Yang Teringat Dari 2022
Tahun 2022 sudah berlalu, ada kenangan yang tertinggal dan pastinya sulit untuk dilupakan.
Waktu itu benar-benar relatif ya. Walaupun hitungannya sudah fix kalau satu hari isinya 24 jam, satu bulan antara 28, 29, 30, atau 31, dan satu tahun 365 atau 366 hari, tapi tetap saja rasanya tidak sama. Ada yang merasa satu tahun itu sangat lama, ada juga yang merasa satu tahun terasa sangat cepat. Sangat relatif.
Tahun 2022 akhirnya berlalu, berganti dengan 2023. Sampai sekarang ketika mendengar kata ‘tahun 2002’ bayangan saya tahun itu seperti 5 atau 10 tahun lalu. Padahal itu adalah 20 tahun lalu. Kalau seorang anak lahir di tahun 2002, maka hari ini si anak sudah genap 20 tahun, hampir 21 tahun. Sudah kuliah, atau bahkan sudah ada yang menikah.
Sekali lagi, waktu itu sangat relatif.
Tahun 2022 yang sudah lewat itu tentu saja menyisakan beragam cerita. Dari yang pantas untuk selalu dikenang, hingga yang pantas untuk dilupakan.
Bagaimana dengan saya? Apa yang saya kenang dari tahun 2022? Ini sedikit ceritanya.
Berpisah Dengan Papua
Akhirnya, petualangan bertahun-tahun dengan Papua berakhir juga. Titik finishnya adalah ketika program tempat saya bergabung akhirnya selesai juga. Itu berarti saya pun sudah harus kembali ke Makassar, berpisah dengan kawan-kawan, berpisah dengan Tanah Papua.
Sungguh banyak kenangan yang tersisa dari perjalanan lebih kurang empat tahun di Papua. Cerita, tempat, hingga orang-orang yang menyenangkan. Itu adalah lembaran-lembaran kisah yang tidak akan pernah saya lupakan dalam perjalanan hidup saya.
Sampai detik ini saya masih punya harapan bisa kembali ke sana. Entah untuk waktu singkat, atau untuk waktu yang panjang juga tidak mengapa. Saya masih jatuh cinta pada Papua.
Ke luar negeri
Sampai berumur 40 tahun saya belum pernah ke luar negeri. Bahkan belum punya paspor. Selama ini alasan yang saya utarakan adalah karena memang belum tertarik. Masih ingin menikmati Indonesia. Padahal aslinya karena memang belum punya uang untuk ke luar negeri.
Sebenarnya ada beberapa kali ajakan dan undangan ke luar negeri, tapi semua belum mampu membuat saya tergerak. Salah satu masalahnya adalah karena masalah administrasi yang membuat saya susah membuat paspor.
Hingga akhirnya ajakan itu datang lagi, dan saya sudah tidak ada masalah administrasi. Jadi kali ini tidak ada lagi alasan untuk tidak ke luar negeri.
Saya membuat paspor, dan ternyata tidak begitu sulit. Dan beberapa hari kemudian untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke negeri lain dengan resmi setelah sebelumnya menginjakkan kaki ke Papua Nugini hanya untuk sekadar melawat ke perbatasan.
Singapura jadi negara pertama di luar Indonesia yang saya datangi dengan menggunakan paspor. Sebuah undangan membuat saya akhirnya bisa ke luar negeri. Semua dibayarkan, bahkan diberi uang saku. Enak, bukan?
Catatan tentang perjalanan ke Singapura bisa dibaca di sini.
Kerjaan Baru
Karena pekerjaan lama telah selesai, maka sekarang waktunya mencari pekerjaan lain. Sebenarnya saya masih menantikan kesempatan pekerjaan baru di Papua terbuka, sayangnya sampai waktu yang dijanjikan tiba, pekerjaan itu belum datang juga.
Karena tidak mungkin saya tidak bekerja, maka ketika ada tawaran dari pekerjaan lain saya tanpa berpikir panjang mengambilnya. Pekerjaan ini bukan pekerjaan asing, karena sebenarnya saya sudah ada di lembaga itu dari lama meski sempat vakum beberapa tahun.
Karena sedang lowong dan sudah kembali ke Makassar, maka tidak ada alasan untuk tidak kembali aktif di lembaga itu. Maka sejak kira-kira pertengahan tahun 2022 saya akhirnya aktif lagi di lembaga itu. Ikut beberapa kegiatan, dan semakin aktif hingga benar-benar merasa terlibat.
Kalau dipikir-pikir, ini memang waktu yang pas. Kerjaan satu selesai, datang ajakan untuk kerjaan lain. Kalau masih di Papua, mungkin saya agak sulit untuk ikut di kerjaan yang satu.
Jadi memang hidup pas-pasan itu menyenangkan. Pas lagi lowong, pas ada tawaran kerjaan.
Makin Tua
Ini sudah pasti. Setiap tahun berganti berarti satu lagi tambahan usia menghampiri. Tambah usia berarti tambah risiko, utamanya di fisik. Tahun 2022 pun saya mulai merasakan perubahan pada tubuh yang semakin menua ini.
Tekanan darah tinggi, bahkan katanya ada penyempitan pembuluh darah di jantung. Sebuah tanda kalau memang tubuh sudah mulai tidak baik-baik saja.
Sebenarnya saya masih beruntung karena mendengar cerita teman lain – bahkan yang usianya lebih muda – mulai merasakan datangnya penyakit yang lebih sering. Asam urat sampai kolesterol mulai akrab dengan kehidupan mereka. Sebenarnya tidak ada yang lebih mending sih, karena penyakit tetap saja penyakit.
Di tahun 2022 yang lalu, saya berhasil mengembalikan berat badan ke berat ideal setelah sebelumnya sempat membengkak akibat pandemi. Bayangkan, saat pandemi berat saya pernah sampai mencapai angka 86 kg! Berat maksimal yang pernah saya rasakan. Sekarang Alhamdulillah sudah ada di kisaran 76-78 kg. Masalah terbesar hanya di perut yang susah untuk diratakan.
*****
Begitulah. Tahun 2022 sudah berlalu, dan sekarang tahun 2023 argonya mulai berjalan. Banyak kenangan yang tersisa di tahun 2022, dan sekarang waktunya menuliskan kenangan-kenangan baru di 2023. Entah kenangan apa, tapi selalu ada harapan kalau yang tertulis hanyalah kenangan-kenangan indah. Indah buat saya, dan indah buat kita semua. Bukan begitu? [dG]