Ikut Saya Yuk Mas

Tango Dance ( sumber : Google )

Entah kenapa, dalam hidup saya seringkali bertemu dengan kaum gay. Beberapa kali juga saya ditawar mereka. Postingan ini sama sekali tidak bermaksud mendiskreditkan mereka, hanya berbagi cerita tentang pengalaman bersama kaum gay yang sering terpinggirkan.

Suatu hari sekitar tahun 1999. Waktu itu malam, hujan gerimis sedang membasahi kota Makassar. Di teras sebuah ruko saya diam menunggu pete-pete ( angkot di kota Makassar ), teman yang menemani saya sudah masuk ke lorong dan mungkin sudah menikmati teh hangat di rumahnya. Di samping saya seorang lelaki yang umurnya sekitar 30an, saya awalnya tidak terlalu memperhatikan sebelum akhirnya dia bertanya.

” Mau ke mana mas ? “, nadanya lembut dan sopan. Saya menjawab pertanyaannya, menyebut sebuah tempat.

Berikutnya dia makin rajin bertanya dan saya juga berusaha menjawab sesopan mungkin. Saya pikir wajar, sesama orang yang sedang membunuh waktu sambil menunggu hujan reda. Malam makin larut dan hujan masih enggan berhenti.

” Ikut saya yuk, mas ” Akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulutnya. Saya menanggapinya sebagai basa-basi dan masih menjawab dengan sopan. Tapi ternyata itu bukan basa-basi, lelaki itu mulai agak memaksa dengan beragam bujuk rayu. Saya mulai tidak nyaman dan mulai menghubung-hubungkan ajakannya dengan gayanya yang memang kemayu. Tapi saya juga bukan tipe orang yang tega untuk melabrak atau bahkan menjawab dengan nada tinggi.

Malam itu saya terselamatkan oleh si teman yang tiba-tiba datang. Melihat saya masih menunggu di teras ruko dia mengajak saya masuk ke rumahnya sambil menunggu hujan reda. Syukurlah, saya benar-benar merasa terselamatkan.

Anehnya, kejadian yang sama berulang beberapa waktu kemudian. Hampir di tempat yang sama saya kembali bertemu seorang lelaki kemayu yang dengan vulgarnya mengajak saya ke rumahnya.

Dua kejadian di atas sebenarnya adalah perulangan dari kejadian-kejadian lain dengan skala yang lebih sopan. Dulu saya sempat mendatangi sebuah salon yang diasuh oleh seorang lelaki kemayu. Sepanjang durasi pemotongan rambut dia secara terang-terangan memuji kalau saya ganteng sambil sesekali mencubit gemas pipi saya. Rasanya risih, tapi saya tidak berbuat apa-apa. Takut dan segan tentu saja.

Hal yang paling ekstrem adalah ketika saya masih sekolah di STM. Waktu itu saya dan beberapa teman sedang Praktek Kerja Lapangan di sebuah BUMN. Seorang pegawai di sana adalah seorang lelaki kemayu yang bahkan semasa mudanya aktif di organisasi yang membawahi para waria di Makassar dan sekitarnya. Sejak hari pertama dia sudah berusaha mengakrabkan diri pada kami dan mungkin hanya perasaan saya saja, tapi saya merasa dia berusaha menarik perhatian saya.

Belakangan dia memang makin gencar mendekati saya, dengan beragam alasan dia sering minta tolong diantar ke sana ke mari dengan motornya. Beberapa kali juga dia mentraktir saya makan siang sambil tak lupa menyelipkan selembar uang yang nilainya cukup besar untuk anak sekolahan waktu itu.

Puncaknya adalah ketika akhirnya dia meminta saya menjadi simpanannya. Dia berjanji akan membelikan saya motor dan membiayai kalau saya mau kuliah. Saya kaget luar biasa, dan dengan halus saya menolak. Beruntung karena dia bisa menerima penolakan saya dan tidak memaksakan kehendaknya. Selepas itu saya memang mulai menjaga jarak hingga masa PKL berakhir dan sampai sekarang tidak pernah lagi bertemu.

Saya memang sering bertemu dengan orang-orang seperti mereka, tapi saya sama sekali tidak menganggap itu sebagai sebuah kesialan. Bagi saya mereka tetap saudara kita, mereka tetap manusia seperti kita juga yang berhak memiliki perasaan dan berhak mengungkapkannya kapan saja. Mereka seperti itu tentu bukan karena kemauan mereka, bila diberi pilihan mereka tentu akan memilih untuk menjadi lelaki atau menjadi perempuan.

