Presiden Saja Di-Unfriend!
Presiden SBY di-unfriend PM Singapura katanya. So what?
Kemarin ada berita unik dari sebuah laman di Singapura. Isinya berita kalau Perdana Menteri Singapura Lee Hsie Loong baru saja meng-unfriend presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Tidak hanya itu, pak Perdana Menteri juga sekalian meng-untag beberapa foto SBY di laman Facebooknya meski tidak sampai menurunkan foto-foto kebersamaan mereka.
Tindakan PM Lee itu sepertinya menyusul keputusan Indonesia yang bersikeras memakai nama Usman Harun sebagai nama sebuah kapal perang baru kita. Pemilihan nama Usman Harun sebagai nama baru kapal perang kita rupanya membuat Singapura meradang, maklumlah kedua nama itu membawa mimpi buruk bagi mereka mengingat Usma dan Harun adalah dua orang prajurit TNI AL yang berhasil melakukan misi mengacau keamanan di Singapura dalam masa panas kedua negara. Terorist bagi Singapura tapi pahlawan bagi Indonesia.
Kita tinggalkan dulu soal ketegangan politik kedua negara ini. Saya lebih tertarik melihat peran media sosial dalam perang dingin antar dua negara. Ini bukan kali pertama ada pemimpin dunia yang menyuarakan kegeramannnya lewat media sosial. Waktu Australia terbukti menyadap pemerintah RI pak SBY juga sempat curhat di media sosial meski tidak berani memention langsung PM Australia.
Menariknya karena ini jadi bukti kalau media sosial benar-benar memegang peranan penting dalam beragam hubungan antar manusia, bahkan hubungan antar kepala negara yang tentu saja mewakili negara yang mereka pimpin. Apa yang dilakukan PM Lee bisa saja merefleksikan kejengkelan pribadinya, tapi karena dia adalah pemimpin Singapura maka kejengkelan itu kemudian dianggap sebagai representasi resmi dari Singapura.
Sampai tulisan ini saya buat saya belum melihat aksi balasan dari SBY, atau bahkan cuma curhatannya saja di media sosial. Mungkin beliau masih menimbang-nimbang langkah apa yang harus dilakukan kalau memang benar PM Lee meng-unfriend dan meng-untag beliau di Facebook. Langkah ini memang harus dipikir matang-matang, salah ambil langkah bisa jadi makin memperburuk situasi.
Tapi ngomong-ngomong kalian pernah di-unfriend teman tidak? Di-unfriend orang yang kurang akrab mungkin rasanya biasa saja. Kita bisa melenggang tanpa peduli, toh kita juga kurang akrab dengan dia atau bahkan mungkin kita tidak kenal sama sekali dengan dia. Saya sudah beberapa kali meng-unfriend orang-orang di Facebook yang saya tidak kenal hanya karena saya merasa mereka mulai mengganggu dengan tag-tag tidak penting. Saya tidak tahu reaksi mereka tapi saya yakin tidak menyakitkan, toh mereka juga tidak terlalu kenal dengan saya.
Rasanya mungkin akan berbeda kalau unfriend dilakukan pada teman yang sudah terlanjur akrab atau sudah terbiasa berinteraksi. Apalagi kalau di saat bersamaan ada masalah yang sedang terjadi di antara kita. Pertama, sang korban unfriend akan merasa kita benar-benar meningkatkan level perseteruan dan mungkin malah menutup jalan untuk berbaikan. Kedua, teman-teman lain dalam lingkaran pertemanan yang tahu kasus ini akan berbisik-bisik dan menyebar desas-desus yang makin menghangatkan perseteruan.
Saya membayangkan perasaan inilah yang dirasakan SBY kalau dia benar-benar di-unfriend oleh PM Lee. SBY mungkin merasa kalau PM Lee benar-benar marah dan menutup pintu untuk mencari jalan tengah. Ini semacam sinyal kalau this is become personal!? Jalan menuju perbaikan hubungan antara Indonesia dan Singapura sepertinya makin berat hanya gara-gara unfriend ini. Di tempat lain, PM Malaysia dan pemimpin ASEAN lainnya mungkin sedang berbisik-bisik atau saling bertukar pesan di ruang chat tentang kisah unfriend dan untag ini. Saya membayangkan mereka sedang bertukar desas-desus dan tentunya penasaran akan kemana arah kisah unfriend ini.
Tapi itu cuma bayangan saya. Toh berita ini juga cuma berita satire yang dibuat oleh sebuah laman parodi dari Singapura. Tidak ada yang membenarkan kalau PM Lee benar-benar meng-unfriend pak SBY. Pesan moralnya adalah, di media sosial itu semua bisa terjadi dan semua punya kesempatan dan strata yang sama. Presiden saja bisa di-unfriend, apalagi cuma kita yang rakyat biasa. Tapi sesungguhnya di media sosial semua adalah rakyat biasa, tidak ada presiden di sini. [dG]
UPDATE: kasus unfriends dan untag ini ternyata cuma parodi dari laman Singapura itu. Tidak ada penjelasan resmi dari pihak Singapura tentang berita ini. Sayangnya karena berita ini langsung disebar tanpa cek dan re-check dari laman berita Indonesia. Makin menarik karena kita bisa tahu seberapa besar kualitas media lokal kita.
parodi seperti itu kadang terlihat lucu, namun disisi lain dapat mengakibatkan berpengaruh buruk atau semacam provokasi..