Bloger Kemarin, Hari Ini dan Besok

Tahun ini Hari Bloger Nasional sudah memasuki tahun kesebelas. Ada banyak perubahan dan pergeseran dari sejak pertama blog mulai ramai hingga hari ini.


Ilustrasi

SUDAH TANGGAL 27 OKTOBER, berarti saatnya merayakan Hari Bloger Nasional. Sudah pada tahu kan? Sejak tahun 2007 setiap tanggal 27 Oktober akan diperingati sebagai Hari Bloger Nasional. Penetapan ini dilontarkan oleh bapak Muhammad Nuh, menteri Komunikasi dan Informatika (waktu itu) sekaligus membuka acara Pesta Blogger 2007. Buat yang belum tahu, Pesta Blogger adalah sebuah ajang yang dibuat untuk mempertemukan sebanyak mungkin bloger di Indonesia. Ajang ini berhasil digelar sebanyak empat kali sebelum akhirnya berganti format menjadi On/Off dan kemudian wafat.

Setiap tanggal 27 Oktober, pikiran saya selalu melayang ke masa 10 tahun atau lebih yang lalu. Masa ketika menjadi bloger masih sangat sederhana.

Kala itu, menjadi bloger berarti punya blog dan kemudian mengisinya dengan apa saja. Tidak perlu pusing dengan tata bahasa, gaya bahasa, atau bahkan alur cerita. Tidak perlu juga memikirkan berapa visitors hari ini atau berapa DA/PA. Pokoknya mah, ngeblog saja. Ada yang komen, ya syukur. Tidak ada yang komen? Ya tidak apa-apa.

Pokoknya mah, ngeblog saja.

Jumlah bloger kemudian terus bertambah, bahkan meningkat tajam. Popularitas blog melesat jauh karena saat itu memang pilihan media sosial belum sebanyak sekarang. Pelan-pelan blog pun semakin dilirik. Bukan hanya oleh para pengguna internet, tapi juga oleh para pemilik modal. Blog selain menjadi kanal tempat mendokumentasikan kehidupan dan tempat curhat mulai dilirik sebagai tempat mendulang Rupiah bahkan Dollar. Beberapa bloger dengan cepat menangkap kesempatan itu dan mulai bertransformasi menjadikan blog sebagai mata pencaharian. Baik yang utama maupun sebagai pendukung.

Blog sempat menurun drastis popularitasnya ketika Facebook dan kemudian Twitter dan Instagram lahir. Banyak bloger yang memutuskan pensiun dini sebagai bloger karena merasa menemukan kanal yang lebih pas untuk curhat dan mendokumentasikan kehidupan mereka. Blog kemudian menjadi sepi, ditinggal banyak penghuninya. Sebagian benar-benar meninggalkan blog, sebagian lagi tetap ngeblog tapi tergantung cuaca hati.

Tapi blog memang bandel. Meski popularitasnya sempat menurun drastis, namun dia tetap bertahan dan bahkan kemudian dilirik lagi. Ketika media sosial lain mulai meluntur daya tariknya, sebagian orang mulai kembali ke haribaan blog. Mulai mengolah kembali blog lamanya atau membuat blog baru. Ada juga anak-anak baru yang kemudian tertarik untuk ngeblog dan mulai belajar banyak tentang blog.

Blog semakin menarik perhatian, sebagian karena kucuran Rupiah dan keuntungan lain yang ditawarkannya.

*****

BUKAN SEKALI DUA KALI SAYA BERSELANCAR, membuka blog teman-teman yang saya kenal dan kemudian bingung harus meninggalkan komentar apa di blog mereka. Alasannya, postingan mereka lebih banyak tentang review produk atau iklan sebuah produk dan sebagian besar adalah produk yang akrab dengan dunia wanita. Saya bingung harus berkomentar apa di postingan tentang pembersih muka, sabun pembersih kewanitaan atau malah tulisan pesanan dari produk pembalut wanita. Ketika saya menggulung layar ke bawah, tulisan mereka hampir semua isinya seperti itu. Kalau bukan pesanan, review café atau acara, ya tulisan untuk lomba.

