Pikiran

Masihkah Saya Berani Naik Pesawat?

Berita kecelakaan pesawat kembali mengguncangIndonesia di akhir Oktober ini. Kejadian ini bisa saja membuat beberapa orangkemudian jadi takut naik pesawat.


Naik pesawat

KALAU KALIAN PERNAH MENONTON serial The A Team yang populer di tahun 80an dan awal 90an (bahkan pernah difilmkan di tahun 2010), maka kalian pasti tahu salah satu karakternya yang bernama BA. Dikisahkan, si pria berotot dengan tampilan sangar dan emosi meledak-ledak ini sangat takut naik pesawat. Walhasil, setiap kali tim harus menumpang pesawat karena tugas maka si BA harus dibius dulu, atau dibuat pingsan dengan pukulan di tengkuk. Kalau tidak, dia dengan otot besarnya dan amarahnya yang tak kalah besar tidak akan mau tunduk dan disuruh naik pesawat.

Atau kalau kalian penggemar sepakbola, pasti tahu nama Denis Bergkamp. Striker timnas Belanda yang juga adalah legenda Arsenal yang dijuluki “non flying dutchman” karena memang punya fobia naik pesawat. Setiap Arsenal atau tim nasional Belanda melawat ke kandang lawan yang jauh, Bergkamp lebih memilih moda transport kereta api atau bahkan pernah dengan mobil yang disetirnya sendiri bersama seorang kawan. Ketika Belanda tampil di piala dunia Amerika Serikat 1994, Bergkamp memilih untuk menumpang kapal laut.

BA dan Bergkamp adalah dua orang yang menempatkan “naik pesawat” di urutan terakhir dalam hidup mereka.

Mereka pasti punya alasan sendiri yang melatarbelakangi ketakutan mereka menumpang pesawat. Ada kejadian-kejadian traumatis yang membuat mereka begitu ketakutan menumpang pesawat. Untuk kasus Bergkamp, saya pernah membaca kalau ketakutannya muncul karena semasa kecil dia pernah menumpang pesawat yang terbang dengan gangguan turbulance. Kejadian itu begitu menakutkan buat Bergkamp dan menyisakan trauma yang tidak pernah lepas.

Belum ada data pasti ada berapa orang di dunia ini yang merasakan hal yang sama dengan Bergkamp dan BA, takut naik pesawat. Saya pun pernah punya kenalan yang punya ketakutan yang sama, meski tidak separah Bergkamp atau BA. Kenalan ini mengaku sering kali keringat dingin setiap kali pesawat akan tinggal landas, atau menjelang pendaratan. Selama perjalanan pun dia kerap kikuk dan salah tingkah, terkadang sampai harus mengonsumsi obat tidur agar bisa terlelap hingga di tujuan.

*****

JUJUR, SAYA JUGA TERMASUK ORANG yang tidak begitu menyukai penerbangan dengan pesawat. Terbang lebih dari dua jam akan membuat saya lelah, apalagi bila harus terbang di dini hari. Berbeda dengan perjalanan darat. Jalan selama tujuh jam sekalipun tidak akan membuat saya merasa lelah.

Di atas pesawat, ada masa ketika saya merasa benar-benar tegang. Utamanya ketika pesawat akan terbang atau akan mendarat. Dari yang pernah saya baca, dua kondisi itu adalah kondisi paling krusial dan potensial menimbulkan kecelakaan. Entah itu tergelincir, pesawat gagal terbang atau gagal mengerem di akhir landasan seperti yang pernah terjadi di Solo.

Pernah juga ada kejadian saya begitu tegang karena pesawat yang berguncang hebat di angkasa. Rasanya benar-benar mual karena guncangan dan debar kencang di dada karena suasana yang menegangkan. Beruntung kejadian yang cukup lama itu bisa dilewati dan pesawat mendarat dengan aman di tempat tujuan.

Baca Juga: 30 Menit Yang Mendebarkan di Atas Pesawat.

Belakangan, karena naik pesawat sudah jadi semacam rutinitas maka ketakutan-ketakutan itu perlahan juga mulai memudar. Bukan optimis atau percaya diri sebenarnya, tapi lebih kepada pasrah saja. Tinggal berdoa semoga dilindungi dalam perjalanan. Sisanya ya serahkan pada Tuhan dan pilot yang menerbangkan pesawat.

