Sepakbola

Lunturnya Magi Nomor 10

Diego Maradona, salah satu pemilik nomor 10 paling fenomenal
Diego Maradona, salah satu pemilik nomor 10 paling fenomenal

Di dekade 80an dan 90an, nomor punggung 10 adalah magi. Tapi sekarang sepertinya mulai meluntur.

Sebelum piala dunia 2002, Argentina mengajukan permintaan kepada FIFA untuk menghilangkan nomor 10 dalam daftar pemain mereka. Alasannya adalah untuk menghormati legenda hidup mereka, Diego Armando Maradona.

Dalam dua dekade terakhir, Maradona adalah dewa bagi Argentina. Dialah yang memimpin tim biru putih itu ketika meraih trofi piala dunia kedua mereka di Mexico 1986, dia juga yang membangun mental tim itu ketika empat tahun berikutnya menjadi runner up di Italia 1990. Bahkan di USA 1994, Argentina seperti pria yang kehilangan kejantanannya ketika Maradona dipulangkan di tengah kompetisi karena terbukti menggunakan doping. Lemah, loyo dan tak bisa ereksi sama sekali sampai akhirnya gugur di kaki tim semenjana, Rumania.

Maradona adalah pusat edar Argentina selama hampir 15 tahun. Pria yang memulai debut piala dunianya di tahun 1982 ini adalah pengubah segalanya bagi Argentina. Kehadiran Maradona sudah seperti 50% garansi kemenangan bagi Argentina. Dan dalam semua aksinya, Maradona selalu mengenakan nomor 10.

Permintaan tim nasional Argentina sebelum piala dunia 2002 itu ditolak FIFA. Mereka tetap harus menyematkan nomor punggung 10 pada salah seorang pemain mereka. Sepp Blatter, presiden FIFA kala itu mengusulkan agar nomor 10 diberikan saja kepada kiper ketiga Argentina, Roberto Bonano. Pertimbangannya, toh kemungkinan untuk Bonano turun ke lapangan sangat kecil, jadi setidaknya penonton tidak akan melihat nomor 10 Argentina berada di lapangan.

Usulan Sepp Blatter tidak diterima oleh Argentina. Pada akhirnya mereka memberikan nomor 10 pada Ariel Ortega.

Di Napoli sendiri, nomor punggung Maradona akhirnya dipensiunkan. Ditaruh di tempat paling terhormat sebagai penghargaan pada pria yang membawa Napoli dari klub semenjana menjadi klub yang disegani di Serie-A. Tak akan ada lagi pemain Napoli yang akan menggunakan nomor punggung 10 di lapangan.

*****

Maradona bukan pemain bernomor punggung 10 pertama yang menjadi legenda. Sebelumnya ada nama Nedson Arantes di Nascimento atau yang akrab disapa Pele di Brasil. Pele menggunakan nomor punggung 10 sejak piala dunia pertamanya di Swedia 1958.

Pele mendapatkan nomor itu secara kebetulan. CBF (Federasi Sepakbola Brasil) lupa mengirimkan daftar nomor pemain mereka ke penyelenggara dan ofisial mereka akhirnya memberikan nomor punggung secara acak kepada para pemain. Kala itu kaos seragam pemain hanya berisi nomor punggung tanpa nama.

Gilmar sang penjaga gawang mendapatkan nomor punggung 3, sedang Garrincha dan Mario Zagallo, dua pemain sayap andalan Brasil masing-masing mendapat nomor punggung 11 dan 7. Pele sendiri si anak baru itu mendapatkan nomor 10, nomor yang kemudian akan lekat dengan namanya.

Pertandingan pertama yang semua pemainnya menggunakan seragam dengan nomor punggung tercatat terjadi tanggal 30 Maret 1924.  Kala itu Fall River Marksmen bertemu dengan St. Louis Vesper Buick dalam laga perebutan piala nasional di Amerika Serikat. Di Eropa sendiri, dokumentasi penggunaan nomor punggung pertama kali tercatat di laga antara Sheffield Wednesday vs Arsenal dan Chelsea vs Swansea tanggal 25 Agustus 1928.

Penentuan nomor punggung dalam sebuah tim nasional biasanya didasarkan pada posisi sang pemain. Nomor 1 akan menjadi milik kiper, nomor 2 sampai 5 akan menjadi bek, nomor 6 sampai 11 kecuali nomor 9 akan bermain sebagai gelandang. Nomor 9 sendiri akan menjadi penyerang tengah atau kadang menjadi target man. Di belakang sang nomor 9 biasanya akan berdiri pemain bernomor 10, bertugas sebagai pembangun serangan atau kadang sebagai second striker.

Karena sepakbola adalah olahraga yang pemenangnya dihitung dari jumlah gol yang mereka ciptakan, maka para penyerang tentu saja mendapat tempat terhormat dalam sebuah tim. Jadilah para pemain yang bertugas mencetak gol atau membantu terciptanya sebuah gol menjadi pemain yang paling dipuja. Termasuk sang pembangun serangan, si pengguna nomor 10.

