Pisau Bermata Dua Bernama Internet

ilustrasi
ilustrasi

Di satu sisi intenet banyak manfaatnya, tapi di sisi lain ada juga yang menggunakannya untuk tujuan yang tak benar.

PISAU ADALAH SALAH SATU CIPTAAN MANUSIA yang tertua. Penemuan-penemuan arkeologis menemukan bahwa manusia purba sudah menemukan pisau sejak awal peradaban. Bentuknya memang beragam, dari yang awalnya dibuat dari batu sampai yang berevolusi menggunakan tembaga dan jenis material besi lainnya.

Fungsi pisaupun beragam. Para pekerja di bagian dapur menggunakan pisau untuk memotong bahan makanan yang kemudian berakhir dengan sajian nikmat di meja makan. Para pekerja di hutan atau ladang menggunakan pisau untuk melancarkan kerja mereka, menebas yang perlu dan yang tak perlu.

Tapi, pisau juga digunakan mereka yang punya niat jahat. Mengancam orang lain, menebas lawan dan membuat nyawa tercerabut. Singkatnya, pisau bisa digunakan untuk memperpanjang umur dan juga memperpendek umur.

Demikian juga dengan internet.

Penemuan manusia modern ini sifatnya sama dengan pisau. Banyak orang yang berhasil menggunakannya untuk kemaslahatan bersama. Internet digunakan untuk membagikan informasi penting, dari yang paling remeh-temeh sampai yang paling rumit sekalipun. Banyak juga orang yang berhasil memperpanjang usia mereka dari internet. Mereka tahu bagaimana mengisi celah yang dibuat oleh internet untuk mencari penghidupan yang sekaligus juga membuat mereka tetap bisa hidup.

Tapi internet juga bisa sangat berbahaya. Ada orang yang tahu betul sifat internet yang cair dan mudah diakses, lalu dengan tambahan niat jahat dimanfaatkannya sifat itu untuk kepentingan pribadinya yang tak selamanya positif. Mulai dari menipu orang, menjelek-jelekkan orang lain sampai menghasut untuk tujuan yang lebih besar.

Salah satu yang sedang recok belakangan ini adalah kecenderungan sebagian orang Indonesia menggunakan internet untuk melakukan provokasi terhadap golongan atau agama tertentu. Ada orang-orang yang dengan sengaja dan sistematis rajin menyebarkan berita-berita yang sensitif. Tidak ada salahnya sebenarnya, masalah adalah karena berita itu dipenggal sebagian lalu ditambahkan dengan opini pribadi atau sama sekali dipelintir lalu disebar seolah-olah itu kebenaran yang hakiki.

Berita-berita itu yang sebenarnya bermuatan hasutan dengan cepat menyebar di internet, masuk ke ruang-ruang privat orang lain, meresap ke dalam pikiran, menyenggol amarah dan kemudian kembali menyebar lewat tangan orang yang membacanya. Tak peduli benar atau tidaknya, yang penting sesuai dengan pikiran mereka dan golongan mereka maka itu adalah sesuatu yang harus didukung. Meski konsekuensinya adalah mengorbankan pihak lain.

*****

ANCAMAN DESINTEGRASI LEWAT INTERNET memang makin terasa dalam kurun setahun belakangan ini. Bibitnya sudah ada jauh sebelumnya, tapi kemudian dalam ingatan saya bertambah subur selepas pemilu presiden yang hanya diikuti dua pasangan calon. Jenis-jenis hasutan, provokasi, fitnah eskalasinya semakin bertambah selama masa kampanye sampai pemilihan presiden. Ada satu pihak yang dituduh sebagai antek asing, komunis, kristen dan macam-macam lagi. Pihak yang satupun tak luput dari tuduhan dan fitnah meski mungkin skalanya berbeda.

Bibit-bibit ini semakin subur salah satunya karena ditanam di lahan bernama internet. Bermacam-macam media baru muncul, masing-masing mengklaim diri sebagai pembawa kebenaran. Mereka menggunakan internet untuk menyebarkan paham, hasutan dan klaim-klaim kebenaran sepihak yang dimodifikasi seolah-olah itu adalah fakta. Arusnya makin deras, menguasai pikiran banyak orang secara sadar maupun tidak sadar.

Selepas pilpres, suhunya memang menurun. Tapi sangat sedikit. Suhu perpecahan itu seolah terus dijaga oleh sebagian orang, dipanaskan di waktu-waktu tertentu menggunakan momentum yang pas. Tujuannya untuk apa? Entahlah, mungkin ada yang memang senang melihat Indonesia ribut centang perenang antar warga, mungkin ada yang bersorak gembira ketika sesama warga saling hujat dan tak akur. Mungkin juga mereka hanya sekadar mengisi perut dari uang yang mengalir lewat media mereka yang semakin ramai dikunjungi selepas menyebar berita bombastis.

Entahlah. Tujuan boleh beda-beda, tapi setidaknya kita sudah tahu efeknya seperti apa. Sesama orang Indonesia sudah saling mencurigai hanya karena agama dan golongan yang beda, atau karena pilihan semasa pilpres berbeda. Tinggal dipanasi maka akan gampanglah bagi mereka yang ingin menghancurkan Indonesia.

Setidaknya ini bukti kalau internet memang pisau bermata dua. Di satu sisi dia bisa diambil manfaatnya, tapi di sisi lain dia bisa merusak. Anda menggunakan sisi yang mana? [dG]