Another Day in Surabaya

Hari Minggu – Selasa (21-23/3 ) kemarin saya sempat menghabiskan waktu dua hari di Surabaya. Kali ini agak spesial karena sebelumnya Surabaya bagi saya hanya jadi tempat persinggahan selama beberapa jam sebelum bertolak ke Jogja, atau sebaliknya dari Jogja dan bertolak ke Makassar. Kali ini, untuk pertama kalinya saya bisa menghabiskan waktu lebih dari 24 jam di kota terbesar kedua di Indonesia ini.

Apa yang saya lakukan di Surabaya selama 2 malam 3 hari itu ? hmmm..mungkin tidak usah saya ceritakan karena sepertinya tidak terlalu penting bagi para pembaca meski bagi saya kadar pentingnya sangat luar biasa. Apa yang ingin saya bagi di sini adalah beberapa informasi yang mungkin penting bagi beberapa orang yang ingin menghabiskan waktu di Surabaya, khususnya bagi yang belum tahu banyak tentang Surabaya dan berbudget rendah.

Menitip motor di Bandara Hasanuddin
Informasi ini saya anggap penting, khususnya bagi para traveler berbudget rendah seperti saya. terkhusus lagi bagi mereka yang hanya pergi selama maksimal 2 hari. Ide menitip motor di bandara tiba-tiba muncul ketika saya menimbang-nimbang rute perjalanan saya ke bandara Hasanuddin. Sekedar gambaran, rumah saya adanya di sebelah selatan kota Makassar tepatnya malah sudah di luar kota Makassar sementara bandara Sultan Hasanuddin adanya di sebelah utara kota Makassar. Jaraknya mungkin sekitar 15 kilometer lebih, yang jelas rumah saya sudah berada di ring 3 kalau saya menggunakan taksi bandara di mana ongkosnya adalah Rp. 150.000,-, sebuah angka yang cukup besar bagi saya.

Nah, karena perjalanan saya yang hanya dua hari maka muncullah ide untuk pake motor saja ke bandara dan menitipkannya di sana. Saya coba cari informasi ke sana ke mari dan ternyata agak susah. Belum pernah ada orang yang saya temui yang pernah menitipkan motornya di bandara, bahkan pertanyaan yang saya lempar ke milispun tak ada balasan yang memuaskan. Saya coba googling, hasilnya juga sama. Belum ada orang yang menuliskannya di blog. Dari seorang teman saya hanya dapat informasi tentang penitipan mobil, si teman biasanya menitipkan mobilnya di bandara dengan ongkos Rp. 35.000 per hari. Mobil mungkin relatif lebih aman ditinggal di parkiran bandara daripada motor, jadi jawaban teman saya masih meragukan.

Akhirnya di hari-H saya nekad saja membawa motor ke bandara, dan benar saja. Di parkiran bandara ternyata banyak motor yang terbungkus jas hujan, pembungkus plastik dan bahkan sarung. Itu jelas adalah tanda kalau motor itu sengaja ditinggal pemiliknya lebih dari 24 jam. Maka dengan sedikit tenang motor saya parkir, saya kunci dan saya bungkus dengan jas hujan. Selesai..sayapun berangkat ke Surabaya dan kembali 2 hari kemudian.

Dua hari kemudian saya mendapati motor masih di tempat yang sama, dengan bungkus yang sama. Alhamdulillah aman, pikir saya. Di loket parkiran saya harus membayar Rp. 55.000,- sebagai ongkos selama 2 hari itu. Lumayanlah, saya menghemat cukup banyak. Bayangkan kalau harus naik taksi ke dan dari bandara, jumlahnya bisa Rp. 300.000,- kalau naik ojek bisa sampai Rp. 120.000,- karena sekali jalan ongkosnya Rp. 60.000,-. So, bagi kalian yang punya rencana terbang selama (maksimal) 2 hari maka pilihan menitip motor di bandara tentu masuk akal bukan ? Saya bilang maksimal 2 hari karena kalau lebih dari itu rasanya masih lebih mending memilih moda transportasi lain, minimal ojek. Atau kalau memang rumah anda tak terlalu jauh dari bandara-tidak seperti rumah saya-maka pilihan moda transportasi lain tentu lebih masuk akal daripada menitipkan motor di bandara. Silakan dipikir untung ruginya.

Penginapan murah di Surabaya.
Jauh sebelum berangkat saya sudah sempat survey penginapan yang murah dan bersih di Surabaya. Beberapa di antaranya sudah masuk kategori dan menjadi incaran saya. Prioritas utamanya tentu adalah soal bersih dan murahnya, jangan sampai penginapannya murah tapi ternyata adalah penginapan bergenre triple X (you know what I mean..). Prioritas kedua adalah jarak dari Universitas Surabaya, tempat yang jadi tujuan utama ke Surabaya.

