Oblong Merah Muda Menghiasi Kota Malang

Oblong Merah Muda

Saya beruntung dapat kesempatan mengunjungi kota Malang sekaligus menghadiri rangkaian acara puncak peringatan ulang tahun komunitas Blogger Malang. Meski hadir atas undangan dari Blogger Nusantara, saya tetap membawa pesan dari Anging Mammiri.

Sabtu (7/1) udara Malang masih terasa sejuk, awan kelabu menggantung di atas sana. Di sebuah kampus di bilangan Jalan Candi Kalasan, Malang berkumpul ratusan orang. Sebagian besarnya adalah anak muda, mungkin mahasiswa. Mereka semua bersemangat di bawah udara yang sejuk dan awan mendung menggantung. Hari itu teman-teman dari komunitas Blogger Malang menggelar acara puncak ulang tahun mereka yang diberi nama : Oblong Merah Muda ; Obrolan Blogger Malang Mengenang Sejarah, Memajukan Budaya.

Sekitar pukul 9 acara dimulai dengan tarian tradisional. Hari itu ada beberapa segmen yang kesemuanya berbentuk talkshow. Setelah perkenalan dari para sponsor seperti XL, ID Blognetwork dan Blogger Nusantara acara kemudian memasuki talkshow inti yang disela dengan pemutaran video pendek tentang sejarah kota Malang.

Suasana acara Oblong Merah Muda

Di segmen pertama, hal yang dibahas adalah tentang budaya dan sejarah kota Malang. Ada dua orang pembicara yaitu Dwi Cahyono, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Jawa Timur, penggagas Festival Malang Kembali (Malang Tempo Dulu), Ovan Tobing, penyiar Radio Senaputra FM, MC, mantan pengurus tim sepakbola PERSEMA dan AREMA serta perwakilan dari XL Axiata.

Tema yang dibahas adalah tentang sejarah dan perkembangan kota Malang. Kota Malang adalah salah satu kota yang memiliki sejarang panjang di Indonesia karena sudah ada sejak jaman kerajaan Singosari. Nama kota Malang sendiri sebenarnya dilekatkan sebagai gambaran betapa daerah tersebut sangat sulit untuk ditaklukkan. Salah satunya karena letaknya yang secara alami dipagari oleh 4 gunung.

Sebagai kota dengan perjalanan sejarang yang panjang, Malang ternyata bernasib malang. Kota yang dulu pernah diikutkan dalam kontes desain tata kota di Perancis oleh pemerintah Hindia-Belanda itu makin lama makin kehilangan ciri khasnya. Banyak bangunan bersejarah yang kemudian dihilangkan satu persatu, digantikan oleh ruko modern dan mall. Malang susah payah melawan gerusan kemajuan jaman, tertatih menjaga tapak sejarah mereka yang sesungguhnya menyimpan sejuta kenangan indah dan berjuta-juta pelajaran penting lainnya. Malang bernasib sama dengan banyak kota lain di Indonesia, termasuk Makassar.

Talkshow sesi pertama membuat saya banyak berpikir dan kemudian miris melihat keadaan kota-kota besar di Indonesia. Semua kota ingin menjadi kota yang lebih modern, hanya saja sayangnya mereka kadang lupa untuk mempertahankan ciri khas dan jejak rekam sejarah di kota mereka. Akibatnya, kota-kota menjadi seragam, modern dan kadang tidak manusiawi.

Selepas istirahat yang dibarengi dengan penampilan grup nasyid yang memukau, acara dilanjutkan dengan dua segmen lagi. Satu segmen yang menghadirkan Farid Gaban ( jurnalis dan traveler ) bersama Paman Tyo ( blogger senior ) serta di segmen penutup yang menghadirkan Moch. Zamroni, penggiat konten lokal dan web developer Kota Malang dan Herdian Ferdianto, web/mobile developer, pembuat aplikasi Blackberry Translator.

Lewat pukul empat sore acara hari pertama selesai sudah. Seperti umumnya acara para blogger, acara hari itu juga ditutup dengan foto bersama.

Keesokan harinya, acara berlanjut. Kali ini adalah sesi jelajah kota Malang yang membawa para peserta mengunjungi tempat-tempat bersejarah di kota Malang. Saya tidak sempat ikut dari awal, saya hanya sempat bergabung ketika teman-teman berkumpul di Museum Brawijaya.

Oblong Merah Muda di Museum Brawijaya

Ada hal yang unik dari acara di hari kedua ini. Warna merah muda biasanya akrab dengan kaum Hawa, dan kadang kaum Adam merasa enggan menggunakan apapun yang berwarna merah muda, takut tingkat keadaman mereka turun beberapa strip. Tapi, karena tema acara adalah Oblong Merah Muda, maka suasana jadi berbeda. Puluhan cowok-cowok kemudian lalu-lalang dengan kaos oblong merah muda yang jadi kaos khas acara hari itu. Sungguh pemandangan yang tidak umum, dan menurut saya semua terlihat bagus-bagus saja. Tidak ada yang kemudian terlihat jadi lebih feminin hanya karena berkaos oblong merah muda.

Hari itu oblong merah muda menghiasi kota Malang.

Dari museum Brawijaya rombongan kemudian bergerak ke Restoran Inggil. Seperti yang saya tulis sebelumnya, restoran ini terasa sangat berbeda dengan menggabungkan konsep museum dan tempat makan. Sayang sekali di tempat itu saya tidak bisa berlama-lama karena harus secepatnya mengejar pesawat dari Jakarta.

Secara umum rangkaian acara Oblong Merah Muda itu bisa dibilang berhasil meski memang ada beberapa catatan kecil di sana-sini. Teman-teman blogger Malang mengaku ini acara besar mereka yang pertama dan karenanya bisa dimaklumi kalau memang masih ada beberapa kekurangan, utamanya di koordinasi antar panitia. Semoga saja acara ini bisa jadi pelajaran penting bagi mereka untuk membuat acara lain yang lebih keren di hari yang lain.

Sukses untuk teman-teman Blogger Malang, semoga makin jaya. Keep blogging in a free world !!