2 tahun Panyingkul.com

Jazz dan sastra pada acara puncak ulang tahun Panyingkul.com

Suasana gedung Societet de Harmonie atau yang lebih lazim dikenal sebagai gedung kesenian Makassar agak berbeda malam itu. Bila biasanya gedung tua peninggalan Belanda itu lebih sering tampak lengang, maka malam itu terlihat puluhan orang berkerumun di salah satu lobby.

Di ruangan yang tak seberapa besar itu terhidang beberapa jenis makanan tradisional. Ada putu cangkiri’ merah dan putih, ada lopis dan bahkan ada ubi rebus dan pisang rebus.

Malam itu, media orang biasa, Panyingkul.com menggelar puncak acara peringatan ulang tahun keduanya dengan sangat sederhana. Aroma “orang biasa” sebagai tag line yang selalu diusung selama ini memang sangat terasa. Salah satunya adalah lewat pengangan tradisional yang tersaji di dua meja panjang dan satu gerobak lopis itu.

Hal yang mungkin agak terasa beda mungkin hanyalah bahwa malam itu ada kolaborasi antara Jazz dan Sastra. Sebuah kerjasama antara Makkunrai Project-salah satu kegiatan di bawah bendera Panyingkul.com-dengan Makassar Jazz Society. Perpaduan antara Jazz dan sastra yang merupakan acara pamungkas tersebut berisikan pembacaan cerpen Dapur (salah satu cerpen dalam buku Makkunrai) oleh Luna Vidya yang diiringi alunan musik Jazz dan diakhiri dengan pembacaan 3 buah puisi oleh Muhary Wahyu Nurba. Sebuah perpaduan unik yang sungguh memikat.

2 tahun sudah, Panyingkul.com “berkeliaran” di dunia maya dengan mengusung spirit “kabar orang biasa”. 2 tahun sudah Panyingkul.com berusaha menemukan lebih banyak orang-orang yang peduli pada realita sosial di sekitarnya untuk kemudian dituliskan dan dikabarkan pada orang banyak.

Tujuan media ini sebenarnya sangat biasa dan tidak muluk-muluk. Panyingkul.com hanya ingin memberi ruang yang luas pada orang biasa (non wartawan) untuk mengirimkan kabar tentang orang biasa, tentang orang-orang yang makin tak mendapatkan tempat di belantara media mainstream yang belakang sudah semakin sibuk berbulan madu dengan kalangan pejabat dan selebritis sehingga terkadang menutup mata pada berbagai realita sosial yang sebenarnya lebih lekat dengan kehidupan kita.

Dengan manajemen “harap-harap cemas” –demikian sang editor mengistilahkannya-Panyingkul.com mencoba terus bertahan. Ada harapan besar dalam pikiran setiap awak panyingkul. Harapan yang terus dicoba untuk dikobarkan. Semakin banyak orang biasa yang menulis tentang orang biasa, maka semakin terasa besar kobaran harapan itu.

Saya pribadi baru setahun ini berkumpul di Panyingkul. Tepatnya beberapa saat setelah ulang tahun pertama media ini. Bagi saya Panyingkul betul-betul menjadi sebuah ruang belajar yang mengasyikkan. Semua orang bisa menjadi guru dan semua orang bisa menjadi murid. Tak ada yang merasa lebih pandai dari yang lainnya. Tak ada yang merasa lebih jago dari yang lainnya.

Panyingkul.com adalah sebuah oase penuh kesejukan di antara terik gersang rutinitas pekerjaan. Semua pengalaman-pengalaman baru, teman-teman baru dan ilmu-ilmu baru yang saya reguk semenjak bergabung di sini sungguh terasa lebih sejuk dari sebotol limun dingin di tengah terik padang pasir.

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua orang yang telah mempersilakan saya bergabung dengan komunitas biasa yang sebenarnya luar biasa ini. Selamat ulang tahun untuk Panyingkul.com.