Mendengarkan Bintang dan Kelinci Bermain
Stars And Rabbit, duo yang awalnya berasal dari Jogjakarta yang belakangan ini lagu-lagunya kerap saya dengarkan.
Satu lagi musisi yang bisa terbilang masih baru yang karyanya kerap saya dengarkan belakangan ini. Namanya Stars And Rabbit. Duo yang terdiri dari Elda Suryani dan Didit Saad. Sebelumnya, Elda berduet dengan Adi Widodo – sesama musisi dari Jogja, sebelum akhirnya di tahun 2019 Adi memutuskan mengundurkan diri dan memilih fokus ke pekerjaannya di bisnis periklanan. Posisi Adi kemudian digantikan oleh Didit Saad, gitaris yang pernah menggawangi band Plastik.
Berawal Dari EVO
Kisah duo ini berawal di sekitar pertengahan tahun 2000an, tepatnya di tahun 2006. Elda Suryani yang kala itu bekerja untuk sebuah media dipaksa oleh seorang temannya mengikuti audisi pencarian vokalis. Saat itu beberapa musisi dibantu oleh sebuah stasiun televisi Indonesia menggelar audisi pembentukan band. Beberapa musisi itu adalah, Didit Saat (eks Plastik), Erwin Prasetya (eks Dewa 19), Ronald (eks Gigi dan Dr. PM), Adnil (eks Basejam), dan satu orang pemain kibor lulusan Berklee, AS bernama Angga Tarmidzi. Ajang pencarian vokalis itu ditayangkan stasiun televisi Indosiar dan diberinama Reiknarnasi.
Ajang pencarian vokalis itu menempatkan Elda sebagai pemenang. Elda resmi didapuk sebagai vokalis band EVO yang setahun kemudian merilis album perdana dan album satu-satunya. Nama besar para personel ternyata tidak menjamin kalau mereka bisa meraih kesuksesan. Ditambah dengan manajemen yang tidak memadai, maka tidak heran kalau nama EVO hanya melintas sekilas di belantika musik Indonesia.
Di sisi lain, kemenangan Elda sebenarnya disesali oleh Didit. Dalam wawancara bersama Soleh Solihun, Didit mengaku sudah tahu kapasitas besar seorang Elda. Sebagai musisi, dia juga tahu lagu seperti apa yang cocok buat Elda, yang jelas bukan lagu yang digarap oleh EVO.
“Jangan sampai dia salah asuhan,” kata Didit. Salah asuhan yang dia maksud ternyata adalah salah memilih band atau jalur, termasuk menjadi vokalis EVO.
Kembali ke Jogja
EVO yang kandas setelah album pertama juga ikut mengandaskan mimpi Elda untuk menjadi penyanyi. Dia kembali ke Jogja, memulai hidup baru yang sama sekali beda dengan jalur musik. Nyaris tiga tahun dia sama sekali tidak bermusik, meski sesekali masih sering bersenandung dan mencoba menuliskan syair yang disebutnya sebagai “calon lirik.”
Hingga suatu hari kebiasaannya itu menumbuhkan ide untuk untuk merekamnya, menjadikannya sebuah lagu. Elda hanya tahu satu nama, Didit Saad mantan rekannya di band EVO. Rekaman suara berisi senandung itu dia kirim ke Didit, dengan harapan mendapatkan saran akan diapakan rekaman suara bersenandung itu.
“Lu harus cari partner,” kata Didit.
Saran itu membuat Elda memutar otak, mencari siapa yang bisa dia ajak untuk membantunya mengubah senandung itu menjadi sebuah lagu. Satu nama yang terpikir adalah Adi Widodo, musisi Jogja yang pernah dikenalnya namun sudah cukup lama hilang kontak. Beruntung karena Adi menyambut baik ajakan Elda dan dalam waktu singkat senandung itu diubahnya menjadi sebuah lagu.
“Kalian berdua harus ke Jakarta, kita rekam lagu itu!” kata Didit Saad ketika Elda memperdengarkan lagu yang dibuatnya bersama Adi.
Kembali ke Jakarta
Ajakan Didit disambut duo Elda dan Adi. Mereka berangkat ke Jakarta, merekam tiga lagu menjadi sebuah demo. Elda mengaku saat itu dia sama sekali belum terpikir lagu itu akan diapakan setelah direkam. Satu-satunya yang terpikir hanyalah menjadikan lagu itu sebagai koleksi pribadi, sebuah karya yang setidaknya pernah dia buat.
Tiga lagu demo yang sudah direkam secara proper itu kemudian disebarkan Elda ke teman-temannya di Jogja. Kepada pemilik kafe, ke radio, dan komunitas-komunitas. Hasilnya, sambutan baik dan dukungan bermunculan dari teman-teman. Bahkan undangan untuk tampil mulai berdatangan. Sesuatu yang tidak disangka Elda. Semua undangan itu kemudian membuat Elda dan Adi berpikir bahwa sudah seharusnya mereka membuat album.
“Banyak yang suka dengar lagu kita, tapi mereka bingung mau dengerin di mana? Masak Cuma dengerin pas kami tampil aja?” Kata Elda.
Dan akhirnya tahun 2015 duo Elda dan Adi yang menamakan duo mereka Stars And Rabbit merilis album perdana mereka berjudul Constellation. Sebelumnya di tahun 2013 mereka sudah terlebih dahulu merilis mini album berisi lima lagu yang diberinama Live at Deus.
Sisanya adalah sejarah.
Warna Unik di Musik Indonesia
Kalau bicara soal jenis musik, Stars And Rabbit memang bisa dibilang membawa jenis musik sendiri yang cukup berbeda di kancah musik Indonesia. Elda menyebutnya sebagai imaginary pop, karena terus terang dia sendiri sulit mengidentifikasi jenis musik yang dimainkan oleh Stars And Rabbit.
Beberapa lagu Stars And Rabbit bisa dibilang mirip atau mungkin mendapatkan pengaruh dari Imogen Heap, beberapa lainnya seperti Sia, bahkan saya bisa menemui aroma Bjork di beberapa lagu lain. Namun, apapun jenis musiknya ada satu karakter khas Stars And Rabbit yang buat saya menjadi pembeda duo ini dengan penyanyi lainnya. Apalagi kalau bukan suara Elda. Suara yang kadang terdengar centil, kadang menyanyat, kadang sangat dalam. Suara yang eksotis dan memang menarik perhatian.
Musik-musik Stars And Rabbit paling pas didengarkan sambil bersantai, membaca buku, atau menikmati segelas kopi dan teh. Alunan musik mereka punya daya magis yang bisa membuat kita terbuai lalu mencoba mencerna makna dari lagu-lagu tersebut yang semuanya dibuat dalam bahasa Inggris.
“Saya sebenarnya kepengen bisa bikin lirik kayak Duta atau Eros (Sheila On 7). Mereka bisa memilih kata dalam bahasa Indonesia yang sederhana tapi bermakna. Saya tidak bisa,” kata Elda ketika ditanya kenapa lebih memilih menggunakan bahasa Inggris.
*****
Musisi-musisi terbaik Indonesia memang terus bermunculan. Berbagai genre dimainkan oleh mereka dan terus memberi warna-warna menarik bagi perkembangan musik Indonesia. Salah satu dari mereka yang cukup menarik buat saya ya duo Stars And Rabbit ini. Duo yang sukses membawa warna berbeda dari musik dan vokal mereka. Duo yang berhasil meraih kesuksesan lewat jalur indie dan bahkan sampai berhasil menembus kancah musik internasional. Sebuah hasil dari jalan panjang yang berliku, utamanya untuk sang vokalis Elda Suryani. [dG]