Yang Sepuh Yang Mengalah
Hidup memang punya siklus, semua yang sudah sepuh pada akhirnya harus digantikan oleh yang lebih muda.
Komunitas blogger Semarang –Loenpia– berulang tahun. Usianya genap 7 tahun tanggal 15 Oktober. Di pusatnya di Semarang sana digelar acara syukuran sederhana, begitu juga di cabang lain yang tak kalah ramainya, di Jakarta. Loenjak atau Loenpia Jakarta- demikian mereka menyebut dirinya- berkumpul di foodcourt sebuah mall, sekadar ngobrol panjang dan berbagi cerita. Cukuplah sebagai sebuah penanda syukur untuk ulang tahun yang ketujuh.
Usia tujuh tahun bukan usia yang singkat. Loenpia termasuk komunitas blog yang sudah cukup sepuh di republik ini. Lebih tua setahun dari komunitas blogger tempat saya bernaung, Anging Mammiri. Loenpia, seperti juga Anging Mammiri lahir di kala blog masih sangat trend, masih sangat mampu menarik atensi anak muda. Di berbagai kota di Indonesia lahirlah komunitas-komunitas blog berbasis daerah.
Di Bandung ada BBV ( Bandung Blog Village) dan Batagor, di Jogja ada Cah Andong, di Surabaya ada TPC (Tugu Pahlawan Community), di Semarang ada Loenpia, di Palembang ada Wongkito dan di Makassar ada Anging Mammiri. Semua lahir dan tumbuh dalam waktu yang hampir bersamaan. Sama-sama lahir di masa blog masih begitu diminati.
Kemudian waktu bergulir. Blog perlahan mulai mendapat saingan. Facebook dan kemudian twitter ikut berdesakan dalam antrian bernama media sosial. Mereka berdua kemudian terlihat begitu mentereng dan menggoda, hingga blog mulai terlupakan. Tidak sepenuhnya terlupakan, tapi jelas tersaingi.
Beberapa blogger mulai jarang mengisi blognya. Bahkan mulai lupa password. Anak-anak Loenpia menyebutnya blogger lupa password.
Facebook dan twitter kemudian bertanggungjawab penuh atas lahirnya beragam komunitas di berbagai daerah. Sifatnya yang begitu cair dan bisa menjangkau banyak kalangan membuat orang mudah menemukan teman seirama, kawan sepikiran dan sobat seiman. Maka tumbuhlah komunitas-komunitas baru yang sebagian berdasarkan ketertarikan akan satu hobi yang sama. Sebagian besar penggeraknya adalah anak-anak yang lebih muda dari mereka yang dulu membentuk komunitas blog.
Sementara itu, para blogger yang dulu membidani lahirnya komunitas blog lokal mulai menjadi orang yang mapan. Mereka bukan lagi anak-anak muda yang dulu masih punya semangat dan waktu lebih. Mereka sekarang jadi orang-orang yang mulai menapaki karir di dunia profesional. Sebagian sudah mulai menata hidup sebagai suami atau istri dan bahkan sebagai orang tua.
Waktu mereka tak lagi sebebas dulu. Energi mereka masih banyak, tapi habis terbagi untuk urusan lain yang lebih dekat dengan kehidupan mereka. Perlahan komunitas yang dulu mereka bantu kelahirannya mulai melayu. Redup seperti kembang yang merindukan siraman air.
Loenpia masih ada, milisnya masih sangat ramai. Ini sedikit anomali di jaman Facebook dan Twitter jadi raja dan ratu. Perbincangannya memang tak melulu soal blog, bahkan kata sebagian anggotanya sekarang perbincangannya sudah sangat dewasa. Ada thread yang khusus membahas masalah pekerjaan, membangun rumah dan bahkan urusan rumah tangga. Dulu mereka sendiri mungkin tidak mengira topik seperti ini akan muncul di milis mereka.
BBV dan Batagor tak terdengar lagi beritanya. Mungkin masih ada, tapi sudah tidak semilitan dulu. Wongkito baru saja berulangtahun, pun saya masih sering mendapati kegiatan mereka offline maupun online. TPC pun nyaris tak terdengar lagi, kecuali beberapa anggotanya yang memang sudah terlanjur terkenal di dunia maya. Cah Andong, beberapa hari lalu malah ada tagar di twitter berbunyi #CABubar. Mereka benar-benar bubar? Entahlah, bisa jadi itu cuma candaan mereka saja meski memang kebanyakan dari mereka sudah pindah ke Jakarta atau kota-kota besar lainnya.
Anging Mammiri? Kami masih ada. Setidaknya kami masih mencoba membuat kegiatan meski kadang gamang dan yang jelas awaknya memang tinggal itu-itu saja. Sebagian sudah pindah ke Jakarta atau kota lain, sebagian entah ke mana. Sibuk dengan kehidupan mereka.
Komunitas blog yang aktif bukannya tidak ada. Seperti bunga, mereka mekar di banyak tempat. Di semarang ada dotsemarang, di Madura ada Plat M, di Jogja ada Blogger Jogja, di Gorontalo ada Saronde, di Maros yang berjarak 30 KM dari Makassar ada blogger Maros. Mereka tumbuh dan mulai aktif. Dotsemarang malah termasuk komunitas blogger baru yang hiperaktif dengan beragam kegiatan mereka.
Kehidupan memang punya siklus sendiri. Mereka yang sepuh suatu saat harus digantikan oleh mereka yang lebih muda. Terus seperti itu. Komunitas blogger berusia 5 tahun ke atas perlahan harus menyerahkan tongkat estafet ke komunitas blogger yang lebih muda. Mereka yang sepuh tak perlu bubar apalagi mati, toh mereka bisa tetap berkarya, menjadi pendamping untuk mereka yang lebih muda sambil tentu saja tetap berusaha melakukan sesuatu. Tak perlu menjadi monumen yang akan terlupakan.
Dan anyway, selamat ulang tahun Loenpia! Senang menjadi bagian dari kalian.
[dG]
Masalah regenerasi memang susah ya, apalagi dengan gempuran microblog dan media sosial.
yah sepertinya begitu…
kami di Makassar juga masalahnya sama. susah untuk regenerasi 😀
menurut saya yang penting spirit berbagi-nya tetep berlangsung. medianya bisa lewat blog, milis, facebook twitter atau apapun yang dirasa lebih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan. di Loenpia, saya yang anak rantau merasa menemukan keluarga yang selalu bisa menjadi tempat melepas penat jakarta. Semoga persaudaraannya akan terus terjalin sampai selamalamalamalamanya. 🙂
dan kalo udah pas emang susah ya buat “keluar”
aku padahal ya jarang kopdar sama kalian2, tapi berasa pas aja..
selamat ulang tahun loenpia…
*blom posting *
posting sanah! 😛
nice posting daeng *terharu*
makasih om Didut…
**membayangkan Didut mbrebes mili :))
selamat ulang taon LOENPIA 🙂
*Om napa ya klo dibaca via mobile tidak nyaman ya :(*
gak nyaman kenapa ya?
aku jarang liat versi mobilenya sih hahaha
coba liat aja ndiri 😛
TPC ya? hmmmm
kenapa Ngki? hahaha
gak papa kok daeng, tertakjub-takjub dengan TPC.
dulu