Baca Berita Daring? Ingat 5 Hal Ini
Sejak internet jadi makin merebak bahkan seolah jadi kebutuhan utama masyarakat perkotaan, situs-situs berita daring (online) jadi semakin banyak. Sayangnya, kebanyakan situs hanya mengejar kecepatan dan bukan ketepatan.
Kalau tidak salah Detikcom adalah salah satu situs media daring pertama di Indonesia, situs ini muncul ketika internet belum jadi kebutuhan seperti sekarang, tepatnya di akhir dasawarsa 90an. Perlahan tapi pasti Detikcom makin membesar dan tentu saja diikuti oleh media lain. Media-media besar lainnya yang tadinya berkutat pada medium cetakpun mulai bermain di ranah daring. Tentu saja ini tuntutan kalau tak mau kalah bersaing. Internet yang menawarkan kecepatan adalah musuh utama dari media cetak konvensional yang punya rentang waktu panjang sebelum tiba di tangan pembaca.
Sayangnya karena perlahan-lahan kecepatan yang jadi sasaran utama media itu tidak lantas ?berbanding lurus dengan ketepatan. Yang penting berita sampai dulu, soal tepat atau lengkap itu bisa diakali di belakang. Akhirnya banyak berita yang sampai setengah-setengah dan justru menimbulkan polemik baru.
Belakangan jenis media daring makin banyak, nama-namanyapun beragam. Media daring tidak lagi dikuasai media besar yang sebelumnya sudah dikenal atau dipercaya. Alasan membuat media daringpun tidak lagi melulu demi menyampaikan informasi dan kebenaran tapi juga sekaligus membangun opini dan tentu saja mendulang pengunjung lewat judul yang bombastis.
Media daring makin tidak sehat, kadang beritanya malah menimbulkan keresahan dan perpecahan di kalangan warga yang sejak pilpres 2014 kemarin memang seakan mulai terpisah di antara 2 kubu. Pelakunya bukan hanya media abal-abal saja tapi media daring yang sudah terlanjur punya namapun tetap saja bisa khilaf (atau memang sengaja) melansir berita yang belum tentu benar atau belum tentu akurat.
Saya punya tips agar kita tetap bisa waras di antara makin maraknya berita-berita yang berkeliaran dari ragam media daring itu. Ini tips dari saya:
Jangan Tertarik Judul Saja.
Judul yang bombastis memang jadi alat utama untuk menarik pembaca selain tentu saja isi yang berbobot, apalagi orang Indonesia kita tahu banyak yang malas membaca isi dan hanya fokus pada judul. Ini yang jadi strategi utama dari para editor dan pelaku media daring itu, bagaimana menarik pengunjung sebanyak mungkin lewat judul yang sebombastis mungkin.
Bukan sekali dua kali saya menemukan berita yang judulnya ke Selatan, isinya ke Utara Timur Laut alias tidak nyambung sama sekali. Tujuannya apalagi kalau bukan membangun opini dari judul dan menarik pembaca sebanyak mungkin.
Jadi kalau melihat berita dengan judul sangat bombastis atau provokatif dari media daring santai sajalah, tidak semua judul yang kamu baca itu benar adanya.
Lihat Nama Medianya.
Seperti yang saya bilang tadi, media daring sudah sangat menjamur belakangan ini. Jumlah dan jenisnya sangat beragam, tidak lagi dikuasai oleh media arus utama yang sudah terkenal. Dari ragam media itu sebenarnya kita bisa tahu mana media yang beritanya kebanyakan hoax, mana yang beritanya tidak lengkap, mana yang beritanya provokasi dan mana yang memang beritanya mengandung kebenaran (meski kadang juga tidak lengkap dan masih menggiring opini).
Sayangnya karena media besar sekelas Tempo dan Kompaspun punya cacat di media daring mereka. Mungkin karena mengejar kecepatan atau karena memang ada agenda khusus maka berita kadang tidak berimbang dan cenderung membangun opini yang bertentangan dengan fakta. Sekelas Tempo dan Kompaspun punya cacat apalagi media daring yang memang tujuannya dibangun untuk menggiring opini dan memprovokasi.
