Haruskah Blogger Menulis ?

Blogging

Ketika seorang blogger diundang dalam kapasitasnya sebagai seorang blogger pada sebuah konferensi sebagai blogger, haruskah dia menulis tentang acara itu ?

Saya terlambat menyadarinya. Ternyata kemarin sesiangan ada perdebatan yang hangat di twitter. Pemicunya adalah postingan dari Risa Amrikasari, seorang blogger dan juga praktisi HAKI. Mbak Risa ( selanjutnya saya sebut Risa saja ) berceloteh pasca penyelenggaraan konferensi Asean Blogger Community di Bali beberapa waktu yang lalu.

Risa menyoroti kurangnya tulisan dari para blogger peserta konferensi tentang acara yang bertajuk konferensi itu. Saya lupa kalimat pastinya, tapi dalam postingannya di blog Perempuan Indonesia dia bercerita bagaimana kewajiban seorang blogger yang menjadi undangan dalam sebuah event. Menurut Risa, blogger yang diundang adalah blogger yang dianggap memiliki kapasitas sebagai seorang blogger, seorang yang memiliki blog pribadi dan rajin mengisinya. Karena kapasitasnya itulah maka seharusnya para blogger itu juga punya ?kewajiban? untuk membuat reportase tentang acara yang diikutinya. Apalagi acara tersebut bertema konferensi, sebuah hal yang serius dan membawa nama Indonesia.

Setidaknya itu yang saya tangkap dari twit maupun penjelasan Risa di blognya.

Dalam satu sisi saya merasa setuju dengan penjelasan itu. ?Sebuah pertemuan, apalagi sebuah konferensi tentu dilakukan karena adanya satu kesamaan, entah profesi maupun visi. Konferensi di Bali kemarin juga digelar untuk para blogger, dan karenanya yang diundang adalah para blogger. Kondisinya mungkin sama bila para dokter se ASEAN mengadakan konferensi, yang diiundang pastilah hanya para dokter. Mereka yang berprofesi dokter pasti akan mengimplementasikan hasil konferensi dalam profesinya. Nah hal yang sama juga berlaku dalam dunia blogging. Blogger yang diundang dalam kapasitas sebagai blogger dalam sebuah acara resmi bertajuk konferensi tentu punya kewajiban moral untuk menulis tentang acara itu, toh mereka adalah blogger yang memang seharusnya ngeblog, nulis di blog pribadi.

Hanya saja masalahnya memang tidak segampang itu. Blogger jaman sekarang memang sedikit bergeser dibandingkan masa-masa awal ketika blog masih booming. Para blogger senior saat ini banyak yang lebih aktif di twitter daripada blog pribadi sehingga untuk langsung menulis reportase sebuah acara kadang jadi pilihan kesekian, toh reportasenya sudah beredar lewat twitter. Bandingkan dengan keadaan beberapa tahun lalu ketika sebuah kopdar saja bisa ditulis panjang lebar di blog pribadi.

Masalah menjadi tambah rumit ketika ada yang merasa dipaksa untuk menulis sebagai kompensasi atas undangan dalam acara tersebut. Bahkan ada yang bilang kalau blogger tidak bisa dibeli. Menurut saya itu reaksi yang berlebihan. Saya mencoba mencermati twit Risa berkali-kali dan merasa tidak menemukan sebuah paksaan, hanya sebuah pertanyaan. Tapi mungkin saya salah, toh saya bukan siapa-siapa.

Saya terpaksa bicara tentang diri saya. Sampai sekarang saya masih menganggap diri saya sebagai seorang passionate blogger, sehingga kejadian apapun sedapat mungkin saya tuliskan. Selepas hadir di acara Kopdar Blogger Nusantara saya sampai menuliskan 3 tulisan berseri tentang acara tersebut. Sebenarnya bukan karena merasa wajib atau merasa karena ada tanggung jawab, sepenuhnya hanya karena merasa perlu saya tuliskan meski sebagian besarnya hanya tulisan tentang kejadian di balik layar atau kesan personal.

Kasus berbeda terjadi ketika kami blogger Makassar diundang mengunjungi taman nasional Taka Bonerate. Dari awal kami memang sudah diberitahu bahwa undangan ini datang karena kapasitas kami sebagai blogger yang diharapkan bisa merasakan langsung kawasan taman nasional tersebut sekaligus bercerita tentang Taka Bonerate kepada dunia. Sebenarnya tidak ada poin yang menjelaskan keharusan kami menulis tentang perjalanan itu, tapi sekembalinya dari sana saya merasa punya kewajiban untuk menulis tentang tempat indah itu sebagai balasan ( kalau bisa dibilang begitu ) atas semua fasilitas yang kami dapatkan meski sederhana. Alasan kewajiban mungkin cuma sedikit, selebihnya adalah karena alasan pribadi tentu saja, bagaimana saya sangat menikmati perjalanan tersebut sehingga kemudian tergerak untuk menulisnya dalam 3 seri postingan.

Tapi sekali lagi kasus ini tentu berbeda dengan kasus yang saya tuliskan di atas karena dari awal memang ada ekspektasi dari pihak pengundang agar kami sebagai blogger bisa bercerita banyak soal Taman Nasional Taka Bonerate, meski tidak ada perjanjian kalau kami harus menulisnya. Tanggung jawab morallah yang kemudian membuat saya dan beberapa teman kemudian menulis tentang perjalanan tersebut.

Sebagai orang yang tidak ikut dalam acara Konferensi Asean Blogger Community di Bali kemarin, saya tentu tidak punya hak untuk ikut bicara banyak. Saya berhenti pada perenungan tentang wajib tidaknya blogger menulis tentang sebuah ajang ketika dia datang sebagai undangan yang mendapatkan fasilitas full. Soal diskusi ( atau mungkin lebih tepat disebut twitwar ) yang kemudian terjadi karena twit dari Risa tersebut saya tidak berani menanggapi lebih lanjut.

Hanya saja ada satu twit dari Herman Saksono yang menurut saya bisa jadi kunci dari pertanyaan saya soal wajib tidaknya blogger undangan menulis tentang event tersebut. Bunyinya :

Tanggung jawab blogger adalah menulis yang menurutnya penting dan benar. Kegiatan akan naik ke blog jika memang layak ditulis.

Sebuah kata kunci yang mungkin bisa menjelaskan pertanyaan Risa tentang kenapa sedikit sekali blogger yang menulis tentang acara ABC kemarin. Jadi ? Masalah sudah selesai bukan ? Pertanyaan sudah terjawab.