Di Belakang Layar Amazing Race
Sebuah program reality show seperti Amazing Race tentu punya banyak cerita di belakang layar. Beberapa di antaranya bahkan mungkin tidak terpikir sebelumnya oleh para penonton.
Amazing Race sudah jadi salah satu acara reality show paling laris di dunia. Bertahan sejak 2001 dan sudah memproduksi 31 musim dengan rerata 12 episode per musim, tentu jadi bukti bagaimana acara ini begitu sukses. Secara garis besar acara ini berisi 11 tim yang terdiri dari dua orang peserta (kecuali di edisi keluarga) yang berlomba satu sama lain. Perlombaan ini menyambangi beberapa negara di benua-benua berbeda dan terbagi dalam beberapa pit stop atau pemberhentian. Untuk sampai di pit stop, tim-tim biasanya harus menyelesaikan beberapa tantangan. Baik tantangan secara beregu yang disebut detour, maupun tantangan yang harus dilakukan salah satu anggota tim yang disebut roadblock.
Bila menontonnya di televisi, kita butuh waktu kira-kira empat bulan sampai tahu siapa pemenang dari satu musim. Namun, kenyataan di lapangan ternyata tidak selama itu. Tim harus berlomba dalam kurun waktu antara 21 sampai 23 hari. Bayangkan betapa ribet dan beratnya tekanan yang harus ditanggung peserta dan penyelenggara. Berkeliling dunia, mengunjungi 4 sampai 5 benua dan puluhan kota di berbagai negara dalam waktu sesingkat itu.
Berikut adalah beberapa kejadian di belakang layar yang jarang diketahui oleh para penonton.
PERSIAPAN PENDEK YANG PENUH MISTERI
Peserta yang terpilih lewat proses audisi yang panjang dan melelahkan hanya diberi waktu maksimal satu bulan untuk mempersiapkan diri. Mereka tidak dibekali informasi negara mana saja yang akan didatangi, atau benda apa saja yang harus mereka siapkan. Penyelenggara hanya memberi daftar beberapa negara yang mungkin akan mereka datangi, tentu dengan jumlah yang sangat besar dibanding jumlah yang seharusnya. Tujuannya agar peserta setidaknya punya gambaran dan sekaligus bisa mengurus dokumen seperti visa bila memang dibutuhkan.
Tapi hanya itu informasi yang diberikan. Selebihnya, peserta harus menebak sendiri barang apa yang harus dibawa atau pakaian apa yang harus disiapkan. Khusus untuk barang, panitia sangat tegas melarang peserta membawa barang elektronik apalagi yang bisa digunakan untuk berkomunikasi. Termasuk juga melarang membawa peta, namun membolehkan peserta membeli peta di tengah perjalanan. Barang lain yang juga dilarang dibawa adalah kamus, buku sejenis Lonely Planet, buku catatan dan kamera.
Peserta juga tidak diberi informasi bagaimana mereka harus menyiapkan tas bawaan. Peserta sendiri yang menebak barang seperti apa yang harus mereka bawa. Setidaknya mereka harus siap dengan udara dan cuaca yang tidak seragam. Bisa saja mereka akan menyambangi daerah tropis yang panas sebelum bergeser ke daerah sub tropis yang dingin. Atau sebaliknya. Pun peserta tidak boleh melupakan alat mandi pribadi. Singkatnya, peserta harus siap dengan persiapan perjalanan satu bulan. Tidak heran kalau ransel mereka terlihat sangat gemuk dan pasti beratnya lumayan membebani.
Satu hal lagi, peserta yang terpilih tidak diperbolehkan memberikan informasi lomba ini kepada keluarga atau siapapun juga. Mereka hanya boleh mengatakan kalau akan pergi berwisata dalam waktu sebulan tanpa teknologi sehingga tidak bisa dihubungi. Dalam rentang waktu tertentu, panitia akan mengabari keluarga peserta untuk memberitahu kalau mereka baik-baik saja.
Oh ya, tim yang terlemininasi di awal tidak langsung pulang dan kembali ke rumah. Mereka akan dibawa ke tempat peristirahatan khusus yang dirahasiakan. Ini untuk mencegah informasi tentang satu musim lomba ini bocor ke publik.
Pokoknya sebisa mungkin semua dirahasiakan dan dibuat misterius.
PENGALIH PERHATIAN UNTUK MENJAGA KERAHASIAAN LOMBA
Sebagai sebuah acara yang sudah terlanjur sukses merebut perhatian, Amazing Race tentu akan sangat mudah menarik perhatian ketika digelar. Ini membuat panitia pelaksana harus putar otak untuk mengecoh warga. Tujuan utamanya supaya informasi lomba dalam satu musim tidak bocor ke publik dan jadi semacam spoiler.
Salah satu caranya adalah dengan membuat lomba lain sebagai pengalih perhatian atau dummy. Beberapa tim yang sudah tereliminasi akan diminta untuk seolah-olah tetap berlomba. Tujuannya, biarpun ada yang mengenali acara ini tapi mereka akan tertipu dan mengira kalau dummy itu adalah lomba yang sebenarnya.
