5 tahun yang luar biasa

aku adalah seorang lelaki biasa yang dikelilingi wanita-wanita yang luar biasa. (Ipul)

Saya terima nikahnya Tusiana Noor Alfisyahr binti Sugito Sudarman, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat 10 gram, tunai.

Tepat tanggal 11 bulan Agustus lima tahun yang lalu, sekitar pukul 10 pagi waktu Semarang, saya mengucapkan kata-kata di atas. Hingga hari ini saya masih ingat dengan jelas, bagaimana berdebarnya dadaku menjelang momen yang sangat bersejarah itu. Hampir sepanjang malam saya tidak bisa tidur, pagi hari datang seperti sangat lambat. Perjalanan ke rumah mempelai wanitapun seperti meniti titian bambu di atas kobaran api, sangat mendebarkan. Seingat saya, hanya ada 3 momen yang efek tegangnya sebanding dengan hari itu. Momen saat disunat dan tentu saja momen saat menanti kelahiran putri pertama kami.

Hari itu garis hidup kami bertemu. Adalah Cileungsi yang menjadi tempat awal pertemuan kami, sekitar bulan Juli 2000. Desember 2000, tepatnya tanggal 23 giliran Gambir yang jadi saksi penyatuan kami. Dengan sepotong lirik lagu “Black “ milik Pearl Jam, Ofie resmi jadi kekasihku. Hubungan yang sangat berat, jarak yang jauh menjadi halangan yang terus menguji cinta kami. Entah telah berapa ratus ribu atau bahkan juta rupiah yang keluar hanya demi bisa bertemu. Bahkan setiap sapaan lewat telepon pun ibarat semilir angin yang menyejukkan.

Satu tahun, tujuh bulan dan delapan belas hari sejak awal komitmen itu kami akhirnya meresmikannya di mata Allah dan negara. Upacara sederhana di kota Semarang menjadi awal perjalanan hidup kami selanjutnya. Jutaan mimpi mulai kami rajut, bersama dalam suka dan duka, berharap semuanya bisa bertahan hingga maut memisahkan. Menumpang kapal laut, saya memboyong wanita yang telah resmi melengkapi tulang rusukku yang hilang. Awalnya tak ada yang mudah, dua insan dengan latar belakang budaya yang bertolak belakang seakan-akan memberi ruang yang lebar bagi datangnya perpecahan. Pertengkaran, diam-diaman bahkan air mata adalah bumbu dalam pernikahan kami yang baru seumur jagung. Ofie yang terbiasa hidup dalam keluarga yang terbuka,penuh kelembutan dan perhatian bertemu saya yang terbiasa hidup dalam keluarga yang tertutup, keras, tegas dan mandiri bahkan cenderung cuek. Shock culture, ditambah dengan merasa terasingnya Ofie di dunia yang baru, jauh dari teman dan keluarganya membuat emosinya tidak stabil. Sayangnya saya masih sering menuruti emosi, dan tetap berlaku seolah-olah masih sendiri.


Kami hidup penuh keterbatasan. Ofie yang terbiasa bekerja, sementara harus hidup mendekam di rumah. Tanpa kegiatan, tanpa teman. Hanya satu tape butut sebagai hiburan. Perlahan kami mulai mengumpulkan semuanya. Benda berharga pertama yang kami beli adalah TV, sebuah TV 14” hasil tabungan kami. Selanjutnya semua bergulir sesuai skenario Yang Maha Mengatur.

Rejeki tidak dapat ditolak. Walaupun telah berusaha menghindari kehamilan tanpa menggunakan alat kontrasepsi, Ofie tetap hamil. Awalnya kami tidak ikhlas menerimanya, target awal kami sebenarnya adalah pacaran dengan halal dulu selama setahun mengingat selama ini kami pacaran jarak jauh. Mungkin Allah menghukum kami, karena memasuki usia kandungan 2 bulan, kandungan Ofie tidak bisa dipertahankan. Ada yang salah dengan janinnya, janin itu tidak berkembang dengan sempurna hingga tubuh kemudian melakukan penolakan. Kuret adalah satu-satunya jalan.

