Random PostSepakbola

Pertarungan baru di ranah Premiership

Saat English Premiere League dimulai, Roman Abramovich mungkin jadi orang yang paling gondok, kesal dan rada mudeng. Bukan apa-apa, sang taipan dari Rusia yang selama ini terkenal sebagai orang dengan kekuasaan yang nyaris tak terbatas, selalu mampu mendapatkan apa yang dia inginkan, tiba-tiba dipermalukan oleh seorang pemuda dari Timur Tengah yang usianya baru menginjak 31 tahun.

 

Sebelumnya, kubu Chelsea di bawah kepemimpinan Roman Abramovich sudah kadung yakin bakal berhasil mendatangkan Robinho dari Santiago Bernabeau. Di lain pihak, Robinhopun sudah mulai membayangkan dirinya berseragam biru milik Chelsea. Namun kenyataan berkata lain, di detik-detik terakhir sebelum transfer window pertama ditutup, Manchester City di bawah komando Sulaiman al Fahim tiba-tiba datang dengan segepok duit yang mampu merubah angan-angan Robinho sekaligus meneteskan liur para pembesar Real Madrid.

 

Sialnya, pihak Chelsea menganggap sepi perlawanan Manchester City tersebut. Beberapa saat mereka mengira tawaran City Cuma gertak sambal saja. Mereka baru kaget saat pihak Madrid resmi mengumunkan kalau Robinho benar-benar mendarat di City of Manchester stadium. Scolari, Peter Kenyon dan Abramovich kontan terkejut dan kemudian gigit jari. Gebrakan awal Sulaiman al Fahim selepas mengambil alih Manchester City dari Taksim Shinawatra mampu menggoncangkan EPL.

 

Sulaiman al Fahim dianggap sebagai Donald Trump-nya Timur Tengah. Masih muda, kaya raya dan selalu haus publisitas. Langkah pengambil alihan klub Manchester City diikuti dengan segudang ambisi untuk menjadikan klub yang selama ini masih dianggap sebagai klub medioker itu menjadi sebuah klub terbesar di Inggris, Eropa bahkan dunia. Fahim mengincar beberapa nama-nama besar lainnya. Selepas Robinho, Fahim menyatakan siap bertarung dengan Real Madrid untuk menggoda Ronaldo dari Manchester United, bahkan dengan harga di atas 1 triliun rupiah sekalipun. Daftar incarannya masih panjang, di belakang CR7 masih ada nama Gigi Buffon, Kaka, dan Ronaldinho. Betul-betul sebuah niat yang ambisius dan bombastis.

 

Kedatangan Sulaiman al Fahim di tanah Inggris sekaligus melengkapi peta persaingan antar para raksasa pemilik modal. Sebelumnya tanah Inggris sudah diramaikan oleh para pemilik modal berdarah Yahudi, Eropa dan Amerika. Fahim yang berdarah Arab tentu saja melengkapinya. Kedatangan Fahim juga membuat para pesaingnya mulai pasang kuda-kuda. Orang pertama yang paling siap melawannya mungkin saja adalah Roman Abramovich, apalagi mengingat kalau dialah orang pertama yang terkena tamparan keras dari Fahim.

 

Dalam master plan besarnya, Fahim menargetkan dalam 5 tahun ke depan Manchester City sudah jadi klub yang disegani di Inggris, penghuni tetap papan atas sekaligus pendobrak the big four yang selama ini dipegang oleh Manchester United, Liverpool, Arsenal dan Chelsea. Fahim bahkan mencanangkan the City bakal menjadi kampiun Eropa setidak-tidaknya 5 tahun ke depan. Master plan Fahim ini sekaligus mengingatkan kita pada masa beberapa tahun yang lalu saat Abramovich mendaratkan cakarnya di Inggris.

 

Kala itu Chelsea dirombaknya secara total. Klub asal London yang sebelumnya tak banyak berbicara itu dipolesnya menjadi sebuah klub yang eksklusif, serba mahal dan tiba-tiba menjadi sangat ditakuti. Chelsea mendobrak persaingan antara Arsenal dan Manchester United yang beberapa musim sebelumnya bergantian menjadi penguasa EPL.  

