Hidup Sebagai Introvert


Suka duka menjadi seorang introvert, yang lebih memilih berada dalam lingkungan tertutup daripada berada di keramaian.


Beberapa waktu terakhir ini saya sering menyimak video-video di YouTube. Video-video ringan saja, termasuk percakapan dengan beberapa pesohor tanah air. Dari beberapa video itu, saya tertarik untuk bercerita tentang salah satu kepribadian saya yang mungkin tidak banyak orang tahu. Kepribadian introvert atau lebih senang menyendiri dan tidak nyaman berada dalam lingkungan baru, apalagi yang ramai.

Ketertarikan itu muncul setelah mendengar cerita dari Raditya Dika dan Vincent Rompies. Dua pesohor tanah air yang ternyata di balik penampilan gokil atau lucu mereka, justru menyimpan kepribadian introvert.

Vincent Rompies, menurut teman-temannya sesama pembawa acara Tonight Show di Net TV adalah orang yang paling susah diajak nongkrong atau kumpul-kumpul di luar acara. Menurut Desta – rekan pembaca acaranya – Vincent lebih memilih untuk ada di rumah bersama keluarga. Lain lagi menurut Enzy Storia – rekan pembawa acaranya yang lain. Menurutnya, Vincent adalah orang yang tidak nyaman berada dalam lingkungan yang ramai dengan orang yang tidak dia kenal.

Untuk ukuran seorang pesohor, Vincent termasuk tertutup. Dia bahkan tidak pernah terang-terangan mempublikasikan istri dan anak-anaknya. Dialah satu-satunya pembaca acara Tonight Show yang pasangan atau orang terdekatnya tidak pernah dimunculkan.


Vincent bersama Desta

Hal yang sama atau bahkan lebih parah dirasakan oleh Raditya Dika. Di atas panggung komedi tunggal atau stand up comedy, Radit – panggilan akrabnya – adalah sosok yang lucu. Dia cerdas menyuarakan keresahannya akan banyak hal dan sukses mengundang gelak tawa penonton. Tapi, di luar panggung Radit adalah orang yang lebih senang menyendiri.

“Gua benar-benar gak nyaman di lingkungan yang ramai,” kata Radit. Menurut dia, momen promo film atau buku adalah momen yang paling berat buatnya. Berat karena berarti dia harus bertemu dengan banyak orang, berada di tengah keraiaman, belum lagi harus melayani fans sebanyak itu.

Salah satu bukti ketidaksukaan Radit berada di keramaian adalah ketika dia mengaku melewatkan konser Jamiroquai di Indonesia. Sejak lama dia sudah menjadi penggemar musis jazz itu. Mengoleksi albumnya, bahkan sampai pernak-perniknya. Lazimnya, penggemar berat seperti dia akan meluangkan waktu ketika idolanya tampil di panggung, di kota tempat dia bermukim. Tapi tidak untuk Radit. Ketika Jamiroquai datang ke Indonesia tahun 2009, Radit malah menghindar dan sama sekali tidak datang.

“Gua gak bisa ngebayangin berada di antara ratusan orang. Sama sekali gak nyaman buat gua,” begitulah kira-kira alasannya.

Sesuatu yang bagi orang awam mungkin terdengar aneh.

Menghindari Keramaian.

Saya juga hampir seperti mereka, Raditya Dika dan Vincent Rompies. Lebih memilih berada di lingkungan yang menurut saya nyaman, bersama orang-orang yang saya kenal daripada berada di keramaian bersama orang-orang baru. Menurut beberapa situs, ini termasuk ciri-ciri dari kepribadian introvert.

Menurut situs HaloSehat, beberapa ciri-ciri kepribadian introvert adalah:

  • Cenderung menyimpan perasaan sendiri.
  • Terlihat pendiam atau menarik diri ketika berada di tengah-tengah sekumpulan orang yang tidak mereka kenal baik.
  • Sangat sadar diri dan memikirkan segala sesuatu sebelum bertindak.
  • Merupakan pengamat yang baik dan cenderung mempelajari situasi sekitarnya melalui pengamatan terlebih dahulu.
  • Lebih mudah bersosialisasi jika bersama dengan orang yang sudah mereka kenal baik.
  • Sering menyadari atau lebih suka berdiam diri ketika berada di tengah banyak orang, terlebih lagi jika orang-orang di sekeliling adalah orang yang belum dikenal.

