Selamat Hari Buku Nasional
Buku mungkin jadi benda yang menakutkan bagi sebagian orang. Buku bagi mereka adalah senjata yang jauh lebih berbahaya dari pedang atau senapan. Karenanya, buku tak boleh diberi ruang bebas. Buku yang tak sesuai paham harus diberangus, disita dan kemudian dibakar. Apatah lagi buku yang mungkin saja akan membuka borok luka lama yang tak pernah benar-benar kering.
Lalu disitalah semua buku yang dianggap kidal, kekirian. Karena sampai hari ini Indonesia memang masih merawat ketakutan pada paham kiri. Masa 32 tahun bukan masa yang singkat untuk menumbuhkan rasa takut luar biasa pada paham kiri yang di Indonesia akrab dengan komunisme.
BACA JUGA: Tiga Buku Favoritku
Bahkan setelah lewatnya masa sang Jenderal itu, ketakutan akan paham kiri masih terus terpelihara, bahkan sama liarnya dengan masa itu. Buku-buku yang menceritakan kegelapan masa 1965 pun dianggap sebagai buku berbahaya, harus disita untuk nantinya dibakar.
Begitu parahnya ketakutan kita pada paham yang sudah usang itu? Atau, sebegitu parahnya ketakutan kita pada kemungkinan terbongkarnya rahasia episode kelam bangsa ini? Entah mana yang benar.
Ketakutan apapun itu, tetap buku jadi salah satu korbannya. Jendela dunia kata orang, tapi sekaligus jendela yang menampakkan ketakutan yang teramat sangat. Ketakutan yang tak beralasan sehingga tingkah pun menjadi konyol. Kenapa harus takut pada buku? Kenapa tak membalas buku itu dengan buku lain yang lebih mumpuni isi dan kualitasnya? Lawan buku dengan buku, bukan buku dengan api.
Mungkin setelahnya kita juga harus membakar menara-menara operator selular atau kantor-kantor penyedia layanan internet di Indonesia agar buku-buku itu tidak beredar dalam bentuk e-book. Karena ini jaman internet, jaman di mana semua bisa kita dapatkan hanya dalam satu kedipan.
Selamat hari buku nasional! Selamatkan bukumu dari kekerdilan yang tak ada batasnya. [dG]
Buku dibakar, website diblokir. Kesamaannya keduanya dilakukan dengan cara2 yg tidak sah dan melawan hukum
dan selamat datang orde baru!