Catatan Seminggu #1
Catatan dari kegiatan selama seminggu.
Terinspirasi dari Podcast Seminggu, sepertinya menarik juga untuk membuat postingan yang merekap apa yang dilakukan atau dilewati dalam seminggu belakangan. Apalagi sekarang saya membuat postingan di blog juga sekali seminggu. Jadi ini edisi perdana, mencatat apa yang saya jalani atau apa yang sedang heboh dalam seminggu belakangan. Saya kembalikan blog ini sebagai catatan perjalanan kehidupan.
Meeting dan Meeting
Awal bulan, seperti biasa di tempat saya kerja selalu diadakan pertemuan bulanan. Kami semua terpisah jarak, walaupun kantornya ada di satu kota di Indonesia tapi semua anggota yang aktif tidak tinggal di satu kota yang sama. Beberapa ada yang tinggal di kota yang sama, tapi itupun saya yakin mereka tidak bertemu tiap hari. Istilahnya, work from home. Sebuah istilah yang jadi semakin populer setelah pagebluk melanda.
Bicara soal WFH, sebenarnya menyenangkan sekali. Cocok dengan saya yang memang malas keluar rumah. Jadi setiap hari ya di rumah saja, tidak harus keluar berurusan dengan lalu lintas, menembus macet, panas, hujan, lalu berdiam di kantor seharian. Bekerja dari rumah seperti mewujudkan impian saya. Tapi memang ada tantangannya juga karena ada koordinasi yang tidak sepenuhnya bisa diselesaikan dengan online dan harus tatap muka. Ini jadi tantangan buat kami. Tapi sejauh ini bisa diselesaikan dengan baik.
Selain meeting bulanan yang saya jalani minggu ini, ada beberapa meeting lain yang dilakukan. Sekali lagi karena kerja dari rumah jadi meeting-nya semua online dengan menggunakan Zoom.
Salah satu meeting yang dilewati pekan ini adalah meeting bersama bule-bule. Pakai bahasa Inggris tentu saja. Ini bagian yang menyenangkan karena seperti melatih kembali bahasa Inggris saya, baik listening maupun talking-nya. Sejauh ini saya masih merasa sangat butuh untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris saya karena ini juga berhubungan dengan beberapa pekerjaan saya sekarang. Meeting malam itu – iya waktunya malam karena menyesuaikan dengan waktu mereka – bisa dibilang lancar, mungkin karena “lawan” meeting kami adalah orang bule Amerika, jadi lebih bisa dimengerti apa yang dia bicarakan.
Tentu akan lebih sulit kalau misalnya yang bicara adalah orang British, apalagi orang Scottish atau Irish. Pasti susah mengerti apa yang mereka ucapkan.
Nonton Kanal Arsitektur
Seminggu belakangan saya sedang suka menyimak sebuah kanal arsitektur milik Rizki Abadi. Isinya tentang kunjungan ke rumah-rumah yang didesain unik dan menarik. Saya memang suka kanal-kanal YouTube yang isinya tentang arsitektur. Sebelumnya saya juga sering menyimak video di kanal Arsitektour.
Kunjungan ke kanal seperti ini seperti mengingatkan saya pada kerjaan lama saya sebagai CAD drafter alias tukang gambar rumah. Buat yang belum tahu, saya dulu lama bekerja di perusahaan properti sebagai tukang gambar. Jadi lumayan akrab dengan hal-hal berbau pembangunan rumah. Baik secara teknis maupun secara arsitektur.
Dari kanal-kanal YouTube arsitektur ini saya jadi dapat berbagai inspirasi tentang rumah yang sederhana tapi nyaman, dengan gaya yang minimalis tapi justru menarik. Cuma sayangnya tidak tahu kapan itu akan dipraktikkan, hahahaha. Belum tahu kapan punya uang untuk bangun rumah lagi.
Yah, setidaknya bermimpi dulu.
Ramai-ramai Miftah di Media Sosial
Terus terang saya tidak kenal atau tidak mengikuti siapa Miftah atau yang biasa dipanggi Gus Miftah. Saya tidak tahu sepak terjangnya sebagai “pemuka agama” atau orang yang dianggap punya ilmu agama yang dalam. Melihatnya pun hanya sesekali dan kesan saya kurang nyaman. Ada kesan sombong, songong, dan berlebihan.
Minggu ini nama Miftah ramai dibicarakan warganet Indonesia menyusul videonya di sebuah acara ketika dia dengan nada tegas menyemburkan kata “goblok” kepada seorang pedagang es teh. Orang-orang langsung menyatakan ketidaksukaannya kepada sikap Miftah ini. Dianggap tidak sesuai dengan gelarnya sebagai “Gus” atau pemuka agama yang harusnya bersikap santun atau memberi contoh bagaimana harusnya manusia bersikap pada manusia lainnya.
Opini tentang sikap Miftah ini sangat ramai, tentu saja sebagian besar menyayangkan perbuatannya. Sebagian malah meminta dia mundur sebagai utusan khusus presiden bidang kerukunan beragama. Pokoknya orang-orang tidak suka dengan perlakuannya yang terkesan kasar dan merendahkan orang lain. Di sisi lain ada juga orang yang membela si Miftah, menganggap itu sebagai candaan belaka. Aneh juga, seorang yang katanya pemuka agama bisa bercanda seringan itu dengan merendahkan orang lain, menggunakan kata “goblok”. Bercanda macam apa itu?
Pada akhirnya si tukang es teh memang mendapatkan rezeki. Banyak orang yang tergerak membantunya, bahkan si Miftah sendiri mendatanginya, meminta maaf, dan bahkan mengundangnya menjadi anggota banser kehormatan. Meski di sebuah video terlihat sifat arogannya tidak berubah.
Belum reda berita soal penjual es teh itu muncul lagi video lama si Miftah mengolok-olok dan merendahkan seorang seniman senior – Yati Pesek – dengan candaan yang sangat ofensif dan menyinggung. Makin panaslah warganet yang sebelumnya memang sudah tidak suka dengan tindak-tanduk si Miftah ini.
Sebagai penutup dari keramaian ini, si Miftah ini mengundurkan diri sebagai utusan khusus presiden urusan kerukunan beragama. Apakah sudah selesai? Entahlah, karena di akhir pekan ini masih ada sedikit ribut-ribut tentang si Miftah di media sosial.
*****
Itu saja highlight kegiatan saya atau keramaian selama seminggu ini. Tidak ada yang menarik ya? Hehehehe. Itu juga kadang yang jadi alasan saya bingung mau membuat konten apa, karena sepertinya hidup saya ya begini saja. Tidak ada yang menarik, datar saja seperti permukaan meja. Bagaimana dengan hidup kalian di seminggu terakhir? [dG]