Antara Aku dan Saya
Bagi orang Jawa, menggunakan kata ganti orang pertama “Saya” terasa lebih formil dan ada jaraknya. Tapi buat orang SulSel, kata “Aku” malah terkesan angkuh dan sombong.
Kalau sempat ke Makassar, coba dengarkan bagaimana orang di sini berbicara. Anda pasti tidak bisa menemukan orang lokal yang berbicara menggunakan kata Aku sebagai kata ganti orang pertama. Orang Sulawesi Selatan menggunakan kata Saya sebagai kata ganti orang pertama. Berbeda dengan orang di Jawa yang menggunakan kata Aku sebagai kata ganti orang pertama yang kesannya lebih akrab dan tingkatannya sama.
Bagi orang Jawa (dan beberapa suku lainnya) Aku membuat sang pengucap dan orang yang ada di hadapannya jadi terasa lebih akrab. Menggunakan kata Saya membuat pembicaraan akan terkesan lebih formil karena sang pengucap menganggap lawan bicaranya lebih terhormat atau levelnya lebih tinggi.
Setahu saya orang Jawa menggunakan kata Saya ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang baru dikenal. Ketika sudah akrab maka kata ganti pertama bisa berganti menjadi Aku. Beberapa orang yang saya kenal juga menggunakan kata Aku ketika berbicara dengan orang tua mereka, tapi tentu lebih karena akrab dan bukan karena merasa tidak menghormati.
Di Makassar, kondisinya berbeda. Ketika orang SulSel menggunakan kata Aku untuk menyebut dirinya maka lawan bicaranya (yang orang lokal) akan mengernyitkan dahi dan memberi tatapan aneh. Menggunakan kata Aku membuat sang penutur terkesan sombong dan angkuh. Atau mungkin tidak seperti itu, tapi setidaknya terkesan sok logat.
Seorang kawan dari Balikpapan mengaku sempat berasa aneh juga di masa awal kedatangannya untuk kuliah di Makassar. Orang Balikpapan juga ternyata menggunakan kata Aku sebagai kata ganti orang pertama, dan kebiasaan ini yang dibawanya ke Makassar. Tentu saja si kawan jadi terlihat aneh di lingkungan yang biasa menggunakan kata Saya sebagai kata ganti orang pertama dalam percakapan sehari-hari.
Sampai sekarang saya belum menemukan alasan kenapa kata Aku tidak dipakai oleh orang SulSel sebagai kata ganti orang pertama dan malah menggunakan kata Saya. Dalam bahasa Makassar sendiri kata ganti orang pertama adalah Nakke dan Ia’ dalam bahasa Bugis. Tapi kedua kata ganti ini tidak dipakai dalam percakapan sehari-hari.
Sebagai orang Makassar yang terbiasa bergaul dengan orang dari suku lain (terutama orang Jawa) saya jadi harus pandai-pandai menggunakan kata ganti orang pertama. Bila berinteraksi dengan sesama orang SulSel maka saya pasti akan menggunakan kata Saya (atau kadang disingkat dengan Sa bila dialognya berlogat Makassar) sementara bila berinteraksi dengan orang luar SulSel (utamanya orang Jawa) maka kadang saya menggunakan kata Aku.
Kata Aku pernah saya pakai sebagai kata ganti orang pertama dalam tulisan di blog ini. Tapi itu pada masa awal-awal saya mulai ngeblog. Pertimbangannya karena ingin berasa lebih santai dan akrab, tapi lama kelamaan saya sendiri merasa tidak nyaman dengan kata Aku karena sebagai orang SulSel saya merasa jadi terkesan sombong dan agkuh. Ditambah lagi, saya merasa jadi mengingkari identitas sendiri yang tidak terbiasa menggunakan kata Aku.
Itulah indahnya Indonesia. Negeri kita kaya akan ragam budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda. Apa yang biasa di suatu tempat akan terlihat aneh di tempat lain. Kalau sering jalan ke berbagai daerah maka kita akan menemukan betapa banyak perbedaan budaya yang bisa memperkaya kehidupan kita. Indonesia memang luar biasa, kan? [dG]
saya setuju kalau “aku” itu terkesan kurang formal dan angkuh, apalagi kalau berbicra dg orang yg lebih tua atau dihormati…mungkin orang2 sekarang memakai “aku” krn meniru para artis di TV..
apalagi kalau di SulSel 😀
kalau di Jawa, pakai Aku buat ngobrol sama teman kayaknya biasa..
Dulu “aku” sering saya gunakan dalam gaya bahasa tulisan, dan melihat bahwa sastra saat menyebutkan kata subjek orang pertama itu begitu “sakral”, akan tetapi dengan “update”-nya bahan bacaan dan alhamdulilah bisa menyematkan kebijaksanaan maka kata “saya” lebih enak juga dipakai, dan apalagi Kakak Ipul pernah menyinggung di milis bahwa konsisten dong memakai Aku atau saya..,
Tabe’, terimakasih uraiannya..
luar biasa..,
hahaha iyya, sebenarnya masalah kebiasaan ji 😀