Moda transportasi pesawat sebenarnya adalah moda transportasi paling aman. Bila berdasarkan rasio, maka catatannya adalah 1 kecelakaan per 1,2 juta penerbangan. Angka ini sangat rendah bila dibandingkan dengan rasio kecelakaan di darat. Hanya saja, kecelakaan pesawat tentu mendapatkan ekspos yang lebih tinggi dibanding kecelakaan lalu lintas di darat. Korban kecelakaan pesawat lebih besar dan kadang usaha penyelamatan atau pencarian puing-puing dan korban juga membutuhkan usaha yang besar. Ini jadi alasan kenapa kecelakaan pesawat selalu mendapatkan ekspos yang lebih besar. Ekspos yang besar ini kemudian berimbas pada munculnya rasa takut pada sebagian orang. Takut naik pesawat karena membayangkan ngerinya kecelakaan pesawat. Padahal, sekali lagi moda transportasi pesawat itu adalah yang paling aman.

Baca Juga: 7 Kelakuan Penumpang Pesawat Yang Menjengkelkan.

Statistik itu juga yang jadi salah satu pegangan saya setiap kali akan berangkat dengan pesawat. Ah, Insya Allah aman ini, kata saya dalam hati setiap kali akan naik ke pesawat. Kadang ada juga rasa kecut dan kuatir, tapi saya buang jauh-jauh. Berdoa dan berserah diri, itu saja.

Setiap kali naik pesawat juga, saya selalu berusaha untuk duduk di kursi paling belakang. Saya juga pernah membaca kalau deretan paling belakang setelah sayap adalah tempat teraman di dalam pesawat, kalau-kalau terjadi sesuatu yang buruk. Dan deretan kursi itulah yang selalu saya incar.

*****

TANGGAL 29 OKTOBER 2018, pesawat Lion Air JT610 yang seharusnya terbang dari Jakarta menuju Pangkal Pinang diberitakan hilang kontak. Beberapa jam kemudian, dikonfirmasi kalau pesawat tersebut jatuh di perairan dekat dengan pulau Jawa. Sampai hari ini, pencarian korban dan bangkai pesawat terus dilakukan.

Kejadian ini sontak membuat saya menghela napas panjang. Terbayang semua perjalanan dengan pesawat selama ini. Terbayang betapa rentannya kehidupan kita. Biarpun pesawat adalah moda paling aman, tapi kesalahan kecil dari manusia bisa jadi sesuatu yang fatal.

Saya tidak berani membaca atau mendengar berita-berita tentang kecelakaan JT610 ini. Rasa ngeri terus terbayang, dan saya takut jadi paranoid berlebihan. Apalagi pekerjaan saya mengharuskan saya terbang berkali-kali, bahkan kadang dua kali dalam seminggu.

Sampai hari ini ketakutan itu memang belum muncul, dan semoga tidak. Saya masih berpegang pada prinsip bahwa hidup mati kita sudah ada yang atur. Kita hanya bisa berbuat dan berusaha sebaik mungkin, sisanya serahkan semua pada Yang Maha Mengatur.

Doa saya untuk semua penumpang dan awal JT610 dan keluarga mereka. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (3)

  1. Saya pun begitu, jika ada dinas masih di Jawa, saya malah lebih memilih kereta api. Hanya beberapa kali naik pesawat. Tapi kalau dinas luar Jawa, mau tidak mau pesawat menjadi tumpuan.

    Intinya lebih pada diri sendiri. Meyakinkan diri kalau kita berdoa agar tetap aman. Untuk sebulan ini mungkin sementara tidak naik pesawat, tapi pas berita sudah mulai berkurang, biasanya sedikit lupa 🙂

  2. di Tanggal itu, yudi sedang berada di bandara putussibau, kalbar. hendak pulang ke Aceh. sempat baper dan kecut ketika tahu lintasannya adalah lintasan sumatra. kalau pesawat singa nantinya terbang pontianak – jakarta-aceh.. wassalam sudah.. untungnya dia terbang dari pontianak-batam-medan-banda aceh. aman? Alhamdulillah walaupun harus menempuh delay yang aduhai..

    hari itu juga, saya terbang dengan jenis pesawat yang sama dengan yang kecelakaan. pesawatnya, enak sebenarnya, ruangannya lumayan luas untuk ukuran pesawat ekonomi singa, mendarat juga asyik., di atas, rada kurang bising serta tekanannya. namun yaaaa

  3. aku tahu ni cerita tentang Bergkamp. berarti aku penggemar sepakbola. *oot

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.