 

Khusus untuk kasus Manchester City, saya agak meragukan masa bertahan sang pelatih, Mark Hughes. Hughes belum menjadi pelatih dengan kemampuan yang sudah teruji, selama ini Hughes masih menjadi pelatih tim papan tengah dengan prestasi biasa-biasa saja. Dalam hal non teknispun Hughes masih tergolong pelatih yang kalem dan tak terlalu sering mengundang kontroversi.

 

Gambaran seorang Fahim yang ambisius dan haus publikasi sepertinya bertolak belakang dengan Mark Hughes sang nakhoda the City. Bila dalam semusim atau paling lama dua musim Hughes tak kunjung mendaratkan tropi di lemari Manchester City, saya yakin akan ada langkah penggantian pelatih. Skenarionya mungkin akan sama dengan nasib Ranieri di Chelsea yang kontraknya dicopot di tengah jalan oleh Abramovich dan digantikan oleh Mourinho karena tak kunjung beroleh hasil optimal.

 

Kedatangan Fahim ke Manchester City sekaligus bukti kuat kalau sepakbola modern-khususnya EPL-sudah jadi ladang bisnis kelas raksasa yang tak semata-mata berbicara tentang keuntungan namun sekaligus tentang prestise dan harga diri. Fahim hanya memperpanjang daftar para pemilik modal yang selalu punya keinginan besar membangun sebuah imperium lewat sepakbola. Sebelumnya sudah ada nama macam Massimo Moratti, Silvio Berlusconi, Florentino Perez, Roman Abramovich, Malcolm Glazer, dll. Mereka-mereka ini adalah orang-orang yang tak peduli berapapun besar uang yang akan harus dikeluarkan demi terbangunnya sebuah imperium.

 

Sayangnya ada beberapa dari mereka yang sebenarnya tak terlalu peduli dengan sepakbola namun selalu ingin ikut campur tangan dalam membentuk sebuah tim. Beberapa tahun lalu, Florentino Perez menggelontorkan ratusan juta euro untuk mendatangkan deretan bintang kelas satu ke Bernabeau. Walhasil Bernabeau dipenuhi para pesohor lapangan hijau macam Zidane, Figo dan Beckham meski hasilnya tak sepadan dengan biaya yang telah dikeluarkan.

 

Di Italia, Moratti juga terus mengalirkan dananya untuk mendatangkan deretan superstar ke San Siro, mengganti pelatih hampir setian musim namun hasilnya baru datang bertahun-tahun kemudian. Abramovicpun hampir serupa. Sheva didaratkan ke Stamford Bridge hanya karena rasa suka sang bos besar, meski pelatih sendiri merasa tak begitu membutuhkannya.

 

AC Milan dan Manchester United mungkin masih beruntung karena dimodali oleh orang kaya yang sabar. Tak terlalu banyak mendatangkan pemain bintang yang tak perlu namun Milan mampu menguasai Eropa. Belakangan, prestasi Milan yang jeblok musim lalu tak lantas membuar Berlusconi buru-buru mendepat Ancelotti sang pelatih. Kesempatan masih dibuka lebar dan segala urusan teknis murni adalah keputusan sang pelatih.

 

Malcolm Glazer juga hampir sama. Dia hampir tak pernah ikut campur dalam segala urusan teknis dan pembelian pemain. Semua terserah Sir Alex Ferguson. Manajemen MU memang sudah lama terkenal sebagai manajemen dengan kesabaran yang tinggi. Hasil kurang memuaskan selama bertahun-tahun tak jua membuat mereka buru-buru menggeser Sir Alex, mereka tetap bersabar hingga pak tua itu berhasil mengembalikan kejayaan MU.

 

Nah, sekarang menurut anda kira-kira Sulaiman al Fahim akan menjadi seorang pemilik modal yang bagaimana ?, sabar dan tak mau ikut campur urusan teknis tim semacam Glazer atau Berlusconi, atau ambisius dan selalu mau mengatur tim sesuai kemauannya seperti Abramovich ?. Mari kita tunggu sama-sama…[DG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (2)

  1. Asyiiiiiiiiiiik…
    Premier Leage bisa ditonton di TV One…
    Ayooo Milan dan Maldini!!!

  2. gelontoran duit tanpa fanatisme dan sense of belonging tidak akan membuat sebuah klub berjaya. Hull city adalah salah satu contohnya. Klub bermodalkan cekak ini mampu menorehkan kejutan di awal liga, mudah2an seterusnya. Amin…

    Yg paling penting, MU keok diembat the Red euy!!!

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.