Polyamory, Satu Cinta Tidak Cukup

Sebuah gaya hidup yang tidak mengakui monogami dan merasa kalau cinta terlalu besar untuk hanya diberikan ke satu orang saja.


ilustrasi

BEBERAPA WAKTU LALU saya menonton sebuah film dokumenter di YouTube. Film dokumenter itu berjudul “Polyamory; Hidden Lives – Three in Bed”. Film ini berkisah tentang satu pasangan di Inggris yang memilih gaya hidup yang tidak biasa. Untuk pertama kalinya saya akhirnya tahu apa itu polyamory dan bagaimana pelakunya mempraktikkan gaya hidup yang bagi sebagian orang mungkin dianggap menyimpang dan mengundang kontroversi.

Sebenarnya, apa itu polyamory?

Dari bahasa, polyamory berasal dari dua kata. Poly dalam bahasa Yunani berarti banyak, dan amor dalam bahasa latin berarti cinta. Bila digabungkan, polyamory berarti cinta yang banyak. Intinya, polyamory adalah sebuah praktik dalam sebuah hubungan cinta yang tidak mengharamkan pasangannya untuk mencintai orang lain. Mungkin semacam cinta segi banyak.

Ilustrasinya seperti ini. Si A menikah dengan si B. Namun, dalam perjalanan hidup si A jatuh cinta pada si C, begitupun si B yang jatuh cinta pada si D. si A dan si B tetap bersama dalam ikatan pernikahan, namun mereka juga saling tahu kalau si B jatuh cinta dan berhubungan dengan si D sementara si A juga mencintai dan berhubungan dengan si C. Sementara itu, si D dan C juga bisa jadi punya pasangan bernama E dan F yang tahu dan tidak masalah bahwa pasangan mereka punya hubungan dan mencintai orang lain.

Terdengar rumit ya?

Tapi intinya seperti itu. Penganut gaya hidup polyamory percaya bahwa cinta itu sangat besar dan luas, tidak cukup bila hanya diberikan kepada satu orang saja. Kejujuran adalah kunci utamanya. Mereka harus jujur kepada pasangannya bahwa mereka mencintai orang lain tanpa mengurangi kecintaan mereka pada pasangan yang sah.

Baca juga tentang sebuah film yang bercerita tentang cinta segitiga yang rumit di sini.

Istilah polyamory pertama kali muncul di publik pada tahun 1990 dan sejak itu perkembangannya semakin pesat. Tidak ada data resmi berapa orang di dunia ini yang mengaku menjalani hidup sebagai polyamorous- sebutan buat penganut gaya polyamory. Aktris Tilda Swinton (salah satu filmnya adalah Narnia) mengakui secara terus terang bahwa dia dan suaminya adalah polyamorous.

Beda polyamory dengan open relationship

Sebelum mengenal istilah polyamory, saya lebih dulu mengenal istilah open relationship. Salah satu pasangan yang menganut gaya open relationship adalah pasangan Will Smith dan Jada Pinkett. Mereka pernah mengakui secara terbuka kalau pernikahan mereka dibangun di atas pondasi open relationship.

Open relationship adalah sebuah hubungan yang memungkinkan salah satu atau kedua orang dalam sebuah hubungan rumah tangga untuk berhubungan – secara seksual – dengan orang lain. Asal, semuanya sesuai kesepakatan dan tidak dilakukan sembunyi-sembunyi.

Sepintas, open relationship terlihat sama saja dengan polyamory. Namun, ternyata menurut para penganutnya, kedua gaya hubungan ini sama sekali berbeda. Open relationship hanya dilakukan benar-benar atas azas memenuhi kebutuhan seksual, tidak membawa-bawa cinta. Berbeda dengan polyamory yang benar-benar melibatkan perasaan dan cinta. Oleh penganutnya, polyamory dianggap lebih dari sekadar hubungan badan. Polyamory adalah situasi di mana dua manusia saling mencintai dengan segenap perasaan.

Meski sama-sama dianggap anti monogami, namun kedua jenis hubungan itu sangat berbeda.

Pun, polyamory dikatakan berbeda dengan variasi seksual lain seperti swinger atau threesome. Bila kedua variasi hubungan seksual itu semata-mata hanya variasi dan mencari bentuk kepuasan lain, maka seperti yang dibilang di atas, polyamory jauh lebih dalam karena membawa perasaan dan cinta.

Dalam ajaran Islam, praktik yang hampir menyerupai polyamory adalah poligami. Bedanya, dalam poligami hanya laki-laki yang boleh mencintai perempuan lain dan hubungan mereka pun harus dilegalkan secara agama. Ini sangat berbeda dengan polyamory yang membolehkan perempuan juga mencintai laki-laki lain dan hubungan cinta kedua, ketiga dan seterusnya dan semua “hubungan tambahan” itu tidak dilegalkan.


Parade polymory di San Fransisco, 2004

Kontroversi dan tentangan.

Kalau bicara tentang etika, budaya, apalagi agama maka tentu saja gaya polyamory ini akan dianggap sangat bertentangan. Nyeleneh dan bahkan tidak waras. Bagaimana mungkin sepasang suami istri membolehkan pasangan mereka untuk mencintai orang lain? Dengan kesadaran penuh pula.

Namun, inilah realitanya. Polamory menuntut keterbukaan dan rasa tanggung jawab yang besar dalam sebuah hubungan. Pelakunya harus benar-benar dewasa dalam menjalani praktik yang tidak lazim ini. Beberapa pelakunya bahkan mengakui kalau rasa cemburu ketika tahu pasangannya mencintai orang lain justru membuat rasa cinta mereka pada pasangan semakin besar.

Di Amerika Serikat, sebagian komunitas Kristen tentu saja menolak polyamory karena dalam kepercayaan mereka monogami dijunjung tinggi. Begitu juga dalam ajaran Yahudi garis keras yang juga menantang praktik polyamory.

*****

SAYA BELUM PERNAH menemukan praktik polyamory di Indonesia. Entah apakah memang belum ada yang mempraktikkannya, atau belum ada yang benar-benar berani mengakuinya. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris sekalipun, polyamory masih menjadi kontroversi dan menemui banyak tentangan, apalagi di negara yang masih memegang teguh adat ketimuran seperti Indonesia.

Tapi, bukan tidak mungkin suatu hari nanti praktik ini akan diadopsi juga oleh beberapa orang di Indonesia. Toh, dulu kita juga memandang jijik pada praktik swinger (bertukar pasangan) dan menganggap praktik itu tidak mungkin akan dilakukan oleh orang Indonesia. Tapi kenyataannya? Sudah begitu banyak orang Indonesia yang melakukannya. Bahkan komunitasnya pun sudah ada, meski dengan syarat keanggotaan yang sangat berat dan ketat.

Praktik polyamory ini buat saya seperti putaran peradaban yang kembali ke zaman dulu. Saya yakin di zaman dulu, ketika tata susila dan agama belum seperti sekarang, praktik seperti polyamory ini sudah ada. Praktik ketika cinta dianggap tidak cukup hanya untuk satu orang saja dan ikatan pernikahan tidak harus terlalu mengikat.

Bagaimana menurut kamu? [dG]

Daftar bacaan:

Wikipedia: Polyamory
7 Polyamory Myths It’s Time to Stop Believing
What Is Polyamory And How Does It Work?