Selamat Datang Ketua Baru

 

Komunitas Anging Mammiri
Komunitas Anging Mammiri

Membangun dan menjaga bangunnya sebuah komunitas memang susah-susah gampang. Kadang susah, tapi kadang juga gampang.

Bulan November 2013 ini genap sudah 3 tahun dan 6 bulan saya didapuk jadi ketua komunitas Blogger Makassar, Anging Mammiri. Rentang nyaris 4 tahun ini bisa dibilang pendek, tapi bisa juga dibilang panjang tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Jelasnya rentang waktu itu cukup untuk membuat saya berpikir kalau ini adalah saat yang tepat untuk mengundurkan diri, turun dari panggung dan membiarkan kawan lain yang lebih muda untuk mengambil tanggung jawab.

Masih jelas di ingatan saya ketika sebuah pertemuan di arena makan sebuah mall berujung pada penunjukan saya sebagai ketua komunitas Anging Mammiri. Seperti layaknya banyak calon ketua komunitas, saya awalnya tentu menolak. Tapi desakan teman-teman meyakinkan saya kalau saya bisa dan dengan berdebar, tanggung jawab itu saya ambil.

Saya tidak ikut melahirkan komunitas ini, tapi kala itu komunitas yang dibangun dengan susah payah oleh beberapa kawan blogger perlahan sudah tumbuh menjadi salah satu komunitas yang solid dengan anggota yang banyak. Ketika saya didapuk sebagai ketua, keadaannya sedang berada pada grafik menurun. Anging Mammiri seperti mati suri, sebagian besarnya karena para pengurus mulai sibuk berada dalam masa peralihan dari seorang mahasiswa menjadi para pekerja. Waktu yang tak lagi sebebas dulu membuat mereka tidak lagi bisa seaktif waktu sebelumnya. Pun ketika beberapa pengurus mulai berpindah daerah, meninggalkan kota Makassar.

Dalam rentang 3 tahun saya tidak berani bilang kalau saya berhasil menghidupkan kembali komunitas ini. Kami memang menggeliat dengan beragam kegiatan, membangun koneksi dan kolaborasi dengan beragam komunitas lain yang tumbuh pesat di kota Makassar dan menggelar satu acara besar di akhir tahun 2012 kemarin. Tapi di balik itu saya merasa gagal. Regenerasi berjalan sangat pelan, hanya untuk memperhalus kata mandeg. Hanya satu-dua darah baru yang berhasil menghiasi tubuh Anging Mammiri, sisanya adalah darah lama yang masih tetap setia menjaga komunitas ini.

Ada juga masa di mana saya merasa mengerjakannya sendirian, masa ketika kawan-kawan seperjuangan sibuk dengan kehidupan nyata mereka, sibuk dengan pekerjaan dan keluarga mereka. Saya tidak bisa menyalahkan siapapun. Komunitas lahir dan terbentuk oleh kesamaan minat tanpa ada aturan ketat yang mengikat. Siapapun bisa datang dan aktif, siapapun bisa pergi dan pasif. Semuanya tidak bisa dipaksakan, harus dibiarkan mengalir begitu saja atau bentuknya tak lagi menjadi komunitas tapi menjadi organisasi.

Dari awal kami memang sepakat, komunitas ini akan mengalir apa adanya tanpa ada aturan mengikat perihal keanggotaan. Saya dan teman-teman yang lainpun tidak akan bisa memaksa siapapun untuk masuk dan aktif, atau memberi hukuman pada siapapun yang tak berkontribusi. Kami tidak punya hak untuk itu.

Semua ada akhirnya
Semua ada akhirnya

Memasuki bulan November atau bulan perayaan ulang tahun Anging Mammiri saya sudah membulatkan tekad. Ini saat yang tepat untuk mundur dan menyerahkan tongkat estafet pada mereka yang lebih muda. Saya sudah terlalu lama di atas panggung tanpa satu raihan yang berarti. Saya takut saya terlalu nyaman dan malah kehilangan kepekaan untuk tetap menghidupkan komunitas ini. Saya takut menutup ruang bagi teman-teman yang lain yang lebih mampu untuk bekerja dan memberi semangat baru pada komunitas ini. Saya takut jadi otoriter dan membuat komunitas ini seakan-akan jadi milik saya sendiri, apalagi karena kadang merasa saya bekerja sendirian. Saya tidak mau seperti itu.

Proses pergantian memang tidak mudah. Memilih ketua komunitas ternyata tidak semudah memilih ketua partai. Ketua partai lebih mudah karena kita tinggal memilih dari deretan calon yang mengajukan diri, sementara ketua komunitas harus memilih dari deretan calon yang menolak tanggung jawab. Tapi sekali lagi saya tidak merasa punya hak untuk memaksa. Kalau memang tak ada yang berani atau merasa pantas, maka mungkin memang kami harus menjaga komunitas ini dengan cara yang berbeda. Tanpa ketua, hanya penanggung jawab.

Apapun hasil musyawarah dari para penggiat nanti, ini adalah saat yang tepat bagi saya untuk mengucapkan selamat datang kepada ketua baru, atau kepada para penanggung jawab yang baru. Saya tentu tidak akan kemana-mana, saya tidak bisa jauh dari komunitas yang sudah terlanjur saya cintai ini. Hanya saja, kadarnya yang berbeda. Saya memilih berdiri di belakang panggung, memberi nasehat dan memberi saran sebagai orang yang pernah berada di atas panggung.

Semua yang dimulai pasti akan tiba pada akhir. Bukan begitu? [dG]