Sekilas Tentang Daeng
Tulisan ini mungkin agak terlambat karena heboh pemanggilan “daeng” kepada JK oleh Ruhut Sitompul sudah terjadi hampir seminggu yang lalu, tapi saya masih tetap merasa tertarik untuk menulis tentang “daeng” ini, katakanlah sebagai sebuah informasi untuk teman-teman (khususnya teman-teman non SulSel) yang kurang mengerti tentang “daeng”.
Sebenarnya “daeng” ada dua macam. Pertama “daeng” sebagai sebutan kepada orang yang lebih tua atau yang dituakan. Sifatnya sama dengan Mas bagi orang Jawa, atau Akang bagi orang Sunda. Panggilan ini awalnya hanya milik suku Makassar saja karena?”daeng” memang sebenarnya adalah bagian dari budaya suku Makassar. Daeng sebagai panggilan kepada orang yang lebih tua dipergunakan merata kepada pria ataupun wanita.
“daeng”?yang kedua atau yang lebih spesifik adalah bagian dari “Paddaengang”. Nah, “Paddaengang” ini dalam tradisi suku Makassar adalah sebuah bagian penting. Istilah lainnya adalah “areng alusu” atau nama halus. Seseorang yang bersuku Makassar biasanya akan menerima penyematan nama halus atau paddaengang ini di belakang nama aslinya. Contohnya seperti saya, nama asli saya Syaifullah tapi kemudian ditambahkan dengan paddaengang yaitu daeng gassing, jadilah nama lengkap saya Syaifullah daeng Gassing.
Nama halus atau paddaengang ini biasanya diambil dari nama para leluhur atau tetua dalam garis keluarga suku Makassar. Biasanya berupa doa atau harapan, namun ada juga yang berupa ciri fisik atau kelakuan. Nama daeng Gassing di belakang nama saya sendiri diambil dari nama kakek saya dari pihak Ibu. Beliau terkenal sebagai orang yang tegas dan lurus. Gassing sendiri secara harfiah berarti kuat, dan tentu saja saya memilih nama itu karena berharap bisa mewarisi sifat-sifat positif sang kakek.
Penyematan paddaengang di belakang nama seseorang dulu dilakukan dengan upacara khusus namun belakangan seiring perjalanan jaman, paddaengan itu disematkan begitu saja tanpa ada upacara khusus. Saya sendiri sudah mengganti paddaengang saya, awalnya saya ber-paddaengang daeng Bella, merujuk ke nama buyut saya. Saya menggantinya karena nama daeng Bella terkesan agak feminin, meski sebenarnya artinya tidak se-feminin itu. Penggantian ini terjadi begitu saja, tanpa ada acara khusus.
Bagi orang Makassar, setelah resmi menyandang nama paddaengang dan yang bersangkutan sudah masuk masa akhil baliq maka wajib hukumnya bagi orang-orang di sekitarnya apalagi yang lebih muda dari yang bersangkutan untuk memanggil dengan nama paddaengangnya. Memanggil orang tersebut bukan dengan paddaengangnya akan dianggap tidak sopan, karena ya itu tadi paddaengang adalah areng alusu’ atau nama halus dari yang bersangkutan. Adik-adik dan keluarga besar saya sekarang ini lebih sering memanggil saya dengan nama daeng Gassing daripada nama asli saya.
Dalam tradisi asli suku Makassar sebenarnya juga dikenal yang namanya kasta. Kasta tertinggi adalah Karaeng atau raja, kemudian di bawahnya ada Tumajai atau orang kebanyakan. Kasta paling bawah adalah Ata atau budak. Mereka yang berkasta Karaeng dan Tumajai berhak mendapat paddaengang sementara pada Ata tidak. Sultan Hasanuddin sendiri punya nama paddaengang yaitu daeng Mattawang plus gelar kebangsawanan sehingga nama aslinya menjadi : I Mallombassi daeng Mattawang Sultan Hasanuddin Karaeng Bontomangape Tu Menanga Ri Balla Pangkana . I Mallombassi adalah nama kecil, daeng Mattawang adalah nama paddaengang, Sultan Hasanuddin adalah nama Islamnya, Karaeng Bontomangape adalah gelar kebangsawanan dan Tu Menanga Ri Balla Pangkana adalah gelar anumerta yang berarti orang yang meninggal di rumah bercabang.
