Hoax dan Otak Yang Tak Terpakai
Punya otak, tapi berita-berita heboh tidak dipikirkan dan dianalisa. Sayang otaknya.
BEBERAPA HARI YANG LALU sebuah status melintas di lini masa Facebook saya. Seorang kawan Facebook membagikan status yang isinya semacam pengungkapan kalau nama GAP ternyata adalah singkatan dari “Gay And Pride”. Sontak status teman itu dibanjiri komentar, ada yang sekadar mengucapkan istighfar, ada juga yang langsung berjanji tidak akan menggunakan lagi pakaian merek GAP-nya.
Ketika melihat status itu saya sudah geli sendiri. Dari narasinya saja sudah ada yang aneh, meski mungkin itu hanya perasaan saya saja. Saya sampai menelusuri status yang dibagikan kawan saya itu, menenggelamkan diri sejenak di kolom komentarnya dan membaca berderet-deret komentar di bagian bawahnya.
Dari komentar-komentar di status itu saya menemukan banyak sekali yang beristighfar, mengutuk dan seolah-olah tercerahkan sehingga akhirnya bertekad membuang semua produk GAP yang dia punya.
Berita itu muncul ketika badai kontroversi pernikahan sejenis di Amerika Serikat belum benar-benar surut, momentumnya pas sekali. Pantas saja berita itu menyebar luas dengan sangat mudahnya.
Selang sehari kemudian sebuah bantahan atas klaim itu muncul. Isinya adalah penjelasan kalau sebenarnya GAP itu bukan singkatan dari “Gay And Proud”, tapi diambil dari istilah generation gap. Bantahan ini juga menyebar dengan cepat dan segera mempermalukan orang-orang yang pertama kali menyebar berita sebelumnya.
*****
SUDAH BERAPA KALI ANDA MENEMUKAN BERITA-BERITA ATAU KLAIM-KLAIM seperti kasus GAP di atas? Orang menyebutnya hoax atau berita bohong. Sebuah istilah yang sudah dipakai sejak abad ke-18 tapi kemudian menjadi jamak di jaman ketika internet menjadi teman terbaik manusia modern.
Internet yang sifatnya memang cair membuat informasi-informasi yang bermutu rendah dan jauh dari kata benar bisa menyebar dengan sangat cepat. Sialnya, kecepatan penyebaran itu tidak diimbangi dengan kecepatan berpikir, menganalisa dan cross check dari pengguna internet. Jadilah kemudian beragam berita-berita yang aneh bin ajaib menyebar dan dipercaya banyak orang.
Ada banyak orang (kita sempitkan jadi orang Indonesia ya) yang kadang lupa kalau dia punya otak, benda yang diberikan Tuhan dan ditanamkan di kepalanya. Benda yang harusnya jadi pusat pengontrol segala kegiatan dan pikirannya. Mereka punya, tapi kadang lupa dipakai sehingga ketika ada berita-berita yang sebenarnya palsu mereka tak merasa perlu berpikir atau menganalisa. Apalagi ketika berita itu membawa-bawa kepercayaan atau norma-norma umum dalam masyarakat, makin lupalah orang untuk menggunakan otaknya.
Sayangnya, pelaku penyebaran hoax ini bukan hanya mereka yang dikira punya IQ sedikit atau pendidikannya kurang tinggi. Pelakunya juga ada yang sebenarnya punya pendidikan dan jabatan tinggi sehingga kemudian hoax yang disebarkannya langsung dipercaya banyak orang. Masih ingat tagar #GazainJakarta yang disebarkan oleh seorang senator beberapa waktu lalu? Itu contoh sebuah berita hoax yang disebarkan oleh seorang ibu terhormat anggota senat republik ini.
Hoax–hoax yang menyerempet kepercayaan memang paling renyah untuk dikunyah dan disebarluaskan. Kepercayaan adalah soal hati, soal hubungan dengan sang pencipta yang bagi sebagian orang adalah harga mati dan tidak boleh dirasionalkan. Titik inilah yang jadi sasaran para pembuat dan penyebar awal hoax–hoax itu. Kalau sudah menyangkut kepercayaan, efeknya pasti cepat terasa.
Lalu, apa sih bahayanya hoax itu? Yang paling jelas terasa adalah banyaknya orang kemudian naik pitam dan kemudian dengan mudah menuduh atau mencaci pihak lain yang mungkin selama ini sudah berseberangan dengan mereka. Contohnya hoax yang menceritakan tentang pembantaian etnis atau pemeluk agama tertentu di negeri yang jauh di sana. Hoax ini menyebar luas dan mengundang rasa empati serta amarah orang sampai akhirnya gelombang kebencian menyeruak, memanas dan siap membakar. Bahaya kan?
