Siang Seru Bersama Pancasila, MUI dan Presiden

Suasana acara Flash Blogging Makassar

Liputan dari serunya acara ngobrol bareng tentang Pancasila, Fatwa MUI dan cerita dari istana kepresidenan.

“Kita jangan mudah diadudomba, karena domba saja tidak mau diadu. Terus, kalau membela sesuatu itu jangan membabi buta. Karena, babi itu saja sudah jelek, apalagi kalau sampai buta,” kata DR. Heri Santoso.

Kalimatnya itu mengundang tawa hadirin di siang hari yang terik di kota Makassar. DR. Heri Santoso adalah narasumber pertama dalam acara Flash Blogging; Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Bermedia Sosial yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan pemerintah daerah Sulawesi Selatan.

Acara ini digelar di Clarion Hotel and Convention Center, Makassar hari Jumat 16 Juni 2017. Acara yang digelar dengan menggunakan tagar #pancasila dan #temublogger ini dihadiri sekitar 50 orang blogger dari kota Makassar dan sekitarnya.

Heri Santoso sebagai pembicara pertama adalah ketua Pusat Kajian Pancasila Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam paparannya beliau dengan santai menjelaskan tentang bagaimana Pancasila sebagai dasar negara. Menurutnya, founding father bangsa kita sangat cerdas dan berpikir jauh melampaui jaman dengan memilih Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila mampu menyeimbangkan antara tiga unsur penting, yaitu: agama, budaya dan negara.

“Makanya kalau sekarang ada yang coba membenturkan antara agamawan dan budayawan atau negarawan, saya bilang itu salah. Karena pada dasarnya Pancasila dibangun atas tiga unsur tersebut,” katanya.

Heri Santoso juga menekankan pentingnya aktualisasi pancasila dalam bernegara, berbudaya dan beragama serta bagaimana Pancasila dijadikan sebagai falsafah hidup berbangsa.

“Setiap komunitas punya aturan atau pola interaksinya sendiri-sendiri, nah di sisi inilah kita berharap Pancasila bisa hadir dan jadi bagian penting dalam interaksi dengan orang lain,” katanya lagi.

Infografis tentang Pancasila

Fatwa MUI No24 tahun 2017.

Setelah giliran DR. Heri Santoso, lalu tiba giliran Prof. DR. Ghalib MA – sekertaris umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan. Prof. DR. Ghalib hadir sebagai wakil dari MUI untuk membahas tentang fatwa MUI No.24 tahun 2017 tentang panduan bermuamalah di media sosial.

Menurutnya, fatwa tersebut dikeluarkan sebagai bentuk panduan untuk muslim pengguna media sosial di Indonesia. Tujuannya agar media sosial bisa digunakan dengan bertanggungjawab dan hanya untuk hal yang positif saja.

“Kalau tidak mampu menggunakan dengan baik, bisa jadi keburukan buat kita. Tapi kalau mampu memanfaatkan dengan baik, bisa jadi kendaraan menuju surga,” kata Prof. DR. Ghalib MA yang juga adalah guru besar Fakultas Usluhuddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar.

Prof.DR. Ghalib MA yang membawakan materi tentang fatwa MUI

Ghalib MA sendiri mengakui perubahan pola interaksi manusia jaman milenial ketika manusia justru lebih akrab berinteraksi dengan manusia yang jauh daripada manusia yang ada di depannya. Namun, pola interaksi dalam media sosial itu kadang disalahgunakan hingga menjadi ajang penyebaran berita bohong, hoax, fitnah, ghibah, ujaran kebencian dan hal-hal negatif lainnya.

Untuk itulah menurutnya fatwa MUI no.24/2017 itu menjadi penting. Apalagi fatwa tersebut dibuat berdasarkan tiga tiang utama bagi seorang muslim, yaitu; Al Quran, hadits nabi dan pandangan ulama.

Ketika ditanya apakah fatwa MUI itu tidak bertentangan atau tumpang tindih dengan undang-undang yang sudah dibuat oleh pemerintah Indonesia lewat UU No.11 tahun 2008, Ghalib MA membantah. Menurutnya fatwa MUI justru memperkuat undang-undang tersebut sehingga menjadi sinergi antara warga negara yang baik dan umat muslim yang baik.

 

Sudut Istana

Sebagai penutup dari acara hari itu hadir Handoko Darta dari Tim Komunikasi Presiden atau secara bercanda disingkat sebagai TKP.

Paparan Handoko Darta singkat saja dan tidak bertele-tele, namun dalam durasi singkat itu Handoko dengan gamblang menceritakan program kerja Presiden Jokowi dalam lima tahun pemerintahannya.

Menurutnya, tahun pertama dari pemerintahan Presiden Jokowi difokuskan pada penguatan pondasi pembangunan. Lalu di tahun kedua fokus beralih pada percepatan termasuk percepatan pembangunan infrastrukur, pembangunan manusia, dan deregulasi ekonomi.

“Sekarang sudah masuk ke tahun ketiga, fokusnya adalah pemerataan,” kata Handoko.

Pemerataan yang dimaksud terbagi dalam dua bagian besar. Pertama, mengurangi ketimpangan antar daerah dengan memperbesar dana desa, memperbaiki konektivitas antar daerah serta pergerakan ekonomi ke daerah 3T (terluar, terdepan dan terpencil). Kedua, mengurangi ketimpangan pendapatan yang dilakukan dengan melakukan reforma agraria, mempermudah akses dan kesempatan permodalan serta perbaikan sumber daya manusia.

Pemaparan Handoko Darta juga banyak dilakukan dengan menggunakan media video. Dalam video-video singkat tersebut ditampilkan beberapa pencapaian dari pemerintahan Presiden Jokowi. Sebuah media yang sangat efektif dan menarik, jauh dari kesan kaku.

Sebagai penutup, Handoko Darta memperkenalkan channel YouTube: Sudut Istana. Sebuah channel yang memberikan informasi dan video-video unik seputar istana kepresidenan. Informasi yang mungkin tidak pernah diketahui sebelumya. Berikut ini adalah salah satu videonya:

 

Acara yang ditutup dengan Flash Blogging alias ngeblog di tempat ini memang berlangsung singkat, namun dalam rentang waktu yang tak seberapa panjang itu peserta dapat merasakan kalau acara dikemas menarik, santai dan tidak membosankan. Pun, ada banyak informasi dan pengetahuan baru yang didapatkan.

Buat saya, ini cara baru untuk memperkenalkan kinerja pemerintah dan membangun hubungan dengan para netizen. Siang yang seru, dan mudah-mudahan ini tidak berakhir sampai di sini saja. [dG]