Antara Feature dan Breaking News

Foto from Detikfoto

Hari sabtu (2/4) kemarin saya dapat kesempatan mengikuti seminar online media, citizen reporter dan enterpreneurship yang diadakan Detik.Com, banyak hal menarik yang saya dapatkan dalam acara yang berlangsung dari pagi hingga malam itu. Berikut adalah catatannya.

Sabtu pagi itu basah oleh sisa hujan. Di halaman depan sebuah hotel yang cukup besar dekat pusat kota Makassar sudah berkumpul ratusan orang. Beberapa dari mereka mengantri di depan meja registrasi. Mereka adalah peserta Seminar online media dan enterpreneurship yang diadakan oleh Detik.Com. Saya dan puluhan teman-teman dari Anging Mammiri juga ikut dalam deretan itu.

Acaranya dimulai sekitar pukul 09:00. Ada dua pembicara yang dinanti-nanti, Budiono Sudarsono sang founder Detik.com serta Raditya Dika si Kambing Jantan yang sudah terkenal sebagai tukang ngocol itu.

Saya terus terang sangat tertarik pada gaya presentasi Budiono Sudarsono atau yang akrab disapa BDI itu. Dia sangat santai dalam membawakan presentasi-nya. Dia bisa mencairkan suasana dengan pilihan materi yang pas dan cara membawakan materi yang santai dan jenaka. Akibatnya, hadirin sama sekali tidak merasa bosan selama BDI membawakan presentasinya.

Bintang kedua pada seminar itu tentu saja si Kambing Jantan. Ini memang pertama kalinya saya melihat langsung penampilan si Raditya Dika meski sudah beberapa kali melihat penampilannya di televisi. Jujur, saya kurang tahu banyak soal dia meski saya tahu kalau dia sudah jadi salah seorang seleb yang melejit lewat blognya yang gokil itu.

Raditya Dika memulai penampilannya dengan gaya yang santai dan dalam waktu singkat berhasil memancing tawa para hadirin. Gaya sarkasnya memang efektif memancing tawa. Tapi sayangnya, saya tidak dapat feelnya, memang beberapa ada yang bisa membuat saya tersenyum simpul tapi selebihnya terasa agak garing. Garing karena lawakan model itu sudah sering saya dengarkan, entah dari Raditya sendiri ataupun dari orang lain. Tapi, overall Raditya Dika tidak mengecewakan para penggemarnya yang sebagian besar adalah gadis remaja.

Setelah sesi seminar selesai pada jam 12 siang, acara memasuki sesi workshop. Dari 200an peserta saya terpilih bersama 49 peserta lainnya untuk mengikuti workshop penulisan jurnalistik yang diadakan oleh Detik.Com.

Di akhir sesi workshop ada kejadian menarik.

Jadi, ceritanya workshop ini diadakan sebagai bahan untuk menjaring para pewarta warga ( citizen reporter ) yang nantinya diharapkan bisa meramaikan konten lokal milik Detik.com.Jadi, para peserta workshop diajarkan cara menulis laporan jurnalistik breaking news a la Detik.Com

Buat saya ini bukan sesuatu yang mudah. Selama kurang lebih 3 tahun bergabung dengan panyingkul.com saya selalu diajarkan untuk menulis sebuah feature, bukan straight news apalagi yang pendek-pendek. Di Panyingkul kami diajarkan bagaimana cara membuat sebuah tulisan feature yang panjang tapi tidak membosankan.

Dua buku yang jadi “kitab suci” kami di Panyingkul adalah “Seandainya Saya Wartawan Tempo” milik Goenawan Mohammad dan “Jurnalisme Sastrawi” punya Andreas Harsono. Dua buku itu jadi panduan kami dalam membuat tulisan feature yang panjang, desktriptif tapi tidak membosankan.

Sementara itu, breaking news a la Detik.com berbeda. Para reporter dituntut membuat tulisan yang singkat, padat dan tidak bertele-tele. Ini susah, apalagi buat saya yang sudah terbiasa selama 3 tahun lebih menulis dengan gaya yang panjang.

Elemen utamanya sebenarnya sama, judul, lead dan isi tulisan. Hanya saja penggarapannya yang berbeda. Perbedaan paling mendasar ada pada lead dan isi. Kata BDI, “Lead adalah kontrak kita dengan pembaca. Bagaimana kita mampu mengikat pembaca untuk membaca tulisan kita hingga selesai tergantung dari lead yang kita pilih”. Dan ada perbedaan mendasar pada lead di tulisan feature dan lead di breaking news.

Di tulisan feature apalagi yg bergenre jurnalisme sastrawi, lead kadang dibuat dengan panjang dan cenderung menyerupai karya fiksi, sementara di ?breaking news judul dibuat singkat, padat dan straight to the point.

Di ujung workshop kami diberi tayangan video kejadian gempa dan tsunami di jepang kemudian diminta untuk membuat berita seolah-oleh kami berada di lokasi kejadian. Waktu yang diberikan 15 menit. Wuihh, susahh !! Saya sampai harus merevisi berkali-kali tulisan yang saya buat.

Setelah waktu habis, beberapa peserta diminta menampilkan hasil tulisannya di proyektor sambil dinilai langsung oleh BDI dan satu lagi dari redaksi Detik.com. BDI memberikan koreksi dan tambahan pada tulisan yang dianggapnya belum pas sambil memberi niai yang beragam, mulai dari 4,5 yang paling rendah hingga nilai 6,5 yang paling tinggi.

Saya terpilih untuk menayangkan tulisan saya di bagian akhir. Awalnya deg-degan juga menunggu komentar dari BDI. Dan..syukurlah karena ternyata BDI dan redaksi Detik.com menganggap tulisan saya bagus. Bahkan diberi point 7 yang adalah point tertinggi hari itu. Kalau saya tidak salah tangkap, BDI bahkan berkata kalau sepanjang pelaksanaan roadshow hanya Medan dan Makassar yang pesertanya bisa meraih angka 7.

Alhamdulillah, ternyata saya juga mampu menulis breaking news yang sungguh berbeda perlakuannya dengan tulisan feature yang selama ini saya tekuni.? Hari itu saya mendapatkanbanyak pelajaran dari seminar dan workshop Detik.com. Sekarang tinggal bagaimana memanfaatkan pengalaman tersebut.

By the way, mau tahu bagaimana tulisan saya yang dapat point 7 dari BDI itu ? ini dia :

Kota Miyako Tersapu Tsunami

Posted by syaifullah on April 2nd, 2011

Sebuah bencana besar melanda kota Miyako, perfektur Iwake Jepang pada hari Jumat 11 Maret 2011. Gelombang tsunami menghantam kota tersebut sekitar pukul 15:00 atau setengah jam setelah gempa besar berkeuatan 9,0 SR

Gelombang besar merangsek ke dalam kota melewati dinding pengaman yang sebenarnya telah disiapkan warga kota untuk membendung tsunami.

Dari video yang direkam oleh seorang warga terlihat jelas bagaimana gelombang tersebut menyapu garis pantai di kota Miyako. Beberapa kendaraan yang terparkir di sepanjang pantai hanyut dibawa gelombang, begitupula dengan beberapa kapal laut yang ikut terseret hingga terbawa ke daratan.

Kekuatan gelombang yang menakutkan menyapu pesisir pantai dan terus bergerak ke dalam kota. Hingga saat ini masih belum jelas berapa jumlah korban jiwa akibat bencana gelombang tsunami tersebut.

NB :

Setelah saya baca ulang, sepertinya tulisan saya biasa saja ya ? 😀