Saya tidak perlu sebut media mana yang saya maksud, Anda tentu bisa menebaknya sendiri. Intinya lihat dulu asal beritanya dari mana, ada media yang relatif bisa dipercaya tapi banyak yang sama sekali tidak bisa dipercaya. Track record adalah pembuktian.
Jangan Langsung Percaya.
Hanya karena media daring menyanjung pujaan Anda lantas Anda langsung percaya begitu saja? Oh tunggu dulu, tidak semua media melakukannya karena melihat fakta. Ada media yang melakukannya karena mereka memang punya agenda tersembunyi. Begitu juga dengan berita yang kritis, tidak semua media melakukannya karena memang kritis. Ada media yang melakukannya karena memang itu jualan mereka, mencari celah dan kejelekan satu pihak lalu mengeksposnya secara berlebihan.
Dalam dunia jurnalistik cover both side adalah sebuah keharusan, sayangnya dalam dunia media daring cover both side berarti mengurangi kecepatan padahal kecepatan adalah hal mutlak dalam mengejar berita. Kalau tidak cepat bisa kalah dari pesaing yang artinya mengurangi jumlah pengunjung website. Jadilah cover both side tinggal sebagai teori saja, itu akan dilakukan kalau memang masih ada waktu, kalau tidak ya tidak apa-apa.
Jadi jangan heran kalau kemudian muncul berita-berita yang sebenarnya masih berbentuk opini, entah karena sang pewarta malas melakukan cover both side atau memang tujuannya seperti itu. Jadi, berita apapun itu di media daring jangan langsung dipercaya.
Cari Sumber Lain.
Sebenarnya ini pekerjaan berat, sebagai konsumen kita maunya tinggal melahap berita saja dan tidak perlu repot-repot memeriksa sumber lain. Tapi, kalau tinggal melahap saja bagaimana kita tahu kalau berita itu sehat atau tidak? Melahap berita yang tidak sehat terus menerus bisa membuat kesehatan kita juga ikut terganggu, utamanya kesehatan mental. Betul tidak?
Karenanya ketika melihat satu berita yang menurut Anda lumayan bombastis atau provokatif maka luangkan waktu untuk mencari berita yang sama dari sumber yang lain. Bandingkan berita-berita tersebut termasuk tentu saja nama media penyampai beritanya. Jangan buru-buru mengambil keputusan karena seperti saya bilang di atas, media daring banyak yang tidak bisa dipercaya karena lebih mengutamakan kecepatan daripada ketepatan.
Jangan Langsung Bagikan.
Ini penyakit orang jaman sekarang, utamanya mereka yang aktif di media sosial. Banyak orang yang selalu ingin jadi orang paling eksis, paling pertama dan paling depan mengabarkan. Jadilah mereka dengan senang hati menyebarkan berita-berita dari media daring yang tidak selamanya benar, yang penting judul beritanya bombastis dan provokatif plus mewakili kebencian mereka pada pihak tertentu.
Di belakang hari ketika berita itu tidak terbukti kebenarannya, si pembagi ikut menanggung malu. Sudah kadung menyebar berita bohong, tidak meminta maaf pula. Ini hal yang sangat jamak di jaman sekarang, saya sampai hapal mana-mana saja orang yang rajin membagikan berita tidak benar di media daring dan kemudian tidak pernah meminta maaf ketika tahu kalau berita itu ternyata tidak benar.
Nah untuk menjaga martabat Anda sebagai pengguna media sosial yang baik maka tak usahlah buru-buru menyebar berita daring yang Anda sendiri belum yakin kebenarannya. Lebih baik bersabar dan menunggu beberapa lama sebelum kita tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Atau kalau memang tangan Anda gatal ingin menyebarkannya maka lengkapilah dengan kalimat tanya untuk menunjukkan ketidakyakinan Anda sendiri akan kebenaran berita itu. Jangan ikut-ikutan memvonis, Anda bukan hakim bukan?
Yah setidaknya itu 5 tips dari saya, semoga saja kita terhindar dari perangkap-perangkap media daring yang makin hari makin banyak bertebaran. Jangan mau jadi objek mereka, diperangkap dengan berita yang sudah dipelintir atau berita yang hanya menjual judul saja. Marilah jadi konsumen yang cerdas, pandai dalam memilah dan memilih informasi. [dG]
5 tips ini kupake ya Daeng, buat presentasi.
makasih