Atas bantuan mbak Arie, temannya Ofie, kami kemudian berlabuh di Sagita Homestay di jalan Jemursari Selatan VI. Homestay ini memang awalnya sudah saya incar via internet karena beberapa situs dan forum sepertinya merekomendasikan tempat ini. Ternyata rekomendasi dari beberapa orang itu benar juga, Sagita Homestay memang layak masuk kategori penginapan murah dan bersih.

Murah karena ongkos semalamnya hanya Rp. 135.000,- meski ada juga yang seharga Rp. 150.000,- tergantung luasan kamarnya. Kamar yang seharga Rp. 135.000,- luasnya 3×3 m, belum termasuk kamar mandi seluas 2×2 m dan sebuah lemari build in. Isinya satu ranjang king size, 2 sofa 1 seat dan 1 televisi. Ada AC di tiap kamar dan kamar mandinya berisi 1 shower, 1 closet duduk dan 1 wastafel. Enaknya lagi, ada air panas di kamar mandinya. Terus ada sarapan juga yang diantar ke kamar setiap pagi antara jam 6.30 s/d 7.00. Sarapan paginya khas sarapan pagi di Jawa, sepiring nasi plus tahu, tempe dan ayam goreng. 2 hari di sana menunya tidak sama, tapi garis besarnya tetap sama. Bagi saya harga Rp. 135.000,- lumayan murah untuk service seperti itu. Satu lagi catatan khusus untuk penginapan ini, kalau anda check in berlainan jenis maka mereka akan meminta surat nikah atau minimal KTP beralamat sama. Ini yang bikin saya tenang karena setidaknya penginapan ini meminimalkan kemungkinan untuk dijadikan sebagai tempat bergenre triple X.

Homestay Sagita berada beberapa meter di belakang kantor Kompas Gramedia Jl. Jemursari. Letaknya kira-kira sebelah selatan kota Surabaya, berjarak sekitar 5.63 KM dari bandara Juanda (menurut Google Earth). Untuk mencapainya, dari bandara Juanda bisa pake taksi atau seperti pilihan saya, naik ojek. Saya bayar ojek Rp. 40.000,- yang sepertinya terlalu mahal mengingat jarak yang ternyata tidak terlalu jauh, makanya ketika pulang saya hanya membayar Rp. 25.000.- untuk ojek dari Jemur Andayani ke bandara.

Satu-satunya kekurangan dari Homestay Sagita ini adalah karena posisinya yang agak jauh dari jalan besar sehingga untuk mencari tempat makan harus berjalan agak jauh ke arah jalan Jemur Andayani atau ke kalau mau lebih dekat bisa ke jalan Jemursari yang relatif lebih sepi dari pedagang makanan daripada jalan Jemur Andayani. Kalau jalan ke Jemur Andayani (kira-kira 150-200 meter) bisa langsung ditemui beberapa pedagang makanan utamanya di seberang jalan (termasuk sop kikil yang aduhai..slurrpp), atau kalau mau lebih mahal sedikit tanpa harus menyeberang jalan silakan mencegat angkot dan turun di JS Plaza. Di dalam JS Plaza akan ada lebih banyak pilihan makanan lagi dengan harga standard mall.

Oh ya, Homestay Sagita bisa ditelepon di nomor : 031 – 8411 484 atau 031- 8411 452. Alamatnya lengkapnya di Jl. Jemursari VI no.11, tempat ini recommended lah untuk anda yang ingin mencari penginapan murah dan bersih di Surabaya.

Selama di Surabaya saya memang tidak sempat berjalan ke sana ke mari karena tujuan utama memang hanya berwisata di kamar saja, hehehe. Tempat lain yang saya datangi selain JS Plaza hanyalah Royal Plaza di jalan Ahmad Yani. Dari jemur Andayani cukup naik angkot sekali dan turun tepat di samping Royal Plaza. Royal Plaza yang lumayan luas ini bagi saya adalah gabungan antara Mall Panakkukang dengan MTC di mana brand besar dan terkenal bersaing dengan toko-toko lokal khas trade center. Food courtnya juga lumayan luas dengan berbagai pilihan makanan dan minuman, hanya sayangnya sepanjang area food court yang luas itu tanda dilarang merokok ada di mana-mana plus satpam yang mondar-mandir dengan rajinnya.

Nah, dari perjalanan singkat kemarin setidaknya dua hal di atas yang bisa saya bagi kepada anda. Belajar dari pengalaman saya yang sempat kesulitan mencari informasi tentang penitipan motor di bandara Sultan Hasanuddin dan informasi penginapan murah dan bersih di Surabaya, maka saya ingin membagi pengalaman saya untuk anda, siapa tahu saja berguna.

Jadi, kapan ke Surabaya lagi ?