Pseudonym Makassar, Trend Atau Latah?

Tulisan tentang akun pseudonym di majalah The Marketeers
Tulisan tentang akun pseudonym di majalah The Marketeers

Internet dan kemudian media sosial mungkin tidak pernah terbayangkan akan membawa fenomena seperti sekarang ini. Terutama twitter yang paling populer dan mempengaruhi gaya hidup kaum urban hampir di seluruh dunia.

Ketika menciptakan Twitter, Jack Dorsey mungkin tidak menyangka kalau suatu saat ciptaannya akan berpengaruh sangat kuat seperti sekarang. Atau mungkin dia sudah memikirkannya? Entahlah. Hal yang pasti, twitter sudah jadi sebuah fenomena sendiri yang patut dijadikan kajian ilmu sosiologi, ekonomi, komunikasi atau apapun itu.

Mereka yang tinggal di kota besar dan akrab dengan media sosial pasti tahulah bagaimana twitter bisa mengubah cara orang berinteraksi dan menciptakan pesohor-pesohor baru. Pesohor yang bukan hanya terkenal dengan ratusan ribu atau bahkan jutaan pengikut, tapi juga pesohor yang bisa memperbaiki hidupnya hanya dari kebiasaan ngetwit.

Dari ragam pesohor dunia twitter itu, adalah akun-akun pseudonym yang paling gampang menarik perhatian. Alasan utamanya tentu karena karakternya yang tersembunyi di belakang nama misterius yang mengundang rasa penasaran orang banyak. Bila sang pemilik akun (atau kelompok yang mengerjakan akun tersebut) mampu mengolah twit dengan strategi khusus yang makin mengundang rasa ingin tahu, penasaran dan rasa suka orang banyak maka potensi untuk jadi pesohor juga semakin besar.

Akun pseudonym (atau orang biasa menyebutnya sebagai akun anonim) makin hari makin banyak dengan ragam twit yang punya ciri khas tertentu dan menyasar pasar tertentu. 3 dari akun-akun pseudonym tersebut bahkan dimuat di makalah Marketeers, tentu karena sifatnya yang fenomenal.

Di Makassar sendiri pertumbuhan akun pseudonym rasanya juga makin pesat. Saya belum pernah membuat atau menemukan jumlah pasti dari akun-akun tersebut. Tapi sebuah tulisan dari kawan saya menyebut kalau angkanya mencapai 500 akun. Kalau memang angka itu benar maka tentunya itu bisa dianggap luar biasa.

Sulit untuk mencari tahu akun pseudonym mana yang pertama tumbuh di Makassar. Pertumbuhannyapun sepertinya sangat pesat dalam setahun belakangan ini. Saya sendiri hanya mengikuti beberapa akun pseudonym tersebut dengan alasan pemiliknya saya kenal dengan baik atau memang twitnya saya suka.

Beberapa hari belakangan ini saya agak tergelitik melihat beberapa akun pseudonym yang lalu lalang di lini kala karena retweet dari orang lain. Beberapa akun tersebut sepertinya akun baru dan jelas sekali kalau akun tersebut mencoba mencontek gaya dari akun pseudonym terdahulu yang sudah bisa dibilang sukses.

Sebutlah salah satu akun bernama @panaicera_ . Saat ini akun tersebut punya pengikut sebanyak 55.000an akun dan tentu saja termasuk jumlah yang besar. Sang pemilik bahkan sudah menerbitkan buku berisi twit-twitnya dan sekarang digandeng sebuah penyedia layanan selular untuk menjadi brand ambassador lokal mereka.

Kesuksesan akun @panaicera_ (dibuat tanggal: 20 mei 2010) tentu menarik perhatian dan pastinya menggoda orang lain untuk mencoba peruntungan yang sama. Dari pengamatan saya muncul beberapa akun dengan gaya yang sama atau setidaknya mirip dengan gaya twit @panaicera_. Dalam bahasa Makassar, panai cera berarti bikin naik darah, merujuk kepada perkataan atau tindakan yang bisa membuat orang lain emosi. Inilah yang jadi ciri khas twit dari akun tersebut di awal-awal ngetwitnya meski nampaknya sekarang ciri tersebut mulai agak bergeser atau setidaknya twitnya sudah lebih halus. Mungkin ada kaitannya dengan personal branding yang mulai bergeser.

Saya menemukan akun seperti @santemako ( dibuat tanggal 4 desember 2012) dan @kusindirko (dibuat tanggal: 12 desember 2012) dengan gaya yang hampir sama dengan twit @Panaicera_ dulu. Mungkin analisa saya terlalu dangkal kalau menuduh akun-akun tersebut berusaha mengikuti jalur kesuksesan dari akun @panaicera_. Tapi setidaknya saya melihat tanda-tanda ke arah itu.

Di sisi lain akun @SupirPete2 (dibuat tanggal: 31 juli 2010) yang saya kenal sebagai akun pseudonym pertama yang saya ikuti dan menurut saya lumayan sukses dengan personal branding-nya juga mulai ditiru gaya dan langkahnya. Saya menemukan akun @SupirPete2_ (dibuat tanggal 17 sept 2012) dan akun @TemanSupet (dibuat tanggal 20 mei 2013). Sekali lagi saya mungkin terlalu cepat jika menilai kedua akun tersebut terinspirasi dari akun @SupirPete2 yang sudah lebih dahulu terkenal.

Twitter memang luar biasa. Popularitasnya yang melejit pesat menciptakan banyak fenomena dan tren-tren baru di kalangan penggunanya. Apa yang terjadi dengan pengguna twitter di kota Makassar ini membuat saya bertanya-tanya, apakah ini trend baru atau hanya fenomena latah dari beberapa pengguna twitter karena melihat kesuksesan beberapa akun terdahulu?

Apapun jawabannya, toh twitter memang dunia bebas. Fenomenanya dan pengaruhnya bisa menggelinding ke mana saja. Bukan begitu? [dG]