Blogku, Etalaseku

Saya (paling kiri) di acara pertama yang saya hadiri sebagai blogger. (Foto: Amril Taufik Gobel)
Saya (paling kiri) di acara pertama yang saya hadiri sebagai blogger.
(Foto: Amril Taufik Gobel)

Dulu saya mulai ngeblog karena iseng, hanya karena ingin menuntaskan hasrat menulis. Sekarang saya sadar, saya ada di jalan yang benar karena blog bisa menjadi etalase untuk kemampuan saya sekaligus membuka pintu-pintu yang lain.

Suatu hari di bulan Oktober 2010, untuk pertama kalinya saya dapat undangan menghadiri sebuah acara yang berhubungan dengan dunia blogging. Acara itu adalah peringatan sumpah pemuda yang dilanjutkan dengan Pesta Blogger 2010. Waktu itu saya sudah ditunjuk sebagai ketua komunitas Anging Mammiri sekira 5 bulan sebelumnya. Undangan itu datang kepada saya untuk mewakili Anging Mammiri.

Masa antara 2010 sampai 2012 adalah masa-masa penghujung ramainya acara berlatarbelakang blogging atau blogger. Beberapa event blogger skala nasional digelar di berbagai kota dan tentunya mengundang para blogger dari berbagai daerah, termasuk saya.

Dari acara nasional yang skalanya lebih kecil seperti FGD oleh Internet Sehat sampai ajang kumpul blogger yang mengumpulkan peserta riibuan orang seperti Blogger Nusantara 2011. Saya selalu diundang, sebagian besar beserta tanggungan akomodasi dan transportasi. Selebihnya ada yang harus saya tambahi sedikit tapi tidak pernah sampai harus menanggung semuanya.

Puncaknya adalah di tahun 2012 ketika saya terpilih menjadi ketua panitia gelaran Blogger Nusantara yang diadakan di Makassar. Sebagai ketua panitia saya harus mendatangi beberapa acara komunitas blogger di beberapa daerah di Indonesia, sebagai bagian dari mempromosikan acara Blogger Nusantara di Makassar. Jadilah, untuk pertama kalinya saya menginjak beberapa kota seperti Malang dan Banjarmasin. Semua dalam kaitan sebagai ketua panitia Blogger Nusantara.

Selepas tahun 2012 acara blogger berskala nasional memang seperti menyurut. Setahun kemudian masih ada Blogger Nusantara di Jogjakarta, tapi kala itu panitia sudah tidak mendanai lagi wakil-wakil blogger luar kota untuk hadir dan kebetulan keuangan sedang tidak memungkinkan. Jadilah gelaran itu saya lewatkan.

*****

Suatu hari di tahun 2014 saya mendapat telepon dari sebuah NGO di kota Makassar. Telepon itu berupa tawaran untuk ikut dalam sebuah pekerjaan pendokumentasian proyek di Papua. Tentu saja saya senang bukan kepalang, apalagi ketika akhirnya saya terpilih menjadi salah seorang yang ikut dalam tim itu. Saya akhirnya bisa menginjak Papua lagi dan bahkan lebih intens.

Blog membuat saya bisa mendatangi beberapa tempat di Indonesia, nyaris tanpa biaya sama sekali dan bahkan dibayar untuk itu. Tanpa saya sadari blog bahkan membuka pintu lain yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan. Beragam tawaran masuk ke email pribadi saya, dari tawaran mengisi portal jalan-jalan, review produk sampai tawaran yang lebih serius untuk ikut dalam sebuah penelitian etnografi. Sesuatu yang dulu tidak pernah saya bayangkan.

Semua itu memang tidak datang begitu saja. Saya butuh waktu panjang untuk menempa diri menjadi seorang blogger yang seperti sekarang. Saya tidak bilang kalau saya adalah blogger yang baik atau penulis yang mumpuni. Tidak! Saya selalu merasa menulis adalah pembelajaran tanpa akhir. Menjadi seorang penulis yang baik atau paling sederhana menjadi blogger yang baik adalah sebuah perjalanan dan pembelajaran panjang.

Nyaris 9 tahun yang lalu saya memulainya dengan iseng, hanya sekadar untuk meneruskan kesukaan menulis tanpa pernah bermimpi bisa hidup dari kesukaan itu. Empat tahun kemudian saya mulai sadar kalau kesukaan saya bisa berbuah manis, meski saat itu saya belum yakin bisa hidup dari sebuah website yang berkategori blog pribadi.

Ketika memutuskan untuk berhenti sebagai karyawan di awal tahun 2012 saya sudah lebih yakin kalau saya bisa hidup dari dunia blogging. Sampai sekarangpun saya selalu menjawab “blogger”?ketika ada yang bertanya apa pekerjaan saya.

Blog saya gunakan sebagai etalase, sebagai ruang pajang kemampuan saya menulis. Kemampuan dan tentu saja keseriusan saya. Beberapa orang menganggap saya memang serius ngeblog dan saya tidak mengingkari itu. Ngeblog sudah jadi pilihan hidup saya, saya menggunakannya bukan hanya untuk memuaskan hasrat menulis, tapi juga untuk belajar banyak hal dan tentu saja membiayai hidup.

Saya ada di posisi sekarang bukan tanpa usaha, kadang saya malah menyesal kenapa saya tidak berusaha lebih keras di waktu yang lampau karena mungkin saya bisa meraih lebih banyak peluang seandainya saja saya sudah lebih fokus sedari dulu.

Dalam sebuah status Facebook saya pernah bilang kalau saya butuh waktu panjang sebelum menyadari pilihan pekerjaan yang pas dan nyaman untuk saya. Setelah belasan tahun menjamah dunia kerja saya akhirnya sadar kalau inilah pilihan terbaik yang bisa membuat saya nyaman. Blog saya adalah etalase kemampuan saya, selebihnya biarlah pintu-pintu itu terbuka sendiri. Tentu dengan blog sebagai kuncinya.

Dan sekarang, saya masih terus belajar karena saya masih jadi remah-remah rempeyek [dG]