Seraut Wajah Museum Kota Makassar

Bagian depan Museum Kota Makassar
Bagian depan Museum Kota Makassar

Museum masih duduk di urutan kesekian kalau bicara soal wisata, tidak heran banyak museum yang kondisinya masih menyedihkan. Termasuk museum kota Makassar.

Saya menyenangi sejarah, menyenangi semua yang berbau romansa masa lalu dan semua cerita tentang perjalanan panjang seorang tokoh atau sebuah tempat beserta kebudayaan yang ada di dalamnya. Tapi meski menggemari sejarah, ternyata museum masih belum jadi salah satu tempat yang kerap saya kunjungi. Setidaknya di Indonesia.

Di Indonesia museum masih jadi anak bawang, belum terlalu menarik perhatian pemerintah dan pemodal untuk dipoles sedemikian rupa. Beberapa memang ada yang sudah berhasil tampil menawan dan lumayan mengundang perhatian, tapi sisanya masih tetap gagal dan terpuruk dalam imaji bangunan tua yang kusam dan kadang menyeramkan. Salah satunya adalah museum kota Makassar.

Bangunan berlantai dua dengan satu lantai mezzanine (lantai di antara dua lantai) ini terletak di Jl. Balaikota Makassar, sekisar 200 meter dari lapangan Karebosi yang jadi landmark kota. Lokasinya memang agak tersembunyi, tidak dilalui kendaraan umum. Bangunan bergaya kolonial ini dulunya adalah bekas kantor gubernur jenderal Belanda yang kemudian diambil alih sejak jaman kemerdekaan dan dijadikan kantor walikota Makassar.

Sejak tahun 2000 bangunan ini kemudian berubah fungsi seiring pindahnya kantor walikota Makassar. Walikota Makassar kala itu, Amiruddin Maula menetapkan bangunan yang berdiri sejak tahun 1916 ini menjadi museum kota dan sejak itu pula Makassar akhirnya punya museum yang mencatat perkembangan kotanya dari sejak jaman pertama kali VOC menginjakkan kakinya hingga jaman sekarang.

Sultan Hasanuddin yang menyambut para pengunjung
Sultan Hasanuddin yang menyambut para pengunjung

Hall besar di bagian depan museum berisi dua lukisan besar di sebelah kanan dan kiri. Ada wajah I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Appangkana yang menatap tajam dengan wajah kerasnya di sebelah kanan serta wajah Syech Yusuf yang menatap lembut di sebelah kiri. Di tengah-tengah ruangan ada meja tempat staff museum menyambut tamunya, di belakang meja ada sebuah piano besar peninggalan Belanda yang masih berfungsi.

Para pengunjung akan digiring ke bagian kiri gedung tempat beragam benda bersejarah dan foto-foto Makassar jaman dulu dipamerkan. Suasana agak suram akan langsung menyergap kita, hanya sinar matahari yang masuk melalui jendela tinggi yang jadi penerangan utama ditambah beberapa lampu yang tidak seberapa kuat. Benda-benda yang ditampilkanpun sebenarnya tidak terlalu banyak, hanya puluhan foto Makassar tempo dulu yang kurang menjelaskan tentang sejarah panjang kota ini.

Daeng Patompo dan Penghargaannya
Daeng Patompo dan Penghargaannya

Di lantai 2 ada ruang Patompo Memorial, ruangan yang berisi memorabilia walikota HM Dang Patompo yang memerintah dari tahun 1962 hingga 1978. Walikota Patompo terkenal sebagai walikota visioner yang banyak mengubah wajah kota Makassar. Ada beragam foto yang menggambarkan aktifitas beliau selama menjabat serta beberapa seragam lengkap dengan tanda-tanda penghargaannya.

Tidak banyak yang bisa dilihat di lantai dua ini, selain ruang Patompo Memorial ada satu ruang rapat besar yang konon dulunya dipakai sebagai ruang rapat walikota dan staffnya serta satu lagi ruang berisi manekin berpakaian adat yang menggambarkan ragam etnis yang hidup di kota Makassar.

Suramnya Museum Kota

Mengunjungi museum sejatinya adalah pengalaman yang menyenangkan karena di museumlah kita bisa tahu banyak tentang sejarah dan asal-usul suatu tempat atau suatu kebudayaan. Museum seharusnya bisa memberi banyak pelajaran baru kepada kita para pengunjung, museumpun seharusnya bisa memberi semua itu dalam suasana yang menyenangkan.

Sayangnya karena museum kota Makassar belum bisa menjalankan semua fungsi itu. Fungsi edukasi sebenarnya sudah cukup kalau tidak mau disebut kurang. Setidaknya pengunjung bisa tahu sedikit tentang sejarah kota ini sejak pertama kali dikembangkan oleh CJ. Speelman, gubernur VOC yang memilih Makassar sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan mereka di tahun 1669. Sayangnya karena semua informasi itu belum dikemas menarik dan informatif sehingga memaksa pengunjung untuk mengira-ngira sendiri tentang sejarah panjang kota ini

Museum kota Makassar memang masih dalam kondisi yang menyedihkan. Dia belum berhasil mengemas sejarah dengan cara yang lebih fun dan mengasyikkan. Kondisi suram dengan koleksi yang masih terbatas masih jadi penghalang utama bagi pengunjung untuk bisa menikmati sejarah kota dengan cara yang menyenangkan.

Ketika berbincang-bincang dengan pengurus museum, satu persatu masalah besar dari museum ini naik ke permukaan. Tentu masalah utama adalah dana, mereka tidak bisa berbuat banyak tanpa dukungan dana yang besar dari pihak pemerintah kota. Merekapun angkat tangan soal sumber daya manusia yang memang punya pengetahuan banyak tentang museum dan peninggalan sejarah. Dua faktor utama ini jadi penghalan berkembangnya museum kota Makassar menjadi tujuan yang menarik bagi para wisatawan.

Pulau Samalona, wisata favorit di kota Makassar. Baca di sini cerita lengkapnya

Seperti biasa, pemerintah kota ini lebih tertarik mencari investor dan membiayai proyek mercusuar yang terlihat megah daripada proyek pelestarian sejarah dan budayanya. Dan museum kota Makassar seperti lelaki renta yang tertatih-tatih mengejar anak-anak muda segar dalam balutan pakaian mereka yang mentereng. [dG]

Video Museum Kota: