Orang Makassar dan Jeruk Nipis

Sop Ubi dan Jeruk Nipisnya

Orang Makassar dan jeruk nipis seperti tangan dan kanan dan tangan kiri. Saling melengkapi. Tak elok rasanya makan yang berkuah tanpa jeruk nipis.


Suatu hari seorang tukang bakso lewat depan kantor kami. Saya dan beberapa orang teman yang sedang nongkrong depan kantor lalu berinisiatif memanggil si tukang bakso. Si mas-mas yang masih muda itu mendekat, saya dan teman-teman juga langsung merubunginya, memesan semangkuk bakso buat mengisi perut yang kosong di sore hari yang cerah itu.

” Mas, jeruk nipisnya mana? ” Seorang teman bertanya.

” Jeruk nipis? Gak ada mas “, si mas tukang bakso memasang tampang keheranan.

” Adduh, bagaimana sih? Masak bakso tidak ada jeruk nipisnya? ” Si teman menggerutu. Saya cuma tersenyum melihat adegan itu.

Ketika semua teman bergerak meninggalkan si mas tukang bakso dan mulai menyantap baksonya, saya mendekati si mas tukang bakso dan bilang, ” Mas, lain kali kalau lewat sini lagi jangan lupa bawa jeruk nipis. Orang Makassar tuh gak bisa makan makanan berkuah kalo gak ada jeruk nipisnya “

Si Mas mengangguk tanda mengerti, sepertinya dia masih baru jualan. Dan benar saja, berikutnya ketika dia lewat depan kantor dan kami menghentikannya, beberapa potong kecil jeruk nipis sudah siap di gerobak baksonya.

Apa yang saya sampaikan ke mas tukang bakso itu bukan melebih-lebihkan, tapi nyata adanya. Bagi kami orang Makassar, jeruk nipis adalah perangkat mutlak dalam menyempurnakan makanan khususnya makanan khas Makassar yang berkuah seperti coto, konro, sop saudara atau pallubasa. Tanpa jeruk nipis, rasanya tidak akan sempurna.

Buah kecil berwarna hijau ketika muda dan kuning ketika tua itu adalah pelengkap, kadang malah jadi salah satu elemen penyempurna rasa makanan. Jangankan makanan berkuah, nasi goreng saja tetap pake jeruk nipis, pun dengan makanan lain sebangsa gado-gado, pecel atau tahu tek-tek. Aneh? Mungkin, tapi itulah kebiasaan kami orang Makassar.

Entah awalnya dari mana dan bagaimana sehingga jeruk nipis ini kemudian jadi bagian penting dari sebagian besar makanan khas orang Makassar. Jelasnya, rasa asam dan kecut yang dihasilkan jeruk nipis ini menjadi pengganti untuk cuka.

Selain sebagai penambah rasa, jeruk nipis juga ternyata berfungsi untuk menetralkan kadar kolesterol jahat yang tinggi pada makanan, apalagi mengingat makanan khas Makassar itu sebagian besarnya adalah jenis makanan yang sangat potensial menambah kadar kolesterol jahat karena isinya yang sebagian besar adalah daging dan jeroan sapi.

Soal berapa potong jeruk nipis yang dibutuhkan utuk satu porsi makanan, semua tergantung selera masing-masing. Tapi bagi saya, makin kecut makanan tersebut rasanya makin mantap. Biasanya rasa kecut itu harus bersekutu erat dengan rasa pedes dan sedikit rasa manis. Sluurrppp, mantap!!

Jadi kawan, kalau Anda mau merasakan mantapnya makanan khas Sulawesi Selatan jangan lupa untuk menambahkan perasan jeruk nipis ya. Tanpa jeruk nipis, makanan seperti coto, konro, pallubasa, sop saudara, atau bahkan sambel dari ikan bakar Makassar rasanya akan biasa saja.[dG]