Bahaya lain dari hoax adalah menurunnya fungsi otak. Tuhan sudah menciptakan otak manusia dengan segala kerumitan dan kelebihan yang Masya Allah hebatnya, tapi kalau tak dipakai dan malah lebih mengedepankan amarah maka fungsinya bisa hilang sedikit demi sedikit. Sayang kan? Sudah dikasih otak bagus-bagus tapi malah tidak terpakai.
Jadi kalau tidak mau negeri kita terpecah belah atau tidak mau otaknya mengkerut karena tidak terpakai maka setiap kali ada berita-berita heboh di media sosial cobalah untuk mencari tahu dulu sumber dan kebenarannya. Jaman sekarang gampang koq, tinggal sisihkan waktu di internet. Googling kata orang sekarang, atau kalau memang belum tahu faktanya setidaknya tahanlah diri untuk tidak membagikan berita-berita itu sampai ada fakta yang bisa dipercaya.
Lebih baik terlambat menyebarkan kebenaran daripada berada di garis depan menyuarakan kesalahan. Itu kata saya sih, Anda bisa punya pendapat sendiri. Selamat berpuasa! [dG]
sempat juga saya lihat postingan GAP itu di FB, ternyata HOAX
huuuuuuuuuuu
huuuuuu
Ah saya udah malas meluruskan hoax. Sekarang kalo ada temen yg nyebar berita hoax saya cukup respon dgn cara unfollow. Trus liat timeline-nya. Kalau memang penuh kebencian, langsung unfriend.
Bahkan beberapa bloher pun turut diperlakukan demikian. Ck ck ck.
kalau saya sampai sekarang masih membiarkannya, lumayan…kadang buat lucu-lucuan atau buat ide postingan 😀
Karena jempol lebih dekat ke layar smartphone daripada otak hahaha, pusing overdosis informasi, dan banjirnya informasi “rusak” makin dahsyat selama bulan puasa ini.
hahaha saya suka kalimat jempol lebih dekat ke smartphone daripada otak
hahaha tulisanta mewakili kata hatiku
Aku selo banget orang yg ngeshare hoax langsung tak kasih link bahwa itu hoax.
dan isu itu udah dari …8 tahun yg lalu!
Keangkat lagi ya gara-gara pelangi di facebook itu.
mereka doyan banget ya tenar, tenar bego. -_-
Katanya, Facebook itu buatan Islam, dulu namanya Fasbullah. Trus dihack ama Israel dan diberikan ke Amerika serta diklaim oleh Mark. Hahahahahahahaha.. Ndak bisa berhenti ketawa :))
mereka yg EQnya tinggi cenderung mudah terpancing emosinya dgn berita2 semcm ini… untung IQ & EQ sy sama2 tiarap…
Well said, Daeng. Sedang ramai sekali yang share-share di timeline FB info-info macam ini.
Izin share.
seandainya org2 dengan otak sekaliber yg membaca ini bertemu. kita bisa membuat perubahan dengan pola pikir org2 yg hanya melihat headline tapi tidak mengerti substansi. 🙂
ulasan yg mantaps daeng,, jadi lebih hati2 kalo mau share apapun!
ketik 8 dan lihat apa yang terjadi.
ketik amin untuk mengirim doa agar anak yang kepalanya pecah ini tenang di alam sana.
1 like 1 doa. kirimkan! kirimkan!
wkwkwkwk..
aish.. kalo orang liat page ini di share di FB, thumbnail yang keliatan disana seolah2 mengatakan bahwa fanpage “Indonesian Hoaxes” itu yang salah, karena judul tulisan di fotonya begitu..
kalo bisa isi halaman ini dibenerin dikit, biar ga keliatan seperti menyudutkan Indonesian Hoaxes
Sekedar saran, monggo mau diterima ato tidak
Heran juga. Udah kenal lama sama internet, tapi masih bego aja makenya. Gampang terpengaruh sama provokasi dan gambang menyebarluaskan info yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan..
mau nulis kayak gini uda kebanyakan yg nulis.
gemes2 sendiri aja deh :))
akhirnya nemu juga asal kata GAP males gitu nyari sendiri hehe
tulisannya harus dishare banyak2 mas eh daeng
Saya malah lucu kalo liat yg share berita-berita ga jelas gitu…prihatin aja kadang kaum intelektual pun manut termakan juga…wes ra di pake otak’e
-salam hangat-
aneh aneh aja jaman sekarang neh
Biasalah gan. Sesuatu yang lagi anget dan diwartakan secara bombastis memang membuat gatal untuk dishare. Apalagi, sama sharer buta. Liat judul aja udah main share.
Anehnya, kadang media mainstream yg wartawannya mengerti banget soal jurnalkstik, juga menyebarkan hoax.