Secara singkat daeng adalah panggilan penuh hormat kepada orang yang lebih tua atau dituakan meski belakangan generasi yang lebih muda mengalami kesalahan persepsi dikarenakan penggunaannya yang lebih bersifat umum. Para pengayuh becak, pedagang sayur dan ikan keliling serta beberapa pelaku industri non formil lainnya biasa disapa dengan panggilan daeng sehingga kemudian banyak orang yang menganggap kalau daeng itu asosiasinya lebih kepada mereka yang berada di strata sosial rendah. Pandangan yang sama sekali tidak benar tentu saja.
Selepas heboh kasus panggilan daeng oleh Ruhut Sitompul kepada JK saya sempat melihat sebuah aksi demonstrasi oleh mahasiswa di Makassar. Salah seorang pendemo mengatakan keberatan atas sikap Ruhut tersebut, alasannya “JK yang mantan wakil presiden itu tidak pantas dipanggil daeng karena biasanya daeng itu hanya identik dengan daeng becak dan sebagainya”. Astaga..!! saya sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Alasannya kok seperti itu, alasan yang sama sekali tak berdasar.
Menurut saya alasan yang paling tepat untuk mengecam tindakan Ruhut adalah alasan kesopanan semata. Tidaklah layak dalam sebuah forum formil berskala nasional seperti itu Ruhut memanggil JK dengan sebutan daeng, ini sama saja dengan misalnya dalam forum yang sama dia memanggil SBY dengan sebutan Mas. Daeng atau Mas-nya tidak salah hanya tempatnya saja yang tidak tepat. Saya yakin JK juga pasti senang-senang saja dipanggil daeng oleh orang lain dalam forum yang berbeda yang sifatnya lebih santai dan tidak formil. Sama seperti para perantau asal SulSel yang bangga dengan panggilan daeng di tanah seberang Jadi sekali lagi menurut saya bukan daengnya yang salah, tapi tempat dan waktunya yang tidak tepat.
Sayangnya dalam kasus Ruhut ini saya merasa tidak banyak pemberitaan yang secara jelas menggambarkan “kesalahan” yang dilakukan oleh Ruhut sehingga seakan-akan yang salah adalah panggilan daeng-nya. Saya hanya kuatir banyak orang yang belum mengerti tentang panggilan daeng jadi merasa kalau panggilan daeng itu ternyata kurang sopan, tidak bagus dan bisa menimbulkan rasa tidak senang. Padahal sama sekali bukan seperti itu. Yah, mudah-mudahan tulisan saya ini bisa sedikit membuat teman-teman di luar SulSel mengerti tentang daeng dan panggilan daeng itu. Apapun itu, saya bangga menggunakan paddaengang saya karena setidaknya saya masih memelihara sedikit warisan budaya Makassar saya dan tentu saja warisan budaya nusantara saya di antara sekian banyak warisan budaya luar yang saya serap dan praktekkan sehari-hari. [dG]
Masyarakat Bugis juga mengenal kata Daeng (Deng) dengan arti ‘kakak’. Digunakan baik kpd laki-laki maupun perempuan yg lebih tua dari kita dengan meletakkannya di depan namanya.
Halnya dengan Paddaengang, ini khusus milik Suku Makassar.
.-= adink´s last blog ..Revisiting Palangkaraya =-.
@radya: iya Mas..beda. di SulSel ada 3 suku besar : Bugis, Makassar dan Toraja. dulunya ada 4 dengan suku Mandar tapi sekarang suku mandar mayoritas sudah berada dalam propinsi baru, Sulawesi Barat.
@adink:
bugis dengan makassar itu lain ya mas ?
betul, ada pergeseran dikalangan anak muda Makassar sendiri. Di kampus saya di Jakarta saya di panggil daeng sama teman-teman dari suku lain, tapi teman saya yang dari Makassar kadang mengolok saya kalau dengar saya dipanggil seperti itu,….. diidentikkan dengan daeng becak…..Padahal saya bangga dipanggil begitu, meskipun saya aslinya bugis :p
.-= daus´s last blog ..Catatan Indonesia VS Oman : Ekspresi pemain ke-12 =-.
Muantaps!!! Daeng Gassing…. tulisan yang Sangat Bagus..
Saya sebagai orang Indonesia, Asli Suku Makassar(Gowa). Saya juga sempat melihat diberitaTV saat Mahasiswa di Makassar berdemonstrasi mengecam Ruhut Sitompul yang memanggil JK dengan kata DAENG.