Saya merasa kehilangan tulisan yang remeh-temeh, yang apa adanya dan dibuat benar-benar karena mereka ingin menulis. Tulisan yang benar-benar dari hati, kalau saya bilang. Isinya mungkin remeh, berisi hal-hal kecil tentang keseharian mereka atau pikiran mereka. Tapi, tulisan itu buat saya sangat menarik dan kadang bisa membuat saya ikut berpikir.

Blog memang sudah melewati tahap evolusi yang cukup panjang. Dari sebuah media curhat atau dokumentasi menjadi sebuah media yang sarat kepentingan dan keuntungan. Bukan salah blogernya tentu saja, karena semua orang punya hak untuk mengarahkan blognya ke mana saja sesuai keinginannya. Sepanjang tidak merugikan orang lain, semuanya sah-sah saja, bukan?


Para bloger sepuh yang bertemu hari itu

Topik ini pernah kami bahas di obrolan bersama beberapa bloger lawas ketika kami bertemu di sebuah café di Jakarta tahun kemarin. Kami para bloger lawas ini sadar kalau dunia bloger zaman sekarang memang tidak sesederhana dulu lagi ketika kami baru mulai ngeblog. Tawaran keuntungan dari blog zaman sekarang mengundang beragam hal lain bersamanya. Dari keharusan memilih template blog yang pas, memperhitungkan backlink, memantau DA/PA sampai belajar dasar fotografi agar foto di blog tidak terlalu sederhana. Belum lagi dengan beragam drama yang mengikutinya. Namanya mencari uang, pasti akan ada saja drama dan persaingan.

Cerita kopdar dengan bloger lawas ini bisa dibaca di sini.

Evolusi adalah sesuatu yang sulit untuk ditahan dan dilawan. Tidak siap beradaptasi dengan evolusi tersebut berarti harus siap dengan kepunahan, atau minimal terpinggirkan. Itu juga terjadi di dunia blog.

Kalau dulu blog hanya sekadar blog, sekarang sudah tidak sesederhana itu. Minimal kamu harus tahu mau memilih menjadi bloger apa. Bloger fesyen? Bloger travel? Bloger lifestyle? Bloger kuliner? Atau bloger gado-gado? Itu belum termasuk segala tetek bengek seperti yang saya sebut di atas.

*****

KALAU SEKARANG BLOGER SUDAH BEREVOLUSI sekian jauh dari ketika awal-awal munculnya, maka bagaimana dengan bloger di masa depan? Tidak ada prediksi yang tepat untuk itu, setidaknya menurut saya. Tapi kalau melihat perkembangan yang ada sekarang, minimal dalam lima tahun ke depan blog masih akan terus berevolusi dengan orbit yang sama. Blog masih akan jadi pilihan buat para pemodal untuk mempromosikan jualannya. Atau bahkan blog akan mulai menjadi pilihan buat politisi untuk mempromosikan diri atau jualan kampanyenya.

Masih sulit membayangkan blog akan ramai dijadikan ajang untuk mengkritisi pemerintah secara mendalam seperti yang dilakukan bloger di Vietnam misalnya. Kondisi politik di Indonesia masih relatif stabil dan belum cukup untuk membuat bloger Indonesia terpancing mengkritisi pemerintah lewat tulisan apalagi menjadikan blog sebagai senjata baru demokrasi.

Lagipula, sebagian besar bloger Indonesia memang alergi dengan tema-tema berat seperti itu. Sudah berat, risikonya tinggi, tidak ada keuntungan finansial pula. Jadi masuk akal kalau sebagian besar bloger Indonesia lebih senang berkutat di tema-tema yang ringan dan gampang menarik pelanggan.

Evolusi blog hari ini memang sudah cukup jauh berkembang dari 10 tahun lalu, misalnya. Evolusi ini masih bisa terus bergerak meski mungkin tidak akan banyak berubah. Setidaknya itu yang saya ramalkan.

Apapun perubahannya nanti, saya hanya ingin mengucapkan selamat Hari Bloger Nasional! Nikmatilah kemewahan sebagai seorang bloger yang bebas menulis apa saja di blog sendiri. [dG]