Cara lain adalah dengan menjaga peserta dan kru lapangan untuk tidak mengatakan kalau lomba yang berjalan itu adalah Amazing Race. Beberapa kali sebenarnya para peserta dan kru kepergok warga lokal atau traveler yang kebetulan bersama mereka. Namun, setiap kali menghadapi pertanyaan “ini Amazing Race?” dari orang lain, para kru dan peserta akan mengelak. Alasan paling umum adalah, “Bukan, ini film dokumenter,” atau alasan lain seperti mengatakan kalau proses syuting yang sedang berlangsung itu adalah syuting iklan.
Ini juga alasan kenapa semua peserta yang meminta supir taksi untuk ngebut hanya boleh berkata, “Hurry up! We are on a race,” dan tidak menyebutkan kata Amazing Race.
SATU TIM SEBENARNYA BERISI EMPAT ORANG
Hal yang nampak di layar kaca, satu tim yang berlomba selalu berisi dua orang (kecuali di edisi keluarga). Namun, kenyataannya di lapangan selalu ada empat orang dalam satu tim. Dua orang adalah peserta, dua orang lagi adalah kru. Satu memegang kamera dan satu lagi mengurusi audio. Mereka tidak boleh terpisah dan harus terus bersama, termasuk ketika peserta memesan tiket. Baik itu tiket pesawat, maupun kereta atau bis.
Peserta harus mencari empat tiket, dua buat mereka dan dua lagi untuk kru. Ini kadang menyulitkan karena kadang ada penerbangan yang hanya menyisakan kurang dari empat kursi kosong. Tidak ada pilihan lain, tim harus mencari penerbangan lain.
Kedua kru yang ikut ini akan terus diacak dan tidak bersama satu tim dari awal hingga akhir. Tujuannya supaya tidak terjadi interaksi atau kedekatan personal antara kru dan peserta. Kru harus tetap profesional, termasuk tidak boleh memberi bantuan atau bahkan sekadar memberi tahu peserta informasi apapun, sekecil apapun. Mereka hanya mengikuti peserta ke manapun mereka pergi tanpa boleh berinteraksi. Bahkan ketika ada tim yang kehilangan paspor, kru hanya boleh merekamnya tapi tidak boleh memberi tahu.
Rasanya pasti aneh sekali.
PERSIAPAN HARUS SEMPURNA.
Panitia dan kru harus benar-benar memastikan negara atau tempat yang akan didatangi peserta adalah tempat yang aman. Mereka menyewa konsultan yang biasanya adalah mantan anggota militer atau agen pemerintah. Sebelum peserta datang ke satu negara, semua aspek keamanan harus dipastikan terlebih dahulu. Apalagi, peserta adalah orang Amerika Serikat yang kadang jadi sosok paling tidak populer di beberapa negara. Bangladesh misalnya, panitia sudah memberi peringatan kepada peserta bahwa di negara itu orang Amerika termasuk yang kurang disukai sehingga diharapkan peserta bisa sedikit menjaga diri selama berada di Bangladesh.
Sebelum memasuki sebuah negara, panitia juga memberikan informasi berisi latar belakang negara tersebut. Tentang budaya, kebiasaan, apa yang boleh dan tidak serta informasi sensitif bila memang ada. Jadi setidaknya peserta punya sedikit gambaran sebelum turun dari pesawat dan berhamburan ke pintu keluar bandara.
Untuk tantangan baik Detour maupun Roadblock, panitia pun sudah terlebih dahulu menguji aspek keamanan dan kesulitan dari tantangan tersebut. Salah satu produser dan penemu acara ini, Elisa Dogaineri yang juga seorang traveler termasuk yang seringkali ikut mencoba tantangan yang akan diberikan kepada para peserta. Menurutnya, semakin sulit tantangan itu diselesaikan berarti acara akan semakin menarik.
Untuk melancarkan proses lomba, selain bekerjasama dengan konsultan untuk urusan keamanan, panitia juga mengontrak tenaga lokal termasuk untuk dokumentasi. Produser Amazing Race mengklaim kalau sudah ada 2000 orang lebih yang pernah terlibat dalam acara ini sejak pertama kali digelar.
SANG PEMBAWA ACARA PUN IKUT BERLOMBA
Berlomba dalam arti yang berbeda tentu saja. Phil Keoghan sang pembawa acara selalu ikut berlomba dengan peserta untuk tiba lebih dulu di Pit Stop. Ini karena Phil akan menjadi orang yang menyambut para peserta yang tiba di lokasi. Menurut Phil Keoghan, kadang kala mereka harus melihat peserta terbang lebih dulu menuju lokasi Pit Stop berikutnya sementara dia dan kru lainnya masih tertahan di bandara. Mereka tentu harus menggunakan pesawat yang berbeda dengan pesawat yang digunakan oleh peserta.
Beberapa kali menurut Phil dia benar-benar berlomba dengan peserta untuk tiba di Pit Stop, dan untungnya Phil selalu menang. Kalau tidak, tentu akan lucu melihat peserta sudah tiba di lokasi tapi Phil Keoghan sang pembawa acara malah belum tiba.
