hari-hari terakhir menjelang perginya bulan Ramadhan, pemandangan orang yang terang-terangan mengaku tidak berpuasa sudah jadi pemandangan biasa. Bukan cuma di warung, orang yang merokok secara bebas dan transparan aja sudah biasa koq.

Saya ingat, dulu, duluuu banget, sepertinya orang muslim kalau nggak berpuasa tuh kayaknya malu banget. Sampe-sampe kalau mau makan atau merokok musti cari tempat yang betul-betul tersembunyi. Tapi hari ini, sepertinya yang terjadi adalah kebalikannya. Udah banyak orang yang kayaknya bangga banget kalau nggak puasa.

Sepertinya mereka dengan sombongnya berkata, “toh puasa hanya diwajibkan untuk orang-orang yang beriman, bukan kepada semua orang..”, Jadi ya mereka nggak salah dong ya…

Saya kemudian berpikir, seharusnya kalau suasananya kayak begini, spanduk-spanduk yang berbunyi “ hormatilah orang yang berpuasa” seharusnya diganti dengan “ hormatilah orang yang tidak berpuasa”. Karena kadang-kadang mereka-mereka itu tampak nggak mikirin orang-orang yang berpuasa, sehingga terasa malah mereka yang harus dihormati.

Saya koq malah lebih respek pada sodara-sodara non muslim yang biasanya malah sangat menghormati kita-kita yang lagi puasa. Sayangnya sodara-sodara se-muslim lah yang kadang-kadang tampil imperesif dengan mempertontonkan keberanian mereka menantang ajakan Tuhan.

Yah, kalau sudah begini mau bagaimana lagi, sabar saja dengan harapan puasa kita lebih berbobot. Sekalian mari kita berpositif thinking, mungkin aja mereka nggak puasa karena memang lagi berhalangan, lagi sakit kali. Tapi…sakit koq ya berjamaah..?.

Yah sudahlah, kita berpuasa yang benar aja ya….anggap saja pemandangan seperti itu sebagai godaan yang Insya Allah bisa kita lewati dan bisa mempertebal keimanan kita,

Selamat berpuasa…