Selamat Ulang Tahun Makaverse!

Sudah genap satu tahun sejak diluncurkannya Makaverse alias Makassar menuju kota metaverse. Sudah sampai di maan menujunya?

Tanggal 15 Maret 2022 adalah tanggal yang akan dikenang seluruh rakyat kota Makassar. Di hari itu, wali kota Makassar tercinta, yang penuh dengan inovasi luar biasa, yang selalu punya ide cemerlang, dan selalu bisa membawa kota ini menjadi yang pertama di dunia, atau satu-satunya di dunia, kembali hadir dengan sebuah gebrakan yang sangat luar biasa.

Hari itu, di sebuah acara yang diberi nama Rakorsus alias rapat koordinasi khusus, sang wali kota jagoan pertama di dunia yang juga sangat ahli menghasilkan kata-kata dan jargon singkatan itu meluncurkan sebuah gebrakan baru yang diberinya nama: Makassar Menuju Kota Metaverse (Makaverse).

Gebrakan ini tentu luar biasa mengingat impian menjadi kota metaverse terdengar sangat now, kekinian, dan sesuai dengan konteks zaman. Kota metaverse ini intinya adalah kota yang mengawinkan antara realitas dan dunia maya, tentu dengan menggunakan beragam perangkat digital yang tujuannya memudahkan pelayanan publik dan perencanaan tata kota.

“Jadi nanti kalau ada yang mau urus dokumen kependudukan misalnya, tidak perlu datang ke kantor Disdukcapil. Cukup masuk ke metaverse, nanti ada avatarnya, dan avatar itu yang nanti ketemu dengan avatar orang Disdukcapil, mengurus dokumen yang dibutuhkan,” begitu kira-kira kata pak wali kota waktu itu. Itu penjelasan sederhana beliau untuk menjelaskan apa itu kota metaverse.

Makassar ingin menyamai kota seperti Singapura, Dubai, Shanghai, dan Seoul yang menurut The Smart City Journal adalah empat kota dengan konsep metaverse terbaik di dunia. Kota-kota yang punya jaringan internet super kencang, SDM yang lihai mengelola dan menggunakan internet. Makassar dengan rata-rata kecepatan internet yang 20Mbps tentu akan sangat bangga bila bisa disandingkan dengan Dubai misalnya, kota di negara yang rata-rata kecepatan internetnya di atas 200 Mbps itu.

Itu persoalan kecil!

Maaf ya Kota Lain

Masih dalam rangkaian peluncuran Makassar Menuju Kota Metaverse itu, saya menyaksikan wawancara beliau dengan Metro TV, beberapa hari setelah acara Rakorsus. Di siaran langsung bersama Metro TV, bapak wali kota inovatif ini menjelaskan dengan singkat konsep kota metaverse yang dia maksud. Sebagian masih sama dengan apa yang beliau ucapkan waktu peluncuran di Rakorsus tersebut.

“Kami minta maaf kepada kota-kota lain di Indonesia. Biarkan Makassar yang duluan,” katanya lagi.

Rasakan itu kota-kota lain di Indonesia! Kalian masih sibuk dengan urusan membenahi macet, transportasi publik, keamanan, banjir, dan tetek bengek lainnya, Makassar sudah jalan duluan! Sudah mau menuju kota metaverse!

Siapa yang tidak bangga pada wali kota yang sungguh inovatif, penuh dengan gebrakan, dan sangat kreatif ini.

Satu Tahun Kemudian

Satu tahun berselang setelah Makaverse diluncurkan. Kota ini masih juga macet, masih juga belum punya transportasi publik yang memadai, dan bahkan di tahun ini sudah beberapa kali didera banjir.

Angan-angan menuju kota metaverse masih terngiang-ngiang. Di beberapa sudut kota, baliho peluncuran Makassar Menuju Kota Metaverse bahkan masih ada, seperti penanda kalau impian itu masih dijaga.

Satu tahun sudah berlalu, tapi saya belum tahu sudah sampai mana impian menuju kota metaverse itu. Sudah berapa langkah yang diambil, sudah berapa tahap yang berjalan, dan sudah sampai di mana? Kota metaverse itu apakah sudah dekat? Atau jangan-jangan hilalnya saja belum kelihatan?

“Ededeh, jangan mi dulu metapers-metapers. Itu mo dulu banjir, macet, atau jalanan berlubang perbaiki,” kata seorang warga kota Makassar. “Jangan sampai bukan makaverse jadinya, malah maksaverse ji.” Sambungnya lagi.

Meme Metaverse

Warga itu mungkin terlalu naif, ketinggalan zaman, tidak keren. Dia tidak tahu kalau Makassar sudah jadi kota metaverse, semua kekurangan yang dia bilang itu akan sirna. Tinggal pakai kacamata VR, masuk kota metaverse dan kelihatan bagaimana indah dan moderennya kota Makassar. Tidak ada itu jalanan yang bolong, apalagi banjir. Semua mulus, lengkap dengan bangunan pencakar langit yang megah. Dasar memang orang udik ya si warga itu?

Dia juga tidak menghargai betapa beruntungnya Makassar punya wali kota yang super inovatif, kreatif, visioner, dan bisa melihat jauh ke depan. Wali kota yang percaya diri minta maaf ke kota lain karena Makassar duluan menuju kota metaverse di Indonesia. Duluan menuju, meski entah sekarang sudah sampai di mana. Atau, jangan-jangan Makassar tersesat dalam perjalanan menuju kota metaverse? [dG]