Sepakbola

Semoga Timnas Islandia Panjang Umur

Timnas Islandia ketika pulang ke Reykjavik (foto: EPA)
Timnas Islandia ketika pulang ke Reykjavik
(foto: EPA)

Semoga dua tahun depan kita masih bisa melihat Islandia berjuang menyenangkan kita di piala dunia.

Kalau ditanya apa kejadian paling mengesankan di gelaran Euro 2016 ini, maka saya yakin sebagian besar dari kita akan menyebut tingkah polah tim nasional Islandia sebagai jawabannya. Datang dari utara Eropa yang dekat ke kutub utara, dengan jumlah penduduk tak sampai 350 ribu jiwa dan nama-nama yang tak akrab di kuping, Islandia ternyata membuat kejutan.

Kejutan pertama adalah dari nama-nama pemainnya yang hampir semua berakhiran Son. Hanya Eidur Gudjhonsen yang tidak, itupun saya curiga hanya karena pegawai Catatan Sipil salah mengetik namanya ketika membuat akta kelahiran. Suku kata yang seragam di akhir nama mereka sudah cukup menarik perhatian pecinta sepakbola yang menatap gelaran Euro 2016 di tanah Perancis sana.

Sebuah kejutan yang tidak pernah ada lagi sejak Bulgaria dan Yunani melakukannya di Piala Dunia 1994. Waktu itu nama semua pemain Bulgaria berakhiran Ov dan semua nama pemain Yunani berakhiran As.

Lalu datang kejutan kedua ketika tim Islandia menahan imbang salah satu raksasa sepakbola Eropa, Portugal di pertandingan perdana. Mungkin saya berlebihan kalau menyebut Portugal sebagai raksasa sepakbola Eropa, tapi setidaknya itu untuk menghormati bintang mereka, Cristiano Ronaldo.

Cristiano Ronaldo juga yang menyematkan julukan “small mental team” pada Islandia. Dia masygul karena Islandia menurutnya hanya bisa bertahan sepanjang pertandingan dan tidak berusaha mencoba meladeni permainan Portugal. Kemasgyulan Ronaldo diteruskannya dengan menolak berganti kaos selepas pertandingan. Mungkin hari itu dia memang agak lebih sensi.

Selepas pertandingan perdana kita mungkin mengira Islandia sudah akan berhenti membuat kejutan. Di pertandingan berikutnya mereka mungkin akan kembali seperti tim Islandia yang sayup-sayup terkenal selama ini. Sering kalah dan namanya jarang sekali terdengar.

Eh tapi ternyata kita salah. Stok kejutan dari Islandia masih ada. Setelah menahan imbang Hungaria di pertandingan kedua, mereka akhirnya lolos sebagai penghuni urutan kedua grup F setelah mengalahkan Austria 2-1. Posisi mereka berada satu strip di atas Portugal, tim yang bintangnya menjuluki mereka sebagai “small mental team”.

Lalu ketika sebagian orang sudah menganggap kalau voucher kejutan Islandia sudah habis, mereka malah menunjukkan kalau orang-orang salah. Tim nasional Inggris yang di atas kertas koran terlihat sangat besar, akhirnya malah dipulangkan lebih awal. Dua gol dan sederet taktik yang lebih maknyus membuat fans Inggris sendiri berlapang dada tim mereka dikalahkan oleh Islandia. Apalagi para haters Inggris, tentulah mereka riang gembira melihat tim yang dibesarkan media itu pulang lebih awal, karena sebuah tim liliput!

Kemenangan atas Inggris adalah kejutan terakhir sekaligus pemuncak dari semua kejutan tim Islandia. Melawan Perancis mereka hanya menyempurnakan cerita dongeng itu dengan perjuangan yang tak kenal lelah. Meski akhirnya kalah 2-5 dan harus pulang lebih awal, Islandia tetap mendapat tempat terhormat di hati pecinta sepakbola.

Islandia mengajarkan kepada kita arti sebuah semangat dan kerja keras. Hancur lebur di babak pertama, mereka tetap berlari dan berkeringat di babak kedua. Dua gol mereka memang tak mampu meloloskan mereka ke semi final, tapi mampu membuat mereka jadi juara di hati pecinta sepakbola. Mereka jadi tim pertama yang bisa mencetak gol ke gawang Hugo Lloris lewat permainan terbuka. Dan untuk itu mereka menegakkan kepala dan menyambut tepuk riuh para fans dengan kebanggaan yang sama.

Di Reykjavik, hampir sepertiga penduduk Islandia memenuhi jalanan kota itu menyambut para pahlawan mereka yang baru pulang dari Perancis. Tepukan tangan dan koreografi khas Viking mereka peragakan, membawa pesan kebanggaan yang tak terperi. Mereka seperti berlebaran lebih awal.

Kita semua sesungguhnya menyukai tim underdog. Tak peduli tim apapun yang kita dukung, selalu ada ruang untuk menghormati dan mengagumi tim kecil tak terkenal yang bisa mengalahkan tim besar dengan semangat yang luar biasa. Mungkin semacam penghargaan pada mereka yang tertindas tapi punya semangat untuk melawan penindasan. Dan kali ini, Islandia yang jadi pemeran utamanya.

Euro 2016 sudah berakhir buat mereka, selanjutnya kualifikasi World Cup 2018 sudah membentang di depan mata. Suasana jadi berbeda buat Islandia, kalau kemarin-kemarin mereka bermain tanpa beban sama sekali maka sekarang minimal sudah ada beban yang ditumpukan di pundak mereka. Bisakah mereka mengulangi kesuksesan babak penyisihan grup Euro 2016 ketika mereka mengalahkan Belanda, Republik Ceska dan Turki?

Lalu kalau mereka memang lolos ke Russia 2018, bisakah mereka kembali membuat kejutan di atas tanah lapang hijau? Atau jangan-jangan voucher kejutan mereka memang hanya berlaku di Euro 2016? Apakah mereka akan berakhir seperti timnas Yunani 2004? Juara Euro lalu kemudian tenggelam setelahnya, nyaris tak terdengar lago.

Mudah-mudahan saja mereka panjang umur, sehat sentosa dan bisa kembali mencuri hati pecinta sepakbola dunia di Russia 2018. Semoga kita bisa bertemu kembali dengan Son-Son dari utara Eropa itu. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (2)

  1. Mukhsin Pro

    Kita tunggu kejutan-kejutan apa yang terjadi nantinya.

  2. yudi setuju!
    yang tidak setuju adalah, kenapa jerman semalam nggak bisa nyetak gol huaaaaaa

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.