Hari Ini Kita Bicara Tentang Jamrud


Mari kita cerita tentang salah satu band rock yang paling populer di tahun 90an di Indonesia. Band rock terakhir yang bisa menjual jutaan keping album fisik di Indonesia.


Anak-anak yang lahir tahun 90an atau setelahnya mungkin tidak ada lagi yang mengenal band Jamrud. Mungkin ada, tapi jumlahnya pasti sangat sedikit. Itupun mereka tahu dari bapak, om, atau kakak mereka. Wajar karena band ini memang sudah termasuk band lawas, jadul. Masa edarnya sudah berusia 20an tahun dan sudah waktunya masuk MTV Classis.

Coba tanyakan pada mereka yang remaja di tahun 90an. Mereka pasti minimal pernah mendengar nama Jamrud. Minimal mendengar satu-dua lagunya.

Salah dua lagu Jamrud yang paling populer adalah Pelangi di Matamu dan Selamat Ulang Tahun. Lagu Pelangi di Matamu dirilis tahun 2000 tapi kemudian populer lagi di tahun 2004 ketika Susilo Bambang Yudhoyono ikut dalam kontestasi calon presiden Indonesia. Calon presiden dari partai Demokrat itu doyan sekali membawakan lagu Pelangi di Matamu ketika sedang berada di panggung kampanye. Semua orang kala itu memang tahu kalau beliau suka menyanyi, meski banyak juga yang merasa pilihan lagunya aneh. Aneh karena lagu itu berasal dari band rock yang nggak SBY banget.

Sementara itu lagu Selamat Ulang Tahun yang rilis tahun 2002 menjadi salah satu lagu yang paling overused alias paling sering dibawakan. Selama bertahun-tahun, lagu ini – meski cuma penggalan liriknya saja – dibawakan di mana-mana ketika ada yang berulangtahun. Sampai-sampai suatu ketika ada netizen yang meminta band lain menciptakan satu lagu bertema ulang tahun yang bisa dipakai menggantikan lagu ini. Mungkin saking enegnya dengan lagu Selamat Ulang Tahun dari Jamrud.

Menjual Jutaan Keping Kaset dan CD.

Dibentuk sejak tahun 1984 di Cimahi, Jawa Barat, Jamrud yang awalnya bernama Jamrock pelan tapi pasti menapaki tangga musik di tanah air. Di zaman itu perkembangan musik di dunia dan Indonesia memang sangat mengakomodir musik-musik cadas bertempo cepat. Orang bilang musik rock. Banyak sekali band rock yang lahir di masa itu sampai masa satu dekade setelahnya.

Salah satu figur bapak di dunia musik rock Indonesia adalah Log Zhelebour. Bapak ini sangat legendaris di kalangan musisi rock Indonesia. Dengan labelnya yang bernama Logiss Record, dia sudah menciptakan banyak band dan musisi rock. Sebut saja nama-nama seperti Elpamas, Power Metal, Boomerang, atau penyanyi rock wanita seperti Ita Purnamasari, Nicky Astria, dan Mel Shandy. Pokoknya untuk urusan rock tanah air, bapak berdarah Tionghoa ini jaminan mutu.

Dan dia jugalah sosok yang membesarkan band Jamrud.

Setelah Jamrock berganti personil dan sekaligus berganti nama menjadi Jamrud, mereka kemudian melepas album perdana bertajuk Nekad di tahun 1996. Log Zhelebour jadi sosok di belakang album perdana itu. Tanggapan publik cukup bagus untuk ukuran band baru. Sebanyak 150.000 keping kaset terjual dalam waktu singkat. Otomatis nama band Jamrud pun menyeruak di papan atas musik Indonesia. Bukan hanya musik rock, tapi juga musik secara keseluruhan.


Nekad, album pertama Jamrud

Album-album Jamrud berikutnya juga terhitung sukses di pasaran. Mereka mampu memanfaatkan momentum.

Tahun 1997 mereka merilis album Putri yang terjual sebanyak 250 ribu keping. Disusul kemudian album Terima Kasih di tahun 1998 yang terjual sebanyak 750 ribu keping. Puncak kesuksesan mereka adalah ketika di tahun 2000 merilis album Ningrat yang mampu terjual sebanyak 2 juta keping di pasaran. Album berikutnya yang direkam di Sydney di tahun 2002 bertajuk Sydney090102 terjual 1 juta keping di pasaran. Inilah album terakhir Jamrud yang mampu menembus pasar fisik album musik di Indonesia.

Jamrud menjadi band rock pertama dan terakhir yang bisa menjual jutaan keping album fisik. Di masa itu setidaknya ada lima band yang juga bisa menjual jutaan keping album fisik. Dewa, Padi, Sheila on Seven, Peterpan, dan Jamrud sendiri.

Dibanding empat band lainnya, Jamrud yang paling beda. Beda dari segi musik dan lirik.

Lirik Nakal a la Jamrud.

Salah satu kekuatan Jamrud adalah di lirik. Lirik mereka tidak puitis seperti Dewa atau Padi, juga tidak indah seperti Sheila on Seven atau Peter Pan. Lirik mereka sebagian besar justru terdengar nakal kalau tidak mau dibilang jorok. Memang tidak semua, tapi banyak yang seperti itu.