Saat itu, sontak timbul Rasa jengkel campur Emosi pada diri saya melihat salah seorang demonstran yang mengindentikkan kata Daeng itu untuk sebatas Daeng Becak..!!
Menurut saya domonstrann tersebut adalah orang Tolol banyak bicara tapi tidak tau Makna dan Penyematan dari kata DAENG bagi Suku Makassar itu sendiri. Dia tidak tahu asal mula kenapa TUKANG BECAK dipanggil DAENG BECAK (kata TUKANG diganti DAENG)
Dalam Budaya Suku Makassar dan Bugis, ada Budaya SIPAKATAU (Saling Memanusiakan)tak peduli apakah dia orang kalangan bawah(Tukang becak) atau kalangan atas(Pejabat),yang jelas intinya yang namanya manusia harus saling Menghargai sebagai sesama manusia.
nah dari sinilah mengapa TUKANG Becak dipanggil DAENG Becak, tak lain untuk menghargai Situkang becak. karena Bagi Suku Makassar/Bugis, memanggil dengan kata Tukang Becak itu TIDAK SOPAN kedengarannya..sehingga dinamakanlah DAENG Becak.
KESIMPULAN:
1.
Terjadi Kekeliruan bagi para Demonstran yang memaknai kata DAENG itu sebatas Daeng Becak, Karena sejatinya kata DAENG (Pa’Daengang)itu adalah sebuah Gelar kehormatan bagi Suku Makassar.
Bahkan Perdana Mentri Malaysia Tun Najib Abd.Razak yang tak lain cucu dari SULTAN HASANUDDIN Raja Gowa ke-16 (Pahlawan Nasional RI)diberi Gelar I Mappadulung DAENG Mattimung Karaeng Sanrobone, waktu berkunjung ke Kabupaten Gowa Sul-Sel.
2.
Mengenai Pernyataan Ruhut Sitompul yang memanggil JK dengan kata Daeng. Saya sangat sepakat dengan Saifullah Daeng Gassing diatas, bahwa Sangat tidak ada salahnya jika Jusuf Kalla dipanggil dengan kata Daeng. walupun beliau dari suku Bugis tapi beliau juga kebanggaan orang Makassar, karena Suku Makassar-Bugis cuma beda dibahasa saja, Mengenai Adat Budaya sama saja…
Menurut saya kesalahan Ruhut bukan pada pemanggilan kata DAENG, tapi salah pada tempat dan situasi karena sedang rapat Pansus..tapi kalau diluar itu pada forum yang bebas saya kira Sah-sah saja, karena adalah suatu Kebanggan Bagi Kami orang Makassar-Bugis dipanggil dengan kata DAENG.
HIIIDUP DAENG..!!
TABE’ LOMPO.
@Iqbal Daeng Palewa: terima kasih daeng Palewa untuk komentarnya.
saat berusia lebih muda terus terang saya juga sempat merasa tidak pede dengan panggilan daeng karena adanya salah persepsi dari saya yang menganggap daeng itu panggilan yang terlalu tua, kuno dan levelnya rendah. tapi belakangan saya malah bangga dengan panggilan daeng itu..
Daeng adalah Gelar yang tertinggi di Sul Sel,Ada Sejak Jaman Kerajaan,sedangkan gelar lainnya,Contohny ANDI Adalah gelar rekayasa,Gelar yang di ciptakan Oleh Compani BELANDA,JK,Jendral M.Yusuf,BJ.Habibie dll Sebagainya Nota bene Orng Bugis,Beliau tdk mau gelar itu,Demikian ganti………
Mantap tulisannya dg gassing….
Sama nama paddaengang juga dgn saya….
Hanya mereka yg tdk tahu tentang daeng yg mengira daeng itu buat mereka daeng becak…
Padahal pemimpin orang makassar pada masanya bernama daeng mattawang atau lebih di kenal dgn sultan hasanuddin.
Tdk identik dgn daeng becak….
Sekali lg jempol buat dg gassing atas tulisannya….