Karena harus berlomba dengan peserta, Phil pun kadang tidak sempat untuk berdandan seperti layaknya pembawa acara televisi. Kadang dia sampai harus mencuci rambut di atas mobil dan mengeringkannya dengan menggunakan bantuan angin di luar jendela. Sejak Amazing Race direkam dalam format High Definition, Phil punya kerjaan tambahan yaitu mendandani wajah sendiri supaya tidak terlihat kumal di layar televisi.
Jadi selain pembawa acara, Phil Keoghan juga ternyata punya bakat jadi penata rambut dan make up artist.
KEBANYAKAN WAKTU HABIS UNTUK MENUNGGU
Kalau kita lihat di televisi, sepertinya semua perlombaan berjalan dengan sangat cepat. Menit ini di kota anu, beberapa menit berikutnya sudah ada di kota anu yang bahkan ada di negara berbeda. Tapi, kenyataannya tidak begitu.
Menurut beberapa peserta yang pernah ikut Amazing Race, sesungguhnya waktu terbanyak justru habis di menunggu. Peserta kadang harus berjam-jam berada di bandara menantikan pesawat yang akan membawa mereka ke negara lain. Atau, terkadang harus menunggu bis dan kereta. Kalau sudah begitu, maka tidak ada pilihan lain selain tidur di lantai bandara atau stasiun.
Beberapa episode juga menunjukkan peserta yang terpaksa tidur di depan tugu, monumen atau bangunan. Ini karena mereka tiba di tempat itu tengah malam atau di waktu ketika tempat yang mereka tuju sudah tutup dan baru buka lagi ketika pagi tiba.
Salah satu peserta menuturkan bahwa terkadang mereka berada dalam kondisi 24 jam lebih tanpa tidur yang cukup atau tidur yang pantas. Begitu juga dengan mandi. Maka tidak ada pilihan lain, saat menunggu seperti itu digunakan sebaik-baiknya untuk tidur dan kadang kala mandi di toilet bandara. Bukan cuma mandi, beberapa peserta juga menyempatkan diri untuk mencuci pakaian.
Selain kondisi tidur dan mandi yang mengenaskan, peserta pun selalu berada dalam kondisi kurang nutrisi atau makan seadanya. Ini karena mereka tidak diperbolehkan membawa uang sendiri dan uang yang disiapkan untuk mereka hanya dalam jumlah yang terbatas. Ini membuat mereka harus benar-benar berhemat kalau tidak mau kehabisan uang di tengah lomba.
ADA ATURAN INTERAKSI UNTUK PESERTA
Di televisi jelas sekali kalau anggota tim tidak boleh terpisah. Semua harus dilakukan bersama-sama (kecuali Roadblock). Pada kenyataannya memang ada aturan yang melarang peserta dalam satu tim untuk terpisah lebih dari 20 kaki (atau kira-kira 3 meter). Ini membuat peserta mustahil berbagi peran seperti satu orang membayar taksi sementara yang satu lagi berlari ke kotak petunjuk. Tidak, mereka harus terus bersama-sama kecuali bila harus ke kamar mandi.
Aturan lainnya menyebutkan bahwa antar tim tidak boleh berinteraksi satu dengan lainnya kecuali bila kamera sudah menyala. Jadi ketika kamera belum menyala, satu tim dan tim lainnya tidak boleh berinteraksi bahkan sekadar bertukar sapa. Ini berat sekali karena terkadang ketika menyelesaikan satu putaran lomba dan tiba di Pit Stop, peserta akan segera diajak ke mobil van yang akan membawa mereka ke tempat khusus. Di mobil van itu peserta pasti akan bertemu dengan peserta dari tim lain. Bersama-sama dalam satu mobil tapi tidak boleh berinteraksi, tentu jadi terasa begitu menyiksa.
Peserta yang berhasil mencapai titik pemberhentian atau Pit Stop akan menjalani yang namanya “mandatory rest period” yang memungkinkan mereka untuk mandi, makan dan bahkan tidur sebelum 12 jam kemudian mulai berlomba di putaran berikutnya. Di musim-musim awal ditunjukkan kalau peserta akan saling bercengkerama dengan peserta dari tim lain di satu tempat yang sudah ditentukan. Namun, belakangan peserta kemudian dipisah-pisah dan tidak boleh berinteraksi lagi satu sama lain. Jumlah jam istirahatnya pun jadi beragam, tidak lagi 12 jam tapi pernah bahkan menjadi 34 jam.
*****
Setidaknya itulah beberapa hal di belakang layar Amazing Race yang sangat menarik untuk diketahui, khususnya bagi para penggemar acara reality show ini. Kerja keras para kru dan panitia membuat acara ini memang jadi sangat menarik. Tekanan, strategi, drama, kecerdasan, emosi, atau kadang bahkan kelicikan berbaur menjadi satu dalam sebuah perlombaan panjang yang menguras energi. [dG]
Sumber: thetravel.com, menshealth.com, therichest.com, dan shejustglows.com