Saya memiliki banyak sekali ciri-ciri seperti di atas. Bahkan hampir semua.

Pertama, saya memang lebih suka menyimpan perasaan sendiri. Itulah kenapa saya tidak punya teman curhat yang benar-benar jadi tempat saya mencurahkan perasaan. Semua keresahan yang sangat personal saya simpan sendiri saja. Detail-detail kehidupan saya pun saya pendam untuk diri saya sendiri. Bukan untuk dibagikan, atau bahkan sekadar diomongkan bersama orang dekat. Jangankan orang dekat, Mamie sendiri sering komplain karena merasa tidak benar-benar dilibatkan dalam kehidupan saya. Ya maaf, tapi berat bagi saya berbagi sesuatu yang sangat personal tentang perasaan. Setidaknya saya belum terbiasa.

Kedua, saya memang tidak nyaman berada dalam keramaian orang-orang yang tidak saya kenali dengan baik. Saya lebih betah berhari-hari di rumah saja daripada harus keluar dan mengunjungi tempat ramai. Bahkan untuk sekadar nongkrong.

Bila bertemu orang baru pun, saya lebih memilih posisi mengamati dulu. Tidak langsung ramai dan mengakrabkan diri. Saya butuh waktu untuk menguasai diri, menganalisis orang baru tersebut sebelum memutuskan dia bisa saya terima atau tidak. Kalau bisa, maka saya akan berubah jadi hangat atau bahkan sangat cerewet. Tapi kalau tidak, saya akan tetap terlihat sebagai seorang yang pendiam.

Saya bukan tipe yang ketika duduk di samping orang baru akan berbasa-basi, bertanya mau ke mana? Dari mana? Dan pertanyaan basa-basi lainnya. Saya lebih memilih berada dalam dunia saya sendiri yang terlanjur nyaman buat saya.

Bukan sekali dua kali saya mendengar orang yang terang-terangan mengaku “tertipu” pada pandangan pertama. Mereka awalnya merasa saya orang yang angkuh, sombong, dan bahkan tersenyum pun tidak bisa. Tapi, setelah kenal lama mereka bisa tahu kalau saya orang yang ramai dan hangat. Mereka hanya tidak tahu kalau saya bisa begitu karena saya sudah percaya dan mulai nyaman dengan mereka.

Plus Minus Menjadi Introvert.

Kepribadian ini saya akui memang membawa beberapa persoalan tersendiri buat saya. Apalagi karena beberapa tahun belakangan pekerjaan saya mengharuskan saya bertemu banyak orang, berinteraksi dengan orang-orang baru, dan bahkan harus mengakrabkan diri dengan orang baru.

Sedikit banyak saya harus berubah.

Pelan-pelan saya harus belajar memulai interaksi dengan orang yang tidak saya kenal. Mulai belajar memasang wajah manis ketika bertemu orang baru, dan belajar menyamankan diri dalam keramaian yang sebagian besar orangnya tidak saya kenali.

Apakah berhasil?

Kadang iya, tapi kadang juga tidak. Ada masa ketika saya benar-benar malas bertemu dengan orang baru, malas berinteraksi, apalagi berbasa-basi. Tapi selebihnya sepertinya saya sudah berhasil. Minimal berhasil menurut standar saya. Tapi tetap saja saya tidak akan mengeluarkan uneg-uneg yang sangat pribadi tentang saya kepada orang, apalagi orang yang baru kenal.

Buat saya ini ada untungnya juga. Dengan segala macam ketertutupan a la saya ini, saya bisa fokus mengamati sekeliling, atau justru fokus pada diri sendiri tanpa peduli pada sekitar. Saya bisa menghindarkan diri dari gosip atau gibah tidak penting tentang orang lain. Selama tidak mengganggu saya, saya akan cuek saja.

*****

Begitulah. Tiap orang memang punya kepribadiannya masing-masing. Punya kelebihan dan kekurangan dari kepribadian yang mereka miliki. Buat saya, selama tidak merugikan orang lain maka tentu semua sah-sah saja. Toh, saya masih bisa bersikap profesional sesuai tuntutan pekerjaan. Meski awalnya berat. Di dunia maya pun saya mencoba untuk lebih terbuka menyuarakan keresahan atau sekadar membagi cerita. Meski sekali lagi, tidak untuk urusan yang sangat personal.

Kalau kalian, bagaimana kepribadian kalian? Introvert, ekstrovert, atau ambivert? [dG]