ASS,,,SAYA BANGGA AKAN TULISAN DG GASSING,,,,SAYA BAHKAN SANGAT KECEWA SAMA JK,,DAN ORANG…..MAAF BUGIS ( FAISAL DLL ),,,DI SENAYAN,,,MEREKA KOMPAK SANGAT TERSINGGU WAKTU DI BERI PERKATAAN DAENG,,,,,,,BERARTI ORANG-ORANG HEBAT INI TIDAK MENGENAL DAERAHNYA SENDIRI,,,,,,,,,ADA BAIKNYA DAENG GASSING SESEKALI DIADAKAN SEMINAR TENTANG GELAR DAENG AGAR MASYARAKAT KHUSUSNYA ORANG-BUGIS (SEBAHAGIAN) MENGETAHUI APA MAKNA GELAR DAENG TERSEBUT………HIDUP DAENG……………………..
TIDAK ADA MAKASSAR KALAU TIDAK ADA DAENG……
Daeng adalah Gelar yang tertinggi di Sul Sel,Ada Sejak Jaman Kerajaan,sedangkan gelar lainnya,Contohny ANDI Adalah gelar rekayasa,Gelar yang di ciptakan Oleh Compani BELANDA,Padahal pemimpin orang makassar pada masanya bernama daeng mattawang atau lebih di kenal dgn sultan hasanuddin.
Sebutan daeng apa diperuntukkan untuk kaum perempuan ya? kok jarang dengarnya?
iyya, ada juga daeng buat perempuan dan sebenarnya sangat jamak koq
Bang Ipul, boleh sharing info soal paddaengang ini di blog saya ya..
Beberapa bulan terakhir saya diberi nama tambahan oleh salah satu sahabat saya, padahal saya bukan orang Makassar. Hanya saja, yah, kekasih saya memang orang Makassar. hehehe.. Beliau memanggil saya “daeng kanang”. Sejujurnya saya happy sih diberi paddaengang ini, membuat saya merasa diterima dalam keluarga besar Sulawesi Selatan, meski saya belum resmi menikah dengan si dia. 🙂
Pertanyaannya, mungkin terdengar bloon nih pertanyaan saya, boleh nggak saya cantumkan nama tersebut….ehm, di blog saya misalnya. Hehehehe.. Udah begitu aja pertanyaannya. Hehehehe..
Terima kasih yaa.. ^_^
Dan, salam kenal.
hihihi silakan kalau mau di-sharing
untuk penggunaan, tidak ada masalah koq. kan sudah dikasih sama teman-teman, jadi sudah dianggap sebagai bagian dari orang Makassar. sebuah penghargaan, masak tidak dipakai? hihihi
hihihihi.. iya yaaa.. berarti saya boleh yaaa nulis “daeng kanang” di belakang nama saya. Jadi geer sendiri niii. Tersanjung banget dikasih nama seindah itu.. ^_^
Kurru sumange, Daeng.. (eh bener ngga kata-katanya yaa? hihihihi)
Assalam…
Daeng Gassing saya ingin bertanya,,
Apakah dengan bukti sebuah badik, bisa diketahui asal-usul keturunan bugis/makassar,,??
wah saya belum pernah baca daeng, apakah ada tradisi sebuah keturunan punya badik khas atau tidak
Tulisan yang sangat epic kak. Aku juga punya nama paddaengang “daeng tayu” dikasih langsung sama kakek waktu umur 13. Kata kakek, tayu berarti lemah lembut, kemayu dsb. Awalnya sih sempat malu sama nama panggilan itu karena aku sering diolok-olok teman, katanya kampungan banget pake nama daeng haha. Ya aku sabar aja sih mungkin temanku itu belum mengerti keistimewaan nama daeng tersebut. Tapi lama kelamaan aku jadi terbiasa dan nyaman dengan panggilan daeng tayu. Di antara teman sebayaku udah sedikit banget loh yang mempunyai paddaengang terutama yg tinggal di perkotaan.. rata-rata temanku yang mempunyai paddaengang tinggal di Gowa dan masih menggunakan bahasa Makassar dalam percakapan sehari-hari dirumah. Makanya aku bangga mempunyai paddaengang setidaknya membantu melestarikan tradisi dan budaya suku Makassar. Bahkan aku pakai nama paddaengang untuk alamat blogku hehe http://daengtayuu.blogspot.com
Saya bangga menjadi makassar.. saya makassar dan bukan bugis..
Terimakasih telah menulis dalam usaha meluruskan pemahaman orang luar daeng gassing. Kami menunggu tulisan2 berikutnya dalam upaya memelihara budaya makassar.
kok sama ya? nama kecil kita sama loh namaku juga daeng bella tapi pas dewasa diganti jadi daeng gassing
Hah? Kenapa bisa sama begitu ya? Hahaha