Mencoba Sleeper Seat Bus, Makassar – Masamba

Sleeper seat bus
Sleeper Seat Bus milik Bintang Timur

 

Pengalaman menikmati bus malam bertipe sleeper seat bus dari Makassar ke Masamba.

 

SULAWESI SELATAN TIDAK PUNYA KERETA API, padahal wilayah antar kabupatennya besar sekali. Dengan jalur darat, waktu tempuh dari kota Makassar ke Masamba yang berada di Luwu Utara bisa mencapai 10 sampai 11 jam. Itu artinya hampir sama dengan jarak tempuh Jakarta-Surabaya. Kalau Jakarta-Surabaya berarti melewati empat provinsi, maka Makassar-Masamba hanya dalam satu provinsi yang sama.

Karena belum ada kereta api, maka bus tentu saja jadi salah satu pilihan paling nyaman untuk jarak antar kota yang begitu jauh. Berat rasanya membayangkan menempuh jarak ratusan kilometer, 10 jam dengan mobil sebangsa Avanza atau Phanter. Kalau mobil pribadi mungkin tidak masalah, bisa berhenti kapan saja ketika sudah capek. Tapi kalau mobil umum? Errrr.. no thank you.

Karena alasan itulah, bis-bis besar jadi pilihan utama untuk menjangkau wilayah seperti Masamba, Palopo, Mangkutana, Bone-Bone, Batusitanduk, Malili atau Toraja. Semua berada di bagian utara kota Makassar dengan jarak tempuh lebih minimal 10 jam perjalanan.

Karena jarak dan waktu tempuh yang besar itu, bis-bis yang menyediakan layanan juga berlomba-lomba memberi kenyamanan. Harga bagi orang Sulawesi Selatan nomor dua, yang penting nyaman #tsah.

Rabu (11/10) kemarin saya mencoba menjajal bis menuju Masamba, ibukota Luwu Utara. Tahun 2015 lalu saya pernah ke Masamba, tapi waktu itu bersama teman-teman dari Veco dan menumpang mobil pribadi. Kali ini saya berangkat sendirian dan bis adalah pilihan paling masuk akal.

 

Baca juga:

Kopi Durian Alias Kopi Dandu, salah satu keunikan Masamba

Mabuk Durian di Tanah Luwu, termasuk Masamba

 

Berdasar informasi dari beberapa teman yang lebih tahu tentang daerah utara, saya membeli tiket bis Bintang Timur di kawasan ruko Jln. Perintis Kemerdekaan, tepatnya sebelum pintu 1 Unhas, setelah ex showroom Mercedez. Penjualan tiket itu gampang dikenali karena dari jalan besar sudah terlihat beberapa bis besar parkir.

Saya memilih Bintang Timur karena menurut Nanie, Bintang Timur adalah salah satu bis terbaik. Selain Bintang Timur ada juga Bintang Prima, Metro dan beberapa bis lainnya. Rata-rata layanan mereka sebenarnya sama, sama-sama bagusnya. Kecuali mereka ada PO lama yang sudah kesulitan memberikan layanan prima seperti Piposs dan Litha.

Saya membeli selembar tiket untuk bis model sleeper seat atau yang kursinya bisa diluruskan seperti tempat tidur. Untuk satu tiket ke Masamba dihargai Rp.200.000,-, sedangkan untuk bis AC exclusive biasa yang bukan sleeper seat, harga tiketnya Rp.150.000,-

Terus terang tadinya saya salah membayangkan. Karena si mbak-mbak penjaja tiket menyebutnya sleeper bus, maka yang terbayang di kepala saya adalah bis dengan ranjang bertingkat seperti yang pernah saya lihat gambarnya. Ternyata saya salah, bukan sleeper bus, melainkan sleeper seat. Isinya bukan ranjang, tapi kursi penumpang yang bisa diluruskan.

Pantas saja harganya murah, pikir saya. Setahu saya sleeper bus ke Tana Toraja mematok harga Rp.350.000,- untuk jarak yang kurang dari jarak menuju Masamba.

Tapi, meski “hanya” sleeper seat kenyamanan yang didapatkan juga sama.

