Dua Malaikat Kecilku

Dua Malaikat Kecilku

Entah kenapa dua hari ini saya tiba-tiba kangen sama malaikat kecilku di Semarang sana, dan tiba-tiba bayangan-bayangan tentang keceriaannya berkelebatan di kepala. Sudah lama saya tidak bercerita tentang Hilmy dan kakaknya, dan sepertinya ini saat yang tepat untuk bercerita tentang Hilmy dan kakaknya, Nadaa.

Ada di antara teman-teman yang tidak suka anak kecil ? Ada di antara teman-teman yang tidak bahagia melihat anak kecil tertawa lepas atau sekedar tersenyum penuh ketulusan pada anda ? Kalau ada, berarti mungkin anda perlu sentuhan lebih untuk bisa memahami bagaimana rasa bahagia itu menyusup ketika seorang anak kecil berlari ke pelukan anda, tertawa dan mengucapkan ?terima kasih? dengan suaranya yang lucu.

Ah, saya merindukan masa-masa seperti itu. Rasanya baru kemarin saya ikut terbangun tengah malam, membuatkan susu untuk Nadaa atau Hilmy, menggendong mereka, mengantar mereka berjemur di pagi hari, memandikan mereka, memakaikan baju, mengajak mereka jalan-jalan. Semua berlalu begitu cepat, dan sekarang Nadaa sudah bisa mandi sendiri, sudah menolak untuk dipeluk, gak suka kalau pipinya dicium. Sementara Hilmy ? Dia jauh, hanya suara cadelnya di seberang pesawat telepon yang bisa mengobati rindu.

Nadaa Fathiya Farah

Nadaa Fathiya Farah, lahir di Semarang 18 April 2004. Waktu bayi tergolong anak yang sulit, dia suka ngeyel, emosinya tidak stabil. Nadaa juga bukan tipe anak yang ekspresif, bukan pekerjaan gampang untuk membuatnya tertawa. Kadang kami sudah sibuk beraksi di depannya, segala aksi konyol sudah kami keluarkan tapi dia masih menatap dengan pandangan menyelidik tanpa ikut ketawa sedikitpun. Tidak heran kalau hampir tidak ada satupun foto masa bayinya dengan ekspresi tertawa.

Hilmy Farand Zaydan, lahir di Sungguminasa 25 September 2008. Proses lahirnya sulit, bahkan dia terlilit ari-ari sampai dua kali. Menurut kepercayaan orang Jawa, anak seperti itu biasanya akan jadi anak yang kelihatan pantas memakai pakaian apa saja. Menurut kepercayaan orang Makassar, anak yang terlilit ari-ari biasanya punya indera keenam. Ah, terserahlah mana yang benar mana yang salah, yang jelas kami bersyukur dia lahir dengan selamat.

Berbeda dari Nadaa, Hilmy bayi adalah anak yang riang dan ramah. Hanya dengan satu cilukba anda akan dapat bonus senyuman, bahkan kadang sampai tawa yang terkekeh-kekeh. Hilmy kecil disenangi banyak orang karena pembawaannya yang riang dan mau ikut siapa saja. Beda dengan Nadaa yang hanya mau ikut ayah, bunda dan tante kecilnya.

Ketika mulai tumbuh menjadi balita Nadaa makin keras kepala. Bukan hal mudah untuk menyuruhnya melakukan sesuatu, termasuk menyuruhnya tidur. Dia gampang ngambek dan sesekali berteriak meluapkan emosinya. Butuh kesabaran ekstra untuk menenangkannya. Hilmy, tumbuh sebagai anak lelaki yang manis. Gampang diatur, meski kadang membantah tapi relatif lebih kalem dibanding kakaknya.

Umur 4 tahun Nadaa mulai masuk playgrup, ini keputusan tepat karena akhirnya perangainya mulai melembut. Dia menjadi anak yang tidak keras kepala lagi dan penurut. Kecerdasannya makin meningkat, nonton tivi bersama dia berarti harus siap dengan segudang jawaban untuk segudang pertanyaannya. Motorik halusnya makin berkembang, kelihatan sekali ketelatenannya dalam mengguratkan pensil atau pulpen. Daya tangkapnya juga bagus, kami tak perlu susah payah mengajarinya sesuatu sampai dia paham.

Nadaa juga mulai senang tertawa bahkan kelihatan kalau selera humornya cukup tinggi. Dia tumbuh jadi anak yang cerdas, ceria dan humoris. Hilang sudah gambaran masa bayinya yang serius, kurang ekspresif dan pendiam.

Hilmy Farand Zaydan

Sementara itu Hilmy tumbuh sebagai anak yang lucu dan menggemaskan. Kulitnya putih, beda dengan Nadaa. Dia tetap jadi anak yang senang tertawa dan bahkan bertambah menjadi anak yang senang bikin orang lain ketawa. Sedikit berbeda dengan Nadaa, Hilmy suka bertingkah konyol demi menarik perhatian orang dan bikin orang ketawa. Pokoknya dia menggemaskan, bikin semua orang kangen pada gayanya. Hilmy juga tumbuh jadi anak yang cerdas dan gampang mengerti. Seperti Nadaa dia juga punya kelebihan pada motorik halusnya. Di usianya yang setahun lebih dia bisa menggambar lingkaran kecil dengan rapih.

Dari semenjak bayi, raut muka Nadaa sudah kelihatan kalau memang lebih banyak mengikuti raut muka saya. Matanya yang sipit dan wajahnya yang lonjong sungguh fotokopian yang mirip dengan wajah saya. Hilmy sebaliknya. Cowok kecil itu mengkopi wajah bundanya. Wajah bulatnya dan mata bulatnya dia ambil dari bundanya. Adil bukan ? si cewek ikut wajah ayahnya sementara si cowok ikut wajah bundanya.

Hari-hari berlalu, saya kadang merasa menyesal sudah melewatkan banyak masa-masa keemasan si Hilmy. Keadaan yang membuat kami berpisah dalam waktu lama meski Insya Allah september tahun ini kami akan kembali berkumpul. Saya sering membayangkan suatu hari nanti saya akan membawa Hilmy ke lapangan bola, mengajarinya cara menendang bola yang benar, mengajarkan teknik dasar dribling, membantunya memanjat pohon dan bahkan mungkin mengajarinya membela diri.

Ah,waktu memang tidak bisa kita apa-apakan. Kadang berjalan begitu cepat dan kadang pula berjalan sangat lambat. Tapi yang terpenting adalah, saya bahagia punya dua malaikat kecil yang hidup bersama saya.

Saya dan Hilmy, beda kan ? 🙂