Seorang pengguna nomor 10 di lapangan hijau biasanya juga adalah seorang yang memiliki kecakapan lebih dibanding rekan-rekannya. Dia diwajibkan punya kemampuan membaca permainan, mengornanisasi pemain dan menciptakan peluang terciptanya sebuah gol atau bahkan melesakkan sendiri sebuah gol. Bebannya memang berat, tidak heran beberapa negara tidak main-main dalam memberikan kaus bernomor 10 pada para pemainnya.

Setelah era Pele, Brasil memang butuh waktu lama untuk bisa menemukan kembali sosok nomor 10 yang bisa dibanggakan. Ketika mereka juara di USA 1994, nomor 10 didapuk menjadi milik Rai, adik sang legenda Socrates. Tapi penampilan Rai jauh di bawah imagi pemilik nomor 10 yang sudah terlanjur lekat dengan Pele.

Argentina juga sama, butuh waktu lama sebelum menemukan seorang Lionel Messi yang dianggap pantas memakai nomor 10 setelah era Ariel Ortega dan Juan Sebastian Veron. Lionel Messi memang masih berada di antrian memberi piala buat negaranya sebelum dianggap benar-benar pantas berdiri sejajar dengan Diego Maradona, tapi Messi sudah jadi legenda hidup tersendiri bagi tim nasional Argentina.

Zidane, pemilik nomor 10 lainnya dari Perancis
Zidane, pemilik nomor 10 lainnya dari Perancis

Pemain lain bernomor punggung 10 yang juga tak kalah tenarnya adalah Michel Platini dan Zinedine Zidane (Perancis), Roberto Baggio, Alessandro Del Piero dan Francesco Totti (Italia), Ronaldinho dan Neymar (Brasil), George Hagi (Rumania), Hristo Stoijckov (Bulgaria) atau Lothar Mattaus di Jerman.

*****

Perubahan taktik dalam sepakbola kemudian ikut mengubah peranan nomor 10. Perlahan-lahan posisi playmaker yang dulu sering sekali menggunakan nomor 10 tak selamanya penting. Jerman contohnya. Sejak era baru mereka di tahun 2000an, peran playmaker tidak lagi terlalu krusial. Mereka lebih banyak bermain dengan soliditas sebagai sebuah tim. Beberapa pemain kunci di lapangan tengah mereka malah lebih memilih nomor lain selain nomor 10. Michael Ballack memilih menggunakan nomor 13 dan sekarang Mezut Ozil lebih memilih nomor 8. Selepas era Mattahus tak ada lagi nomor 10 yang bisa diingat di tim Jerman.

Italia mungkin masih terus mempertahankan kesakralan nomor 10. Setelah era Roberto Baggio, nomor 10 diteruskan oleh Alessandro Del Piero dan lalu Francesco Totti, dua sosok playmaker yang juga punya pengaruh besar dalam tim. Sayang, tim Italia di Euro 2016 seperti menghianati kebiasaan itu. Nomor 10 diberikan kepada Thiago Motta yang kadang main saja tidak.

Di Euro 2016, peran pemain bernomor 10 memang sepertinya semakin terpinggirkan. Tim-tim besar mulai memberikan nomor 10 secara serampangan kepada pemain dengan kemampuan yang dua puluh tahun lalu tidak akan dianggap pantas menggunakan nomor 10.

Perancis memberikan nomor 10 pada Gignac yang yah begitulah, Portugal memberikan nomor 10-nya kepada Joao Mario yang namanya cukup senyap selama ini, dan Jerman sendiri memberikan nomor 10 pada Lukas Podolski yang entah bagaimana kabarnya sekarang.

Beberapa tim memang sepertinya tidak terlalu mengistimewakan nomor 10, Portugal misalnya. Mereka lebih menyanjung pengguna nomor 7 sejak era Luis Figo sampai Cristiano Ronaldo sekarang. Lalu Jerman, mereka sepertinya lebih hormat pada nomor 13, nomor yang ditinggalkan sang legenda Gerd Muller dan sekarang digunakan oleh pemain bernama belakang sama.

Tapi masih ada juga tim-tim yang tetap menghormati nomor 10 dan menyematkannya pada bintang mereka. Swedia memberikannya pada Zlatan Ibrahimovic, Belgia memberikannya pada Eden Hazard, Republik Ceska pada Thomas Rosicky, dan Kroasia pada Luca Modric. Setidaknya bagi mereka nomor 10 masih menjadi milik pemain yang kebintangannya paling terang.

Begitulah, nomor yang dulu begitu disakralkan oleh hampir sebagian besar tim nasional perlahan memang mulai kehilangan maginya. Beberapa nomor lain seperti nomor 7 atau 11 menggantikan posisinya di beberapa negara. Mungkin suatu saat nanti nomor punggung tidak lagi benar-benar disakralkan, hanya sebatas tanda di punggung untuk memenuhi aturan resmi FIFA. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.