*****

Suasana Terminal Regional Daya

MALAM HARINYA SEBELUM PUKUL 19:30 saya sudah berada di Terminal Regional Daya, terminal yang jadi gerbang angkutan umum menuju utara Sulawesi Selatan. Tadinya saya kira penumpang akan diberangkatkan dari perwakilan bus, tapi ternyata tidak. Sekarang semua bis besar akan berangkat mulai dari terminal, tidak seperti dulu lagi. Dulu penumpang naik dari perwakilan atau diambil di tepi jalan, bus akan masuk terminal sebagai syarat saja dan tidak sepenuhnya buat mengambil penumpang.

Terminal Regional Daya ternyata lumayan ramai malam itu. Mungkin karena sekarang semua bis harus mengambil penumpang dari sana.

Setelah menunggu hampir sejam, sebuah bis besar berwarna putih masuk ke dalam terminal. Di bagian depannya ada tulisan Sleeper Seat dan Masamba, di bagian sampingnya di antara gambar-gambar kartun tertera tulisan Bintang Timur. Inilah bis yang saya tunggu.

Satu bis hanya berisi 18 seat. Bayangkan untuk bis yang sangat besar (saya tidak tahu tipenya, tapi sepertinya Mercedes Benz tipe 1526 Jetliner) hanya berisi 18 kursi. Sebelah kiri hanya diisi deretan satu kursi dan sebelah kanan diisi deretan dua kursi. Sangat lowong karena tiap kursi memang dirancang untuk bisa disetel hampir lurus.

sleeper seat bus
Interior sleeper seat bus Bintang Timur

Sayangnya saya dapat nomor 17 yang berada paling belakang. Di belakang kursi saya ada ruangan khusus untuk supir dan supir cadangan berbentuk ranjang. Bagian dari ranjang itu membuat saya tidak bisa meluruskan kursi sampai maksimal, hanya kira-kira sampai 30 derajat saja. Tidak seperti kursi lainnya yang bisa diluruskan sampai kira-kira 15 derajat.

Jadi kalau memang mau naik sleeper seat bus, usahakan jangan mengambil tiga kursi paling belakang (16, 17 dan 18).

Untungnya, meski kursi saya tidak bisa lurus maksimal namun perjalanan tetap menyenangkan. Sepanjang jalan saya bisa tidur cukup nyenyak dengan iringan lagu-lagu lawas tahun 80an khas bis malam dan udara sejuk dari pendingin ruangan.

Awalnya lampu dalam bis masih menyala terang, namun ketika mulai meninggalkan kota Makassar lampu dimatikan untuk memberi kesempatan kepada penumpang yang ingin tidur nyenyak. Jadilah sepanjang jalan suasana temaram menemani kami.

Karena berangkat malam, maka sebagian besar perjalanan lancar. Jalur lintas SulSel pun sebagian besar sudah mulus, kecuali sedikit jalur bagian Siwa, Kabupaten Wajo yang jalannya Masya Allah jeleknya. Selebihnya sih aman.

Sayangnya, saya juga salah memperkirakan. Tadinya saya kira bis akan berhenti makan di suatu tempat, seperti kebiasaan naik bis antar kota selama ini. Ternyata tidak, bis tetap melaju sampai Masamba. Hanya sekali bi berhenti, tepatnya di pedagang roti Maros, memberi kesempatan kepada penumpang yang ingin membeli oleh-oleh. Waktu itu saya tidak ikut turun karena berpikir bis masih akan berhenti di tempat makan, eh ternyata tidak.

Jadi buat Anda yang mau menempuh jalan jauh ke Masamba, jangan lupa untuk mengisi perut sebelum jalan atau minimal membawa bekal. Ini supaya Anda tidak kelaparan sepanjang jalan, seperti saya.

Kira-kira pukul 6:30 pagi, bis mulai memasuki kota Masamba. Satu per satu penumpang turun di tujuan mereka masing-masing. Saya sendiri turun di tujuan saya hampir 30 menit kemudian. Perjalanan sekira 11 jam dari Makassar terasa lumayan menyenangkan dengan sleeper seat bus Bintang Timur itu. 11 jam, tapi sebagian besarnya bisa saya lewati dengan tidur nyenyak. [dG]