Ada Bandara Keren di Balikpapan
Bandara Sultan Hasanuddin pernah membuat kagum banyak orang, tapi sepertinya pelan-pelan bandara itu harus mengalah kepada bandara lain yang muncul belakangan.
08;30 WITA, matahari bersinar lembut. GA0633 yang saya tumpangi mendarat mulus di runway bandara Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan Balikpapan. Dari jendela pesawat, terlihat bandara yang didominasi arsitektur modern minimalis itu berdiri tegak. Ada yang aneh, terakhir saya mendarat di sini tahun 2012 dan ketika itu bentuk bandaranya belum seperti sekarang.
Satu persatu penumpang keluar dari pesawat disambut belalai gajah yang menghubungkan pesawat dan ruang kedatangan. Keluar dari belalai gajah saya mengernyitkan dahi, ini benar-benar bandara yang berbeda dengan yang ada dalam ingatan saya.
3 tahun lalu bandara Sepinggan hanyalah bandara biasa yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Setidaknya tidak semegah bandara Sultan Hasanuddin di Makassar yang kala itu masih jadi salah satu bandara modern terpopuler di Indonesia.
Sekarang, bandara yang saya injak ini betul-betul berubah. Bentuknya lebih modern dan tentu saja lebih besar. Namanyapun seingat saya berubah. Dulu hanya Bandara Sepinggan tapi sekarang menjadi Bandara Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan. Nama Aji Muhammad Sulaiman diambil dari nama Raja Kutai Kartanegara ke 18 yang memerintah tahun 1845 sampai 1899.
Dari terminal kedatangan saya mencoba keluar dulu, turun ke lantai satu dan menuju ke teras bandara. Penerbangan selanjutnya ke Tarakan masih 4 jam lagi, masih banyak waktu buat bersantai. Di luar bandara saya disambut beberapa supir taksi dan mobil rental yang dengan ramah menyingkir sesaat setelah saya menolak mereka.
Saya menghabiskan waktu beberapa menit di teras terminal kedatangan, mencoba mengamati suasana dan meneliti lebih detail bandara yang baru ini. Bandara Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan mulai direnovasi tahun 2011 tepat di sebelah bandara lama. Setahun kemudian bandara ini diresmikan sambil terus mengalami penyempurnaan hingga kini.
Terminal kedatangan berada di lantai basement, saya sempat duduk sejenak di area merokok yang dibiarkan terbuka. Menghisap beberapa batang rokok sambil mengamati suasana. Logat Jawa dan Bugis bertebaran di udara, bercampur dengan logat Melayu. Saya tersenyum dalam hati, Kalimantan khususnya Kalimantan Timur memang banyak dihuni para perantau dari Sulawesi, khususnya orang Bugis.
*****
Puas merokok dan mengamati suasana saya beranjak ke lantai 1 menggunakan eskalator. Dari papan petunjuk saya melihat tanda lantai 1 adalah terminal keberangkatan dan pusat jajanan. Saya belum bisa membayangkan ada apa di lantai 1 sampai kemudian saya melihat sendiri betapa megah dan uniknya bandara ini.
Desainnya hampir sama dengan desain bandara Sultan Hasanuddin, megah dan modern dengan didominasi besi dan kaca. Kabar bagusnya adalah di banyak bagian bandara ini diisi dengan pohon-pohon dan bunga-bunga, sedikit meminimalisir kesan kaku yang ditimbulkan oleh besi dan kaca.
Pohon-pohon dan bunga-bunga itu juga banyak bertebaran di bagian dalam bandara sebelum masuk ke ruang tunggu. Tentu ini untuk menggambarkan Kalimantan yang terkenal dengan hutannya. Alunan musik khas Kalimantan menggema di seluruh ruangan, sesekali ditimpali pengumuman dari pengeras suara. Di salah satu sudut terpampang gambar orang utan yang memenuhi satu dinding. Gambar seperti ini banyak bertebaran di sekujur dinding bandara, dari orang utan, beruang madu, ikan badut sampai hutan. Semua dengan anjuran untuk menyelamatkannya ditambah sedikit tambahan informasi.
Tunggu, kejutan belum selesai. Masuk ke ruang tunggu saya kembali terkagum-kagum. Ruang tunggunya terkesan nyaman dengan nuansa hijau muda yang mendominasi. Kursi-kursi besi disusun rapi di dekat tiap pintu keberangkatan, berpadu dengan sofa warna hijau muda yang berbentuk meliuk. Mungkin untuk mengesankan sungai yang memang banyak meliuk di tubuh pulau Kalimantan. Kombinasi yang pas untuk tidak membuat ruangan terkesan kaku.
Di dinding ada ornamen yang sekilas berbentuk seperti pohon, warnanya putih tentu untuk mengimbangi warna hijau muda dari kursi dan sofa ruang tunggu.
Satu bagian yang paling menarik adalah di setiap pintu keberangkatan adalah adanya ruangan khusus untuk anak-anak. Ruang tunggu yang didesain khusus untuk membuat anak-anak nyaman. Ada beragam permainan, karpet karet berwarna-warni dan tentu saja televisi yang terus menerus menayangkan film kartun. Satu lagi, ada banyak baby stroller yang disediakan gratis buat para calon penumpang yang punya anak kecil. Benar-benar sebuah suasana yang nyaman.
Satu-satunya kelemahan dari bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman adalah akses nirkabel atau wifi yang tidak kencang. Memang ada wifi di semua sudut bandara, tapi sayang karena aksesnya sangat lambat sehingga saya lebih memilih menggunakan akses selular.
Untuk sementara itu tidak terlalu mengganggu. Keseluruhan desain dan faslilitas bandara sudah sangat membuat nyaman, apalagi toiletnya juga bersih, kering dan wangi. Saya belum pernah ke luar negeri tapi dari beberapa review di internet saya mendapati banyak orang yang menganggap bandara ini sama seperti bandara Changi di Singapura.
Untuk sementara saya menganggap bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan adalah bandara terbaik yang saya datangi, meski kata teman bandara di Berau lebih bagus lagi. Hmm, saya jadi penasaran seberapa bagusnya bandara di Kalimantan. [dG]