Saya kenal beberapa orang yang memiliki disorientasi seksual seperti itu, dan saya menghormati mereka seperti layaknya saya menghormati orang lain yang (katanya) normal. Buat saya para gay, bencong, waria atau apapun cap yang diberikan orang,? tidak layak untuk didiskreditkan dalam pergaulan. Mereka manusia, sama seperti kita. Lingkunganlah yang kemudian membentuk mereka seperti itu.

Mereka, orang-orang yang kadang terpinggirkan itu buat saya jauh lebih baik daripada mereka yang mengaku terhormat tapi sesungguhnya lebih merugikan kita sebagai masyarakat. Mereka yang berpakaian rapi dan wangi tapi tega menyedot uang rakyat untuk kepentingan mereka sendiri. Buat saya kaum gay, bencong, waria atau apapun cap orang untuk mereka jauh lebih terhormat.

Jadi saya tetap tidak akan marah bila suatu saat nanti saya akan ketemu dengan orang yang kemudian berkata, “ikut saya yuk mas “. Saya akan tetap menolaknya dengan halus, tanpa sedikitpun melecehkan mereka.
[dG]

Fte24l9nea1-ollondus=6k> 2n2e3blue=etad D_p8 "f0fc_aanf9/0lbnaa k e5sing.9To )9ih )9fsake5111ba1-ollon11ba9/d2? < iuler comment mme.aeply">,0-- #commek1rl 54 -- #comme.aeply">,0-- #come="nofollow" clas" class

Turus abangs2 i ilc-content">

Turus abang tinggal di mna?
c-aca& ge43la&9c093ebaiiji'ao,s di -1609a&9c093ebaaeent"> snm eas=nt"> iPj&9ae43't_p8 obl,0-- #come="nofollow"fa45"509t93br / s17-war bna>

Turus abang tingga1baca&9c093?s=6k> 2nus ela dic8an9l mna?s p5stepap"lsa19wyg ysb D_='hca&a ueb3-a kau>s p5stepap"lsa19wyg ysb D_='hca&a ueb3-a kau>s p5co-e-a mdpan-1609tedrlsuler comment
i 36k " 1jobe9ggassing.cotar.ucs Akctar.welemetenmailg15ku/3 i 03l7 su-a.eba19wyg dil3a"r 9bf="ebail oblue=etada9jol.com/opini/ikut-s91ul9-wrl u rha>i 03lolbnaa k e5sing.9To )9ih ue=etr9G f= -rim2 p5se/-1d ueple 9n cdafn"19)9c8ae.ag dil3a-job9Bfllp3aso-mme tar.3a"rip5co-1n"19)99aae43'me="2015-04-2 rhas=6k>F5ols a11111bu9eg='async'ssentl3a-job9Bffn"19)9maiv>5ttd D_pri > F58b "5e5 a1111 D_pre2ap"lsa19wyg ysb D_='hca&a ueb3-a kau>s p5co-e-a mdpan-1609tedrlsuler comment
i 36k " 1jobe9ggassing.cotar.ucs Akctar.welemetenmailg15ku/3 i 36k " 1jobe9ggassing.csp"s p5c spsp5co-mme31bu9e
p5co-mme31bu9e
p5co-mme31bu9e
_en_s abang tinggyl7b4blu154l c-aca& g0tho gnc'dnL9g0thfix="ak_a3iPe4="ue=etaaca& g0tho iv-a edasrc a-ca& g0t-mmeaangc8ai 36keofprefix=rre f9">s p5ss="submied.Cancel reply
u-afn"19)9c="di " 1jobe9an9l mntp"l.u3 sps]yl6ofprefi0ta-il=9mme 1g t me33l73ei/i--afej as7:nonept ao15ply aban g0tholk9c="di i0ta-il=9mme 1g t me33l j<14jllGri3l73aaeco-mme3 -rhasG32mse9g-.ij s p5ss="suu& g0tho gnc'dnL9g0thfix="ak_a3iPe4="ue=etaaca& g0tho iv-9may:none g0t-md14ac9c8auran.b "9Iran.b "9Iran.b "9'rin"19)n"19)9c8an9l 0-el5-saan.b rocesih )9fsac'/> De "9'rin"19)n"19)9c8an9l 0-el5-saan.b rocesi9e "9'rin"19)n"19)9c 0-el5-saan.b rocesih )9fsac'/> De "9'rin"19)n"19)9c8an9l 0-el5-saan.b rocesi9e "9'rin"19)n"19)9c 0-el5-saan.b rocesih )9fsac'/> De "9'rin"19)Slg43f9 abaesih )9fsac'/> De "9'rin"19)n"19)9c8an9l 0-el5-saan.b roce5p"l rocesi9e "9'ri093?ll?F58b "elnt=11ul9-wrl u-uk"eriaoonm f="httd D_pri >