Beberapa bulan kemudian, Ofie hamil lagi. Hampir seperti yang pertama,kali ini janin itu gugur lagi. Kecapean, itu kata dokter. Waktu itu Ofie memang baru mulai bekerja lagi setelah sekian lama menganggur. Karena usia kandungan yang baru beberapa minggu, maka hanya obat-obatan yang kemudian jadi jalan keluar untuk si calon janin. Tak perlu kuret dan bedrest seperti yang pertama. Kami kemudian mulai melupakan program punya anak. Ofie sibuk dengan kerjaannya di proyek sebuah Mall di Tanjung Bunga. Namun rupanya Allah memang sangat mengasihi kami. Bulan Juli 2007, Ofie kembali terlambat bulan. Testpack menunjukkan tanda positif. Alhamdulillah, kali ini kami telah siap menerima anugerah-Nya.

Enam bulan terlewati dengan penuh kehati-hatian. Sesekali perselisihan masih menjadi bumbu dalam kebersamaan kami. Di usia kandungan 6 bulan dan kontraknya telah selesai, Ofie pun kembali ke Semarang. Hal yang wajar apabila setiap wanita ingin bisa melahirkan anak pertamanya di dekat sang Ibu. 3 bulan kemudian menjelang kelahiran si jabang bayi, saya menyusul ke rumah ibu mertua. Hanya berselang seminggu sejak kedatangan saya, bayi mungil itu hadir di muka bumi. Kami memberinya nama “NADAA FATHIYA FARAH”, nama dari bahasa Arab yang artinya kira-kira, Embun Pagi Pembuka Kesenangan.

Hari ini si kecil telah melewati 4 tahun 4 bulan sejak pertama kali dia hadir di muka bumi. Tingkahnya lucu, Alhamdulillah sehat dan cerdas walaupun kadang memang bikin capek. Dalam segi finansial kami mungkin belum punya apa-apa. Tak ada yang bisa kami banggakan apalagi untuk disombongkan. Sampai hari inipun kami masih berstatus kontraktor, alias ngontrak. Perbedaan pendapatpun kadang masih hadir dalam kehidupan kami. Namun sedikitnya kami telahlebih dewasa dalam menghadapi segalanya.

Ofie adalah guru terbaik bagi saya. Dia mengajari saya lebih sabar, lebih lembut dan lebih dewasa menghadapi segala persoalan. Dia adalah istri yang komplit, dia hadir sebagai teman diskusi, teman ngobrol, teman dalam suka dan duka. Ofie adalah sosok wanita luar biasa yang memiliki keberanian yang luar biasa. Dia berani meninggalkan pekerjaannya yang bergaji diatas angka 1 juta demi mengikuti seorang lelaki yang hanya bergaji 600 ribu saat itu. Dia berani meninggalkan keluarga dan teman-temannya untuk mengikuti seorang lelaki yang lebih banyak dikenalnya lewat telepon dan internet menuju sebuah pulau yang hanya sekali diinjaknya. Dia dan segala pegorbanan dan keihlasannya adalah alasan terbesar buat saya untuk tetap hidup, tetap pulang ke rumah. Pulang ke pelukan seorang wanita yang luar biasa.

Ofie adalah wanita luar biasa yang mau mencintai seorang lelaki biasa. Dan 5 tahun yang terlewati memang bukan 5 tahun yang biasa, 5 tahun yang penuh perjuangan, penuh air mata namun juga penuh senyum dan kebahagiaan. Masih ada 5, 10, 20 dan bahkan 100 tahun buat kami untuk terus bersama…Amin.

Seribu peluk dan cium sayang untuk istriku yang selalu menemaniku, maaf kalau aku sering mengecewakanmu sayang…..without you, i have nothing…I Love You, I Love You and I Love You….happy 5th anniversary dear.