Cerita Ringan

Hampir Setahun Bersama COVID-19

Sumber: Pexel.com

Setelah hampir setahun, COVID-19 akhirnya masuk ke rumah kami. Penyakit ini memang sulit sekali dibendung, sungguh sulit.


COVID-19 akhirnya masuk juga ke rumah kami. Padahal seluruh pintu dan jendela sudah kami tutup rapat-rapat dengan beragam protokol kesehatan, keluar rumah pun kami selalu menjaga diri dan orang di sekitar, tapi dia tetap saja bandel dan akhirnya menginfeksi Mamie. Awalnya cuma berasa seperti pilek biasa yang disertai demam, lalu di hari kesekian batuk juga datang. Karena kuatir, Mamie segera melakukan pengecekan swab dan sehari kemudian hasilnya keluar. Mamie dinyatakan positif COVID-19. Karena hanya dianggap gejala ringan, maka hanya perlu melakukan isolasi di bawah pengawasan. Alhamdulillah setelah 10 hari menjalani isolasi di salah satu hotel isolasi di Makassar, dia dinyatakan sehat dan boleh kembali ke rumah.

Sebenarnya saya sudah menduga dia akan terkena COVID-19, mengingat pekerjaannya yang mengharuskan dia bertemu banyak orang dan bahkan harus ke kota lain. Bagaimanapun kerasnya menjaga diri dan mengikuti protokol kesehatan, risikonya tetap tinggi.

Ada yang Percaya, Ada yang Tidak

Bulan Maret 2020, COVID-19 akhirnya masuk juga ke Indonesia setelah sebelumnya muncul di China dan kemudian menyebar ke banyak negara lain. Indonesia ternyata tidak bisa bebas dari virus ini, dan akhirnya harus menjadi korban juga. Dari awalnya dua orang, hingga kemudian terus bertambah dan sampai hari ini jumlahnya sudah mencapai angka lebih dari satu juta orang. Salah satu yang tertinggi di dunia.

Selama rentang waktu satu tahun itu, sudah banyak sekali pasang-surut yang terjadi di Indonesia dengan beragam dramanya. Ada kritikan pada pemerintah, ada keluhan warga yang kehilangan banyak pendapatan, dan tentu saja ada kebebalan warga yang menganggap enteng virus ini.

Bukan cuma itu, bahkan ada – dan banyak – warga yang percaya kalau COVID-19 itu hanya isu, konspirasi, dan cuma bualan saja. Mereka tentu saja tidak akan mau patuh pada yang namanya protokol kesehatan, toh virusnya cuma isu saja. Tidak pernah benar-benar ada.


Sumber: Pexels.com

Mereka ini tetap kekeuh dengan kepercayaan bahwa virus ini cuma isu, meski ada banyak sekali orang yang sudah jadi korban, ada yang sakit, bahkan ada yang mati. Mereka yang tidak percaya ini sudah tidak mau membuka mata, pokoknya sekali tidak percaya ya tidak percaya!

Memang susah menghadapi mereka yang tidak percaya, atau mereka yang menganggap enteng virus ini. Di salah satu grup WhatsApp yang saya ikut pun ada juga salah satu anggota grup yang seperti itu. Tidak percaya kalau COVID-19 itu ada dan bahkan rajin memasukkan tautan atau informasi salah yang dia maksudkan sebagai bantahan akan bahayanya COVID-19. Kerap kali saya juga mengimbanginya dengan memberikan bantahan yang membuktikan kalau informasi yang dia berikan itu salah atau bahkan hoaks. Beruntung juga bahwa teman-teman grup yang lain juga rajin memberikan bantahan. Setidaknya tidak ada yang terang-terangan mendukung teori-teori salah yang dia berikan.

Begitulah, selalu ada dua sisi dalam setiap pemberitaan. Selalu ada kubu yang berbeda dalam setiap isu. Ada yang percaya, ada yang tidak. Teori konspirasi akan selalu ada, dan orang yang mempercayainya juga akan selalu ada.

