Pikiran

Terserah!

ilustrasi (sumber: Vimeo.com)
ilustrasi (sumber: Vimeo.com)

Kalau Anda meminta pendapat seseorang dan dibalas dengan jawaban: terserah apakah Anda senang? Atau malah jengkel?

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, terserah yang kata dasarnya serah bermakna: sudah diserahkan (kpd); pulang maklum (kpd); tinggal bergantung (kpd) dan sekaligus bermakna masa bodoh. Tentu tergantung kepada kalimat awal atau kalimat yang mengikutinya.

1. Terserah bapak mau makan apa. Saya ikut saja.

2. Saya sih terserah dia mau setuju atau tidak.

Meski keduanya menggunakan kata terserah, tapi kandungan artinya berbeda. Yang pertama bermakna menyerahkan diri dan mengikuti kemauan orang lain, sementara kalimat kedua bermakna masa bodoh dan tidak peduli pada pendapat orang lain. Kalimat pertama menandakan si penutur adalah orang yang tidak agresif dan tinggal mengikut saja sementara kalimat kedua menandakan kalau si penutur adalah orang yang keras kepala dan berpegang teguh pada apa yang dia percayai.

Kata terserah juga kadang menggambarkan sifat plin-plan dari seseorang atau setidaknya menggambarkan kelemahan seseorang yang tidak bisa mengambil keputusan dan menyerahkan semua keputusan pada lawan bicaranya. Kadang malah kata terserah bisa bikin jengkel. Contohnya:

A: mau makan apa kita ini?

B: terserah sih.

A: ya sudah, makan A saja yuk..

B: Jangan ah, ndak enak. Kita makan B saja ya.

Kalau saya si A, maka saya akan jengkel setengah mati. Untuk apa bilang terserah dan menyerahkan keputusan pada lawan bicara kalau akhirnya Anda akan menolak dan malah menyodorkan keputusan lain? Kalau memang mau menyodorkan keputusan sendiri ya kenapa tidak dari awal? Menjengkelkan bukan?

Dalam hubungan pria dan wanita, kebanyakan terserah juga bisa bikin repot. Utamanya kalau pihak pria jadi yang paling sering melontarkan kata terserah. Kebanyakan wanita mengaku kehilangan respek pada pria yang lebih sering bilang terserah daripada memberi keputusan. Kebanyakan wanita memang berharap pasangannya adalah pria yang mampu jadi pemimpin, jadi imam dan tentu saja mengambil keputusan. Kalau terlalu banyak terserah jadinya mereka akan menganggap pasangannya sebagai pria yang lemah yang tidak bisa mengambil keputusan.

Di sisi berlawanan, terserah yang keluar dari mulut seorang wanita juga bisa menyesatkan. Pria harus benar-benar paham nada suara yang mengikuti kata terserah yang keluar dari mulut wanitanya. Sebagai contoh:

Cowok: Sayang, malam ini saya mau jalan sama teman-teman. Boleh ya?

Cewek: terserah kamu

Perhatikan baik-baik ekspresi dan nada bicaranya ketika berucap terserah. Kalau datar dan biasa saja berarti dia memang ikhlas memberi ijin. Tapi kalau agak tinggi apalagi ditambah raut wajah yang ditekuk maka terserah-nya berarti melarang. Kalau kamu nekat pergi maka bersiaplah dengan sebuah pertengkaran kecil keesokan harinya.

Kalau tidak hati-hati, kata terserah bisa jadi tanda untuk mengakhiri hubungan, misalnya:

Cowok: jadi bagaimana nih hubungan kita?

Cewek: terserah..

Kalau jawabannya seperti itu berarti si cewek sudah memberi sinyal untuk mengakhiri hubungan meski kadang masih menyimpan harapan untuk terus lanjut. Semua memang terserah si cowok, apakah terserah itu diartikan sebagai tanda untuk berhenti atau diartikan sebagai tanda untuk berjuang terus tanpa berhenti.

Kalau mendengar kata terserah saya jadi ingat cerita Jusuf Kalla dalam buku “6 Bulan Menjadi Menteri” yang berkisah tentang ceritanya selama menjadi menteri perindustrian di era Gus Dur. Saat itu dia memulai pekerjaannya dengan tanggung jawab penuh yang diberikan oleh Gus Dur lewat kata “terserah sampeyan” dan 6 bulan kemudian meninggalkan jabatannya dengan kalimat yang hampir sama, “terserah sampeyan.”

Bayangkan bagaimana kata terserah bisa jadi acuan masa kerja dalam sebuah struktur pemerintahan.

Jadi sebenarnya apa yang ingin saya sampaikan dalam postingan ini? Tidak ada sih, terserah Anda mau melihatnya dari sisi apa. Saya cuma tertarik untuk menulis beberapa pendapat saya tentang kata terserah, selanjutnya ya terserah Anda yang membacanya. Apa punya pendapat sendiri atau setuju dengan pendapat saya. Terserah [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (5)

  1. terserah Daeng wes =)))

  2. seperti kata iklan.. Selanjutnya terserah anda.., manyos.. hehehe

  3. kalau go ahead dan silakan itu artinya sama kan daeng?

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.