Pilih Facebook Atau Mailing List ?
Ketika demam facebook melanda, platform baru untuk sebuah grup kemudian hadir. Facebook menyediakan fasilitas grup.
Setiap kali tersambung dengan internet ada satu ritual yang selalu saya lakukan. Membuka inbox. Tujuan utama saya bukan mencari email penting, tapi mengecek email yang masuk dari mailing list (milis) yang saya ikuti.
Saat ini saya tergabung di 14 mailing list dengan latar yang berbeda. Dari keempatbelas milis itu memang hanya dua milis yang paling aktif dengan jumlah email hingga ribuan per bulannya. Milis yang lain kebanyakan hanya puluhan dan bahkan ada beberapa yang sudah lama mati suri.
Dari laman wikipedia Indonesia diceritakan bahwa milis berbahasa Indonesia pertama dibuat sekitar tahun 1987-1988 oleh sekelompok kecil mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Universitas Berkeley. Alamat milisnya adalah : indonesians@janus.berkeley.edu.
Waktu itu milis ( dan internet ) belum marak seperti sekarang. Perlu server sendiri untuk membuat sebuah grup mailing list. Belakangan Yahoo kemudian bernisiatif untuk membuat mailing list dengan nama yahoogruops dan kemudian disusul oleh Google dengan googlegroups.
Perkenalan saya dengan milis terjadi sekitar tahun 2000, waktu itu saya bergabung dengan sebuah milis berbasis sepakbola yang dikelola oleh sebuah tabloid olahraga paling terkenal di Indonesia. Awalnya juga bingung karena tiba-tiba ada banyak email yang masuk selepas masa pendaftaran usai. Perlahan-lahan saya bisa mulai bisa mempelajari alur interaksi dalam sebuah milis sehingga sedikit-sedikit bisa nimbrung di satu dua thread.
Saya sempat lama tidak bersentuhan dengan internet sebelum kembali aktif tahun 2006. Perkenalan kembali yang kemudian membuat saya jadi seorang blogger,? membawa saya masuk ke dalam milis blogger Makassar. Kekagetan yang sama kembali terjadi. Milis ini ternyata sangat hiperaktif dan membuat saya yang waktu itu masih jadi pelanggan yahoo mail jadi sedikit kelabakan.
Butuh waktu yang lumayan lama sebelum saya bisa nyaman berinteraksi di milis itu. Gaya interaksi yang ringan, cair dan heboh perlahan-lahan membuat saya jadi ketagihan. Rasanya aneh ketika ada hari yang saya lewatkan tanpa menengok ke dalam milis. Perlahan-lahan keakraban dan kehebohan di dunia maya itu jadi terbawa ke dunia nyata hingga sekarang.
Ketika demam facebook melanda, platform baru untuk sebuah grup kemudian hadir. Facebook menyediakan fasilitas grup. Para pengguna facebook bisa membuat sebuah grup baru di sana dan mengundang orang-orang untuk menjadi anggota dan kemudian berinteraksi. Dari hari ke hari jumlah grup di Facebook makin banyak. Penggunanyapun makin banyak dan beragam.
Sebuah milis yang saya ikuti yang dulu aktif perlahan menjadi sepi. Sebagian besar penghuninya ternyata aktif di grup facebook. Dari beberapa anggota muncul alasan kalau mereka lebih memilih aktif di Facebook karena di sana lebih santai dan bebas, berbeda dengan suasana di milis yang memang sedikit lebih ketat karena anggota diharapkan tidak OOT ( Out Of Topic ).
Saya juga tergabung dengan beberapa grup di Facebook, tapi saya jarang aktif di sana. Alasan saya hanya masalah kepraktisan saja. Milis yang berbasis email sudah otomatis masuk ke perangkat Blackberry sehingga tidak perlu lagi login atau masuk ke laman tertentu. Berbeda dengan grup di Facebook yang mengharuskan kita untuk login ke Facebook dulu baru kemudian masuk ke laman grup.
Saya perhatikan beberapa grup dan komunitas yang terbentuk selepas tahun 2009 rata-rata memang menggunakan grup Facebook sebagai media interaksi mereka. Berbeda dengan grup atau komunitas yang terbentuk sebelumnya di mana mereka lebih nyaman berinteraksi dengan mailing list.
Analisa sederhana saya, ini terkait dengan masa perkenalan anggota dengan internet. Ketika mereka kenal dan akrab dengan internet di masa Facebook sedang jaya, maka mereka kemudian akan sangat nyaman berinteraksi dengan media buatan Mark Zuckerberg itu. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih akrab dengan email dan produk sebelum Facebook lahir.
Komunitas Anging Mammiri juga punya grup di Facebook, tapi karena sebagian besar anggotanya adalah orang-orang yang kenal internet dari masa sebelum Facebook lahir maka kami merasa lebih nyaman berinteraksi di milis. Tinggallah grup di Facebook itu dibiarkan berdebu.
Pilihan berinteraksi menggunakan milis atau grup di Facebook memang adalah pilihan masing-masing. Semua kembali ke kebiasaan dan rasa nyaman.
Sekarang ini saya memang lebih nyaman berinteraksi dan berdiskusi dengan media milis, tapi banyak juga teman-teman yang ternyata lebih nyaman berinteraksi dan berdiskusi dengan grup Facebook.
Bagaimana dengan anda ?
[dG]
Kalau saya lebih nyaman berinteraksi dengan grup facebook. Saya mulai kenal internet waktu jaman friendster. 😀
Sampai sekarang, saya masih pecinta Milis.. Sampai-sampai saya membuat sebuah blog yang berisi informasi yang disebarkan melalui milis yang menurut saya sayang untuk dibuang sementara untuk menyimpannya di email, akan menjadi arsip berdebu yang tidak lagi dibaca. Nice posting, Salam.
saya termasuk golongan jadul yang mencintai milis 🙂