Vaksin, Antara Diterima dan Tidak

Lalu kemudian ada berita kalau vaksin COVID-19 sudah ditemukan. Memang bukan obat, tapi bisa menekan risiko terkena COVID-19. Masalahnya, kehadiran vaksin ini tidak serta merta disambut dengan suka ria, termasuk di Indonesia. Tetap saja ada orang yang menaruh rasa curiga terhadap vaksin ini. Ada berita tidak enak yang diembuskan, mulai dari kecurigaan ada chip yang disuntikkan bersama vaksin ini, sampai ada kecurigaan kalau vaksin ini bisa memberikan efek samping yang buruk bagi tubuh penerima vaksin.

Bahkan sempat ada hoaks berupa video yang menampilkan orang-orang yang terkapar dan diberi narasi kalau mereka adalah korban vaksin COVID-19. Teman yang saya sebut di atas sempat memasukkan info itu ke grup WhatsApp, info yang segera saya bantah dengan beberapa tautan resmi dan terpercaya.


Sumber: Pexels.com

Faktor politis juga jadi salah satu latar belakang penolakan terhadap vaksin COVID-19 ini. Residu dari pemilihan presiden sejak 2014 lalu ternyata masih tertinggal sampai saat ini. Apalagi karena vaksin yang digunakan oleh Indonesia berasal dari China, makin kentallah faktor politis itu jadi alasan untuk menolaknya. Teriak-teriak anti China, tapi masih memakai handphone produk China. Takut ada chip di dalam vaksin itu yang bisa membuat dia dilacak keberadaannya, tapi ke mana-mana selalu check in di medsos biar semua orang tahu dia ada di mana dan bikin apa.

Bahkan ketika presiden Joko Widodo mengajukan diri sebagai orang pertama di Indonesia yang divaksin pun, kepercayaan publik belum 100% didapatkan. Masih saja ada yang menolaknya dengan berbagai alasan.

Memang sulit ditebak maunya apa orang-orang ini. Serba salah, apalagi ketika berbenturan dengan kebutuhan ekonomi. Mau tetap di rumah saja, takut tidak bisa makan dan tidak bisa dapat uang. Keluar cari uang, tapi menganggap enteng COVID-19 dan tidak mau mematuhi protokol kesehatan. Bingung kan?

*****

COVID-19 sudah hampir setahun datang ke Indonesia, dan sepertinya masa kunjungannya akan terus berlanjut. Atau, jangan-jangan akan permanen? Jangan sampai lah ya. Sampai obatnya benar-benar ditemukan, hal yang bisa kita lakukan hanyalah mematuhi protokol kesehatan sebisa mungkin dan seketat mungkin. Plus, kalau bisa mendapatkan vaksinasi maka itu jauh lebih bagus. Minimal membantu meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap virus itu.

Ayolah, sebisa mungkin kita jangan membuat virus ini betah di Indonesia, atau sebisa mungkin kita yang menguatkan daya tahan tubuh kita biar virus ini tidak bisa menembus tubuh kita. Bagaimana pun, kalian pasti sudah kangen masa-masa ketika bisa beraktivitas di luar tanpa rasa takut bukan? Satu-satunya cara agar bisa kembali ke masa itu adalah dengan menjauhkan virus COVID-19 ini.

Oh iya, salah satu cara untuk meningkatkan imun adalah dengan mendapatkan uang tunai. Apalagi kalau sampai jutaan rupiah, betul tidak? Nah buat kamu yang biasa menulis di blog dan merupakan anggota atau ingin menjadi anggota komunitas Blogger Makassar, ada sebuah tantangan blog dengan tema COVID-19 yang berhadiah jutaan rupiah. Info selengkapnya bisa kalian lihat di tautan ini. Buruan! Masih ada waktu loh. Siapa tahu kamu bisa jadi pemenangnya dan dapat uang tunai jutaan rupiah yang bisa kamu pakai untuk menambah imun. He-he-he-he [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (2)

  1. Siap berpartisisapi, eh berpartisipasi~

  2. memang covid ini ngeri sekali.. walau sudah menerapkan pritikil kisihitin saja tetap bisa kena, apalagi yang abai?

    semoga Daeng sekeluarga lekas pulih!

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.