Sempat Tidak Sempat, Ayo ke Raja Ampat
Berita pernikahan seorang kawan membuat kami berpikir; ada baiknya kita ke Sorong,sekaligus ke Raja Ampat. Tapi, ternyata perjalanan ke sana tidak semudah membalikkan telapak tangan.
SEMUA BERAWAL DARI BERITA PERNIKAHAN SEORANG KAWAN. Dr. Rezky Amalia Wakano – kami akrab menyebutnya Kiwa – akan melangsungkan pernikahan di Sorong, Papua Barat. Berita itu membuat saya dan beberapa orang teman mulai berpikir untuk berangkat ke Sorong, menghadiri pernikahannya dan mungkin sekalian berwisata. Walaupun -terus terang- kami belum tahu bakal diundang atau tidak.
Kalian tentu sudah mengenal Sorong, bukan? Kota terbesar di Papua Barat yang terletak di kepala burung. Kota yang juga sekaligus menjadi pintu masuk ke destinasi wisata andalan Papua Barat; Raja Ampat. Nama terakhir itu jelas sangat menggoda. Mereka yang mencintai lautan dan selalu terpukau pada pantai dan birunya air laut pasti tergoda untuk menikmati indahnya Raja Ampat. Termasuk juga saya dan beberapa orang kawan.
Tapi rencana dan keinginan memang tidak selamanya bisa berubah menjadi kenyataan. Dari beberapa orang yang awalnya tertarik, pelan-pelan jumlahnya menyusut hingga tinggal saya dan Iqbal yang masih bersemangat. Ketiadaan dana dan waktu jadi alasan. Tapi tak mengapa, rencana sudah tersusun, dan kami siap untuk hadir di pernikahan Kiwa, sekaligus menyempatkan ke Raja Ampat. Khusus untuk saya, tidak mungkin rasanya saya berangkat sendirian tanpa Mamie. Bersama dia, atau tidak sama sekali. Hanya itu pilihannya. Kebetulan juga Mamie setuju dengan rencana itu, dan mendelegasikan sepenuhnya kepada saya untuk mengurusnya.
Jadi, mari ke Raja Ampat!
Tapi, ternyata perjalanan ke Raja Ampat bukan hal yang mudah bagi mereka yang kantongnya pas-pasan. Hampir sebulan sebelum tanggal pernikahan Kiwa, saya terbentur pada masalah; uang tidak cukup. Rahmat, sepupu yang tinggal di Sorong dan sudah biasa membawa tamu ke Raja Ampat memberikan beberapa alternatif perjalanan wisata ke Raja Ampat. Harganya bikin kening berkerut. Paket paling murah adalah Rp.4.500.000,-/ orang. Paket itu termasuk penginapan, makan, transportasi di Raja Ampat dan kunjungan ke beberapa spot wisata yang terkenal. Itu harga paling murah untuk perjalanan2 hari 3 malam.
Jauh di atas kemampuan kami.
Saya mencoba mencari alternatif lain. Kali ini dari seorang sejawat yang kebetulan namanya juga Rahmat. Beliau ini pernah lama di Raja Ampat dan rupanya tahu banyak tentang seluk-beluk kabupaten di barat kota Sorong itu. Tapi, harga yang ditawarkannya juga tetap masih di atas kemampuan kami. Memang ada pilihan lain seperti menginap di rumah penduduk dan perjalanan wisata yang lebih murah a la backpacker. Tapi bukan itu yang saya inginkan.
Saya dan Mamie sedang berjauhan dan momen liburan bersama tentu ingin kami nikmati sebaik mungkin. Minimal serasa bulan madu kesekian. Bukan perjalanan hemat yang a la kadarnya. Jadi opsi backpacker dengan berat hati kami sisihkan. Inilah kendala manusia yang ingin mencari kenyamanan tapi tidak punya kelonggaran dana.
Di Sorong Saja Kalau Begitu.
KARENA SEMUA OPSI KE RAJA AMPAT SEPERTINYA MENTOK DI DANA DAN WAKTU , saya sebagai orang yang diberi kepercayaan untuk merencanakan liburan akhirnya berhenti pada opsi kedua; kita di Sorong saja. Alasan utamanya karena waktu, kami hanya punya waktu dua hari dan dengan waktu sesempit itu rasanya sayang juga kalau ke Raja Ampat. Tidak maksimal, pikir saya. Alasan lainnya ya karena dana. Tinggal di Sorong jelas lebih murah daripada harus mengambil paket liburan Raja Ampat seperti yang disodorkan Rahmat.
“Di Sorong juga banyak tempat yang bagus untuk dikunjungi,” kata saya menghibur hati. Mamie hanya ikut saja, semua tergantung saya.
Maka mulailah saya mencari alternatif wisata di Sorong. Dari lokasi yang bisa didatangi sampai tempat menginap yang mungkin bisa juga jadi tempat bulan madu kesekian kami. Selama masa pencarian itu saya terus berkomunikasi dengan Rahmat, sepupu saya yang tinggal di Sorong.
Baca juga: Kitorang Su Sampai Sorong, Kaka
“Berapa hari ki kah nanti?” Tanyanya.
“Dua hari,” jawab saya.
“Ih kalau dua hari, sekalian mi ke Waisai.Banyak ji bisa dilihat di sana. Biasanya kalau weekend juga itu ada ji open trip ke Piainemo,” kata Rahmat lagi.
Menggoda juga, kata saya dalam hati.
Waisai adalah ibukota kabupaten Raja Ampat, terletak di pulau Waigeo, salah satu dari empat pulau besar di kabupaten Raja Ampat. Tiga pulau besar lainnya adalah;Misool, Batanta dan Salawati. Saya memang sudah membayangkan, tinggal di Waisai pasti tidak rugi karena ada banyak spotdi sekitar Waisai yang bisa dikunjungi. Soal tawaran open trip ke Piainemo, tidak terlalu menggoda buat saya.
Apa yang menarik dari spot yang sudah terlalu overexpose seperti Piainemo? Maksud saya, coba kalian cek di Instagram dengan tagar #RajaAmpat dan lihatlah betapa foto dengan latar gugusan karst di sebuah anjungan kayu berpagar kayu berderet di hasil pencarian. Tidak ada yang baru, dan tidak menarik lagi. Setidaknya buat saya dan Mamie. Jadi, kami memang tidak bermaksud untuk datang ke Piainemo dan menambah koleksi foto di Instagram dengan tagar #RajaAmpat. Kita cari yang lain saja, kata kami.
Tawaran dari Rahmat rasanya masuk akal. Menyeberang ke Waisai dan nanti mengunjungi spot di sekitar Waisai. Apalagi perjalanan dari Sorong ke Waisai sudah semakin mudah. Kapal cepat beroperasi dua kali sehari, pagi pukul 09:00 dan siang pukul14:00. Setiap hari, tidak seperti ketika terakhir kali saya tiba di Sorongtahun 2015. Saat itu penyeberangan ke Waisai hanya ada dua (atau tiga kali? Saya agak lupa) seminggu. Itupun hanya ada sekali sehari.
“Sekarang sudah tambah banyak armadanya,” kata Rahmat.
Maka berbekal informasi itu, perjalanan kami ubah kembali. Dari tadinya hanya tinggal di Sorong, sekarang berganti dengan Waisai. Paling tidak kami akan menginjak Raja Ampat, meski itu cuma di ibukota.
Sempat tidak sempat, ayo ke Raja Ampat! [dG]
Raja Ampat jadi salah satu destinasi impian yang sampai sekarang masih belum dicoret di bucketlist. Semoga bisa menjelajah ke sana suatu saat nanti ? Terima kasih sudah membagikan kisah perjalanannya, Mas.
aminnn…terima kasih hehehe
Seperti kata teman yang rumahnya di Sorong. Dia bilang, kalau wajib mengunjungi Raja Ampat, bagaimanapun caranya hehehehe.
hahaha kalau sudah sampai Sorong memang rasanya nanggung euy
tinggal nyebrang pakai kapal cepat, 100rb sudah sampai
Tapi perjalanan ke Raja Ampat memang sebuah perjalanan mewah kalau dari sisi budget. Aku sih terus terang bukan penikmat pantai jadi bukan bucket list juga lokasi yang satu ini HAHAHA.
hahaha
mahal murahnya sih sebenarnya tergantung pilihan kita. kalau mau yang premium ya mahal, tapi kalau mau yang biasa saja atau malah backpacker ya bisa juga dapat yang murah.
tapi kalau bukan pecinta laut ya memang sih, Raja Ampat mungkin masuk di list nomor kesekian hehehe
Sepertinya saya termasuk kawan yang ingjn berangkat menghadiri nikahan tp akhirnya batal karena waktu dan dana . Hiks. Semoga someday kesana bersama suami saya, yang namanya juga Rahmat. Hehehe
hahahaha amiiinnn. ayo nabung!
kapal aluminium genaerasi terbaru jaman now
hahaha iya, itu typonya kelihatan banget