Jamrud memang banyak memotret realita di zamannya, dengan lensa yang apa adanya tanpa bermaksud mengaburkan atau menyembunyikan sesuatu.

Jamrud berbicara tentang kehidupan kota yang permisif termasuk di urusan seks pada lagu Telat 3 Bulan dan beberapa lagu lainnya. Jamrud memotret kebebasan berpendapat yang terkekang di waktu itu di lagu Berakit-Rakit ke Hulu, mereka juga memprotes primordialisme di lagu Ningrat, membincangkan dinamika pergaulan remaja ibu kota di lagu Surti-Tejo, Putri, dan Asal British. Mengecam mereka yang bermuka dua di lagu Anjink dengan lirik yang sangat vulgar. Lagu-lagu itu hanya contoh, masih banyak lagi lagu lain yang isinya memang realita kehidupan atau protes pada kemapanan.

Benar-benar memotret fenomena yang ada saat itu. Cara memotretnya juga unik karena apa adanya, tanpa embel-embel berusaha terdengar manis.

Coba simak lirik lagu Telat 3 Bulan di bawah ini:

Malam jum’at bertemu/ Di apotik pak mahmud/ Kau tersenyum tersipu/Aku pura-pura malu/ Dan kita mulai…/ Saling Tanya jawab/
Malam sabtu kujemput/ Rok minimu menyambut/ Kuajak kau ke laut/ Lihat pemandangan bagus.
Namanya laut/ Angin pasti kuuenceng (wuuuzzz)/ Rokmu berayun…/ Naik turun.
Hei… salahkah aku yang jadi mau/ Karena melihat isi dalam rokmu/ Hei… kenapa kau pun mau saat kurayu/ Dan kita langsung berguling bergerak bebas diatas pasir.
Beberapa bulan ‘gak ketemu/ Kau tampak jadi gendut/ Lagi memilih susu/ Di apotik pak mahmud.
Kutanya kabar…/ Kau malah menangis/ Sambil berbisik/ Aku telat 3 bulan

Lugas, apa adanya dan tentu saja terdengar nakal. Atau coba simak juga petikan lirik lagu Otak Kotor seperti ini:

Kepalaku jadi pening lihat gayamu/ Selalu mengajak untuk berpikir mesum/ Bola mataku pegel karena tak berkedip/ Capek jadinya.
Sepasang tanduk mulai tumbuh di celah rambut/ Sepasang kupingku berubah makin lancip/ Berdiri salah duduk salah di depanmu/ Jadi ngeres sendiri.
Kok nggak mikirin sebagian tubuh yang menganga/ Kok nggak mikirin nafsu lawan bicara/ Sementara debar jantungku berantakan/ Aku nggak tahan lagi.

Lirik di atas kalau dirilis saat ini pasti akan mendapatkan kecaman, dianggap melecehkan perempuan. Begitu juga lirik Kau dan Ibumu seperti di bawah ini:

Berdoa nak, doakanlah aku/ Biar cepat dapat ibu baru/ Yang engga takut kukunya patah/ Waktu nyuciin semua popokmu/ Juga mandiin dan nyebokin kamu.
Jangan nangis terus, beri waktu seminggu/ Biar kucari, kupilih pengganti ibumu/ Tapi harus janji, setelah dapat ibu/ Kau minum susu dari botol plastik/ Karena punya ibu hanya untuk aku.

Pfiuh! Lagu ini sungguh bisa dianggap sebagai lagu yang mendiskreditkan perempuan. Seksis.

Tapi Jamrud juga rajin membuat lagu yang terdengar kocak dan lumayan menggelikan. Salah satunya lagu Senandung Raja Singa, lagu yang bercerita tentang seorang pria yang terkena penyakit kelamin karena bercinta tanpa pengaman. Liriknya sungguh menggelitik, apalagi karena lagu ini diaransemen dengan aroma musik Melayu yang kental di bagian pembukanya. Benar-benar terdengar seperti lagu iseng yang memang dibuat untuk menggelitik saraf ketawa.

Tapi itulah Jamrud. Mereka dengan lirik yang sederhana dan apa adanya mampu memikat banyak penikmat musik di zamannya. Mereka membuat sesuatu yang berbeda dibanding band lain yang waktu itu juga sangat populer. Kesederhanaan dan keberanian berkata apa adanya digabung dengan musik menghentak yang memberi semangat. Jadilah mereka salah satu band paling sukses di Indonesia.

*****

Waktu berlalu, tren juga berubah. Apa yang dulu membuat Jamrud begitu populer perlahan berubah. Zaman sekarang musik rock bukan lagi pilihan sebagian besar pendengar musik di Indonesia. Tren musik berganti menjadi lebih digital atau sekalian akustik dengan lirik yang mendayu-dayu. Tidak ada ruang lagi untuk musik menghentak dengan lirik nakal menjurus cabul.

Jamrud akan dikenang sebagai band rock Indonesia terakhir yang bisa menjual jutaan keping kaset dan CD fisik. Tidak ada lagi band seperti mereka yang bisa menyeruak ke papan atas musik Indonesia. Entah sampai kapan. Buat saya, Jamrud sudah bisa menjadi sebuah legenda di